BerandaFoto Esai
Senin, 14 Jun 2020 09:00

Yang Pasrah tapi Tetap Berjuang di Tengah Banjir Rob Kota Semarang

Air laut setinggi 30-50 sentimeter menggenangi wilayah pesisir Kota Semarang. Ada yang memilih pasrah, tapi nggak sedikit yang menyikapi bencana banjir rob ini seolah rutinitas biasa.<br>

Inibaru.id - Sejak Mei 2020 lalu, banjir rob nggak berhenti menggenangi wilayah pesisir Kota Semarang. Saban pagi, warga setempat harus sibuk berurusan dengan air laut setinggi 30-50 sentimeter yang masuk rumah.

Tiap hari, mereka harus bersiap dengan air yang bercampur dengan sampah. Tiap hari, mereka harus bergegas mengamankan barang-barang yang sebetulnya nggak seberapa, menyisakan kesedihan di mata mereka.

Bagi warga dengan kondisi ekonomi yang baik, mereka lebih beruntung karena sanggup meninggikan rumah mereka timbunan tanah. Namun, hal itu menjadi sebuah kemewahan untuk mereka yang bahkan untuk makan sehari-hari saja kesulitan.

Pasrah adalah kata yang keluar dari mulut-mulut mereka. Sudah basah, mau apa lagi? Dengan mata berkaca-kaca, seorang warga dari Kampung Tambaklorok, Kecamatan Semarang Utara, menyampaikan keluh kesahnya, sembari menunjukkan kondisi rumahnya yang memprihatinkan.

Air memang tampak menggenang di mana-mana. Pekat, bercampur sampah. Nggak sedikit orang yang mengeluhkan gatal-gatal. Bahkan, nggak menutup kemungkinan banjir kali ini menjadi sumber penularan virus corona yang belum juga reda di Kota Lunpia.

Namun, di balik kepasrahan itu, ada warga yang tetap berusaha tegar dan mencoba melanjutkan rutinitas, seolah nggak ada banjir di sekitar mereka. Agar tetap bisa beraktivitas, sejumlah warga bergotong-royong membuat akses jalan dari timbunan tanah. Semuanya disokong dana patungan.

Entah kapan banjir akan surut dan berapa lama lagi mereka akan bertahan dengan kondisi seperti itu. Baik-baik, ya! (Triawanda Tirta Aditya/E03)

Warga Tambaklorok menggendong bayinya di depan rumah yang tergenang air rob atau banjir rob.<br>
Warga terdampak banjir rob di Tambaklorok ingin menangis saat menceritakan kehidupannya di tengah bencana banjir rob.<br>
Air rob setinggi 30-50 sentimeter menggenangi beragam benda yang ada di dalam rumah warga.<br>
Foto udara banjir rob yang melanda Tambakrejo dan Tambaklorok.<br>
Warga bergotong-royong membangun akses jalan menuju kediaman mereka di Tambakrejo.<br>
Pekerja mengendarai sepeda motor di tengah banjir rob dengan membawa hasil panen ikan bandeng di Tambakrejo.<br>
Sebagian warga tetap beraktivitas seperti biasa walaupun berada di tengah bencana banjir.<br>
Rumah warga yang sudah tergerus air laut ini tetap ditinggali. Kesulitan ekonomi membuat warga nggak punya pilihan untuk pindah ke lokasi lain.<br>
Anak-anak memanfaatkan banjir rob sebagai wahana permainan.<br>
Banjir rob juga melanda jalur pantai utara yang biasanya dilalui kendaraan roda dua dan empat.<br>

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024