Inibaru.id - Dicap sebagai mantan narapidana narkotika pada 2009 nggak menjadi halangan bagi Hardadi untuk tetap melanjutkan hidupnya. Alih-alih bekas pesakitan di Rutan Kelas 1 Surakarta, dia kini lebih dikenal sebagai pengusaha dengan produk unggulan Singkong Keju D-9.
Bagi masyarakat Kota Salatiga, Jawa Tengah, Singkong Keju D-9 bukanlah produk yang asing. Bahkan, produk itu nggak sulit ditemukan di pelbagai marketplace di Tanah Air. Tekstur singkongnya yang empuk menjadikan penganan tersebut laku keras di masyarakat.
Kesuksesan usaha Singkong Keju D-9 nggak lepas dari tangan dingin Hardadi. Namun, nggak banyak yang mengetahui usaha keras yang dilakukannya untuk bisa berada di posisinya sekarang. Jalan panjang ditempuhnya, termasuk kerja serabutan dan berjualan nasi bungkus.
Untuk bisa melesat, terkadang seseorang memang harus terbenam terlebih dahulu. Inilah yang terjadi pada lelaki kelahiran Sragen, 3 Agustus 1971 tersebut. Ihwal kejatuhan Hardadi dimulai sejak 1992 saat dia mulai berkenalan dengan narkotika.
Dalam keseharian, Hardadi bekerja serabutan dan nggak punya pekerjaan tetap. Hingga berkeluarga, suami dari Diah Kristanti juga masih mengonsumsi narkoba. Kala itu, istri dan ketiga anaknya nggak tahu kalau dia pun merupakan pengguna sekaligus pengedar narkoba hingga tertangkap.
Namun, nasib orang nggak ada yang tahu. Dipenjara di Rutan Kelas 1 Surakarta justru menjadi jalan baginya untuk hidup dengan baik.
Ide di Balik Jeruji
Selama enam bulan mendekam di rutan, Hardadi bertemu dengan seorang ahli agama yang tersandung kasus pembunuhan. Pertemuan inilah yang mengubah hidupnya. Hardadi belajar mengaji, beribadah, dan menata diri.
“Istri, anak, tetangga, dan kerabat rutin mengunjungi saya di dalam rutan untuk memberikan dukungan moral,” kenang Hardadi yang mengaku mulai kepikiran untuk membuat singkong keju saat masih berada dalam kurungan. "Ini semakin membuat saya ingin bangkit dari keterpurukan."
Begitu bebas, dia mencoba peruntungan dengan menjual nasi bungkus. Keuntungan yang diperolehnya dia tabung untuk modal usaha Singkong Keju D-9. Oya, penamaan D-9 diambil dari kamar sel yang dia tempati selama "menginap" di hotel prodeo.
“D-9 adalah nomor kamar sel yang saya huni saat dipenjara. Bagi orang lain mungkin musibah, tapi saya yakin nama ini bisa jadi anugerah,” ungkap lelaki yang mulai memasarkan singkong keju kepada para kenalannya via pesan singkat.
Setelah cukup dikenal, dia mulai memberanikan diri berjualan singkong keju dengan membuka lapak gerobak di Alun-alun Kota Salatiga. Walau awalnya sepi pembeli, dia nggak menyerah. kesabaran menjadi senjata andalan Hardadi kala itu, selain bersedekah dengan menyisihkan sebagian uangnya untuk masjid.
“Lama-kelamaan Singkong Keju D-9 mulai dikenal dari mulut ke mulut," kata lelaki yang kini mempunyai 130 karyawan dan membutuhkan empat ton singkong per hari untuk berproduksi itu. "Pada 2015 saya beli lahan untuk bangun toko dan kafe di Desa Ngaglik, Kota Salatiga.”
Sosok Luar Biasa
Dengan penghasilanya yang sekarang, Hardadi dikenal pernah memberangkatkan karyawanya untuk Umroh. Bagi para karyawannya, juragan singkong keju ini memang dikenal sebagai sosok yang luar biasa.
Umi, salah seorang karyawan Singkong Keju D-9 mengaku menikmati bekerja bersama Hardadi. Menurutnya, bosnya adalah sosok yang rendah hati dan sangat peduli pada karyawannya. Yang dia tahu, para karyawan diberi les belajar mengaji. Lalu, yang laki-laki harus salat berjemaah.
"Sama sekali nggak layak dibilang mantan napi,” ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan Riki, salah seorang pelanggan Singkong Keju D-9. Dia bahkan nggak menyangka kalau dulunya Hardadi adalah mantan napi narkotika. Kendati begitu, baginya setiap orang memang punya kekurangan dan kelebihan.
Asalkan produk yang dijual benar dan harganya enak, agaknya nggak bakal ada yang peduli masa lalu seseorang. Menurut Riki, cita rasa Singkong Keju D-9 memang enak. Itulah yang menjadi kunci kesuksesan Hardadi.
“Saya paling suka singkong keju coklat, dari luar gurih dan dari dalam sangat lembut. Nggak heran kalau Singkong Keju D-9 sangat terkenal, mungkin karena rasanya memang sangat nikmat,” terangnya.
Setiap orang punya masa lalu yang nggak bisa dimungkiri, Namun, setali tiga uang, orang juga memiliki masa depan yang bisa diubah. (Triawanda Tirta Aditya/E03)