Inibaru.id - Papua memang kaya. Selain kandungan buminya, tanaman yang tumbuh di sana pun beragam. Banyak di antara tanaman itu mememiliki khasiat pengobatan. Salah satunya daun gatal (Laportea ducumana) yang dalam bahasa lokal Biak disebut daun raprap.
Dilansir dari Antaranews (2/12/2017), daun gatal merupakan salah satu mutiara terpendam dari Tanah Papua yang sudah terbukti khasiatnya sebagai obat alternatif kesehatan masyarakat lokal Biak. Daun gatal adalah tumbuhan alam hutan asli Papua dari famili Urticaceae yang memiliki bulu atau duri halus di permukaan daun.
Walaupun di Indonesia daun itu belum terlalu populer, tetapi bagi orang di Papua daun gatal itu sangat istimewa.
Daun gatal adalah obat yang mujarab dan dipercaya dapat menyembuhkan beberapa gangguan kesehatan, antara lain pegal-pegal, kurang enak badan, nyeri, sakit perut, sakit kepala, dan masih banyak lagi.
Salah satu keunikan daun gatal adalah bila digosok akan menimbulkan gatal-gatal pada kulit. Tapi ketika selesai digunakan pada badan maka lelah akan hilang dan badan kembali segar.
Baca juga:
Kesemek: Antara Santapan dan Obat
Cari dan Santaplah Kecapi, lalu Rasakan Khasiatnya
Tumbuh Bebas
Tanaman daun gatal tumbuh bebas di hutan Papua. Secara fisik panjang daun sekitar 20 cm dan lebarnya 15 cm. Ujung daun meruncing dan bagian pangkalnya membulat. Warna daun hijau tua.
Namun, di bagian tengahnya terdapat pola warna daun yang lebih muda. Permukaan daun bagian atas dan bawah tidak rata dan berbulu-bulu kecil. Bulu-bulu ini seperti jarum kecil yang akan menempel pada kulit. Itu yang terkenal dari daun ini.
Tokoh adat Biak, Ham Wambrauw, mengakui banyak khasiat yang dirasakan dari daun gatal oleh warga asli Papua.
Daun gatal sudah dikenal masyarakat Papua karena telah menjadi terapi, yakni sebagai penghilang rasa capai atau sakit. Ketika daun gatal dioleskan pada tempat yang capai atau yang sakit, maka rasanya sangat panas dan memunculkan aroma gatal-gatal. Selain itu, akan muncul benjolan kecil di kulit sebagai reaksi nyata daun tersebut pada tempat yang digosok.
Namun, panas yang ditimbulkan dari gosokan daun gatal tidak berlangsung lama karena setelah rasa gatal muncul pada bagian tubuh yang diurut daun gatal akan berganti menjadi segar.
Di halaman rumah tinggalnya juga telah ditanami daun gatal untuk menjadi obat alternatif penghilang rasa capai setelah lelah bekerja.
Pada sejumlah masyarakat kampung di Pulau Numfor dan Biak daratan, daun gatal sudah menjadi obat alternatif. Jika badan terasa sakit atau panas maka obat alternatifnya memakai daun gatal dengan cara mengosoknya.
Budayawan Papua, Septinus Rumaseb, juga mengatakan daun gatal yang dihasilkan dari hutan Papua sudah digunakan masyarakat setempat menjadi obat alternatif tradisional untuk mengatasi sakit-sakit badan dan kelelahan karena kesibukan bekerja keseharian.
Dia mengatakan penggunaan daun gatal biasanya dengan cara menggosokkan secara langsung pada bagian tubuh yang terasa pegal dan lelah.
Bahkan, kata dia, daun gatal juga biasa untuk membantu proses persalinan, sebagai obat penghilang rasa nyeri pada ibu yang akan melahirkan, yang biasa diterapkan masyarakat lokal Suku Meyah di Papua.
Baca juga:
Menyesap Kopi Lintong yang Mulai Mendunia
Ratusan Ton Ikan Waduk Jatiluhur Mendadak Mati
Secara medis, daun gatal memang dapat mengatasi hal-hal tersebut. Secara ilmiah tumbuhan famili Urticaceae umumnya memang memiliki kandungan monoridin, tryptophan, histidine, alkaloid, flavonoid, asam formiat, dan authraguinones.
Adapaun asam semut ini terkandung di dalam kelenjar "duri-duri" di permukaan daun. Saat duri-duri itu mengenai tubuh, asam semut kelenjar itu terlepaskan dan memengaruhi terjadi perlebaran pori-pori tubuh.
Pelebaran pori-pori ini rupanya merangsang peredaran darah. Itulah sebabnya pemanfaatan daun gatal umumnya untuk mengatasi pegal-pegal ataupun membuat orang merasa lebih baik.
Berdasarkan hasil penelitian, daun gatal dapat dikembangkan menjadi bahan pengawet alami makanan, selain untuk kesehatan. (EBC/SA)