Inibaru.id – Dalam bahasa Jawa, kata Kendat berarti bunuh diri. Nama ini dikaitkan dengan tekad salah seorang putri Brawijaya V bernama Dyah Ayu Retna Kedaton yang moksa di tempat itu. Kerajaannya hancur dan ayahandanya hilang entah ke mana.
Sang putri memilih moksa ketimbang takluk dan mengikuti ajaran baru yang dibawa Raden Patah. Konon, Raden Patah memaksa semua masyarakat Majapahit menjadi mualaf termasuk anggota kerajaan yang juga keluarganya sendiri.
Dyah Ayu Retna Kedaton merupakan putri ke-42 Kerthabumi (Brawijaya V). Dia lari dari Kerajaan Majapahit di Trowulan, Mojokerto menuju Pengging, Boyolali Jawa Tengah. Di sana tinggal kakak iparnya yang menjadi Adipati Pengging. Sang putri hendak meminta perlindungan.
Betapa sedih hati sang putri begitu mengetahui Adipati Sri Makurung Prabu Hadiningrat, kakak iparnya beserta istri, anak, dan seluruh abdi dalem melakukan moksa. Dia bahkan nggak bisa menemukan kerajaan tersebut karena ikut menghilang. Mengetahui hal itu, nyalinya tetap bulat untuk nggak kembali ke Majapahit.
Dengan kesaktiannya, sang putri melakukan hal yang sama; moksa. Diperkirakan, sang putri masih berusia sekitar 13-18 tahun. Para abdi dalem kemudian menandai tempat ini dengan batu hitam sehingga menyerupai makam.
Mereka berharap tempat itu luput dari laskar Demak yang menghancurkan segala sesuatu yang berbau Hindu. Saat ini, batu hitam yang dibuat menyerupai makam ini menjadi petilasan dan dipergunakan sebagai tempat persembahyangan.
Muncul Mata Air
Ketika putri Dyah Ayu Retna Kedaton melakukan moksa, muncul mata air (umbul). Oleh masyarakat mata air ini disebut Umbul Kendat. Tempat ini terdiri atas dua bagian yaitu Umbul Keroncong dan Umbul Dandang atau Panguripan.
Disebut Umbul Keroncong karena bunyi airnya mirip irama musik keroncong. Unik ya? Nah, kalau Umbul Dandang, katanya berkhasiat membuat umur panjang, awet muda, mudah mencari rezeki, mudah naik pangkat, menyembuhkan penyakit, membuang sial, dan masih banyak lagi.
Di Umbul Kendat, beberapa umat Hindu sering melakukan Tritayatra dan upacara Dewa Yadna. Eh, tadinya nggak banyak umat Hindu yang mengetahui situs ini. Sosok yang memelopori memakai umbul tersebut untuk ritual keagamaan adalah KRMT Andi Mulyono Kusumonegoro yang merupakan wareng (keturunan V) Sultan Pakubuwono IX (Raja Surakarta tahun 1861-1893).
Hm, kamu sudah pernah ke Umbul Kendat belum, Millens? (Mah/IB21/E03)