BerandaAdventurial
Sabtu, 19 Apr 2019 09:00

Tur Jalan Kaki Semakin Diminati?

Para peserta Bersukaria Walk berjalan kaki di jalur pedestrian Jalan Veteran Semarang. (Inibaru.id/ Ida Fitriyah)

Di luar negeri, jenis tur ini sudah jamak ditemui. Namun, di Indonesia, baru segelintir orang yang melakukannya. Kendati begitu, animo masyarakat tentang tur ini semakin meningkat.

Inibaru.id – Melancong nggak melulu harus jauh-jauh ke pantai, gunung, wisata alam, atau wisata kekinian. Sekadar berjalan kaki mengelilingi bangunan-bangunan di pusat kota sambil mendengar cerita sejarah di baliknya juga sudah dianggap melancong, kok. Kegiatan seperti itu kerap disebut walking tour atau tur jalan kaki.

Laman Gran Colombia Tours (10/7/2018) menulis, kegiatan ini mulai muncul di awal 2000-an. Walking tour dinilai lebih digandrungi para wisatawan dibanding dengan tur lain seperti jelajah kuliner atau ekoturisme.

Hal ini karena tur berjalan kaki dinilai lebih santai dan menyampaikan sejarah-sejarah lokal sehingga wisatawan bisa belajar dari penjelasan itu. Sifat tur nggak terlalu tekstual itu juga dianggap lebih menarik bagi para wisatawan.

Di Indonesia, tur ini dikenal terlebih dulu di Jakarta pada 2014. Setelah itu, kegiatan ini banyak diadopsi agen-agen di daerah. Salah satunya adalah Semarang.

Nah, di Semarang, agen perjalanan yang membuka program walking tour adalah Bersukaria Tour. Lewat program yang diberi nama Bersukaria Walk itu, mereka mengajak masyarakat Semarang untuk mengenal Kota Lunpia itu secara lebih dalam.

Salah seorang pendiri Bersukaria Tour Fauzan Kautsar mengatakan, dia bersama teman-temannya pada Mei 2016 bertekad membuat agensi perjalanan wisata. Sebelum membuka program tur jalan kaki ini, mereka terlebih dulu menyelesaikan proyek pertama yakni Dieng Culture Festival. Setelah acara tersebut selesai, mereka barulah membuka Bersukaria Walk.

“Dulu itu paling pesertanya satu, dua, malah pernah nggak ada pas 2016 karena sebulan sekali. Mulai Maret 2017 kami buka seminggu sekali sampai akhir 2018. Awal 2019 tambah seminggu dua kali. Sekarang sebulan bisa sampai 400 orang,” ujar Fauzan.

Saat ini, setiap bulan ada 13 rute yang bisa kamu ikut. Pengelola juga selalu menyiapkan rute spesial setiap bulan atau di hari-hari tertentu. Mereka juga aktif mengembangkan rute baru. Rute-rute itu di antaranya Radja Goela, Bodjong, Simpang Lima, Spoorweg, Multicultural, Kampung Kali dsb.

Oh iya, mengenai sistem pembayaran, Bersukaria Walk nggak menetapkan tarif tertentu. Mereka menerapkan sistem pay as you wish, semacam tip suka-suka yang diberikan peserta kepada pemandu di akhir acara.

“Pas awal, kami nulisnya free walking tour, berharap ada tip buat pemandu. Eh tapi kok nggak ada yang ngasih. Ya sudah akhirnya dibuat pay as you wish aja,” imbuh lulusan Universitas Diponegoro ini.

Nggak ada salahnya kok ikut tur jalan kaki ini, Millens. Selain melepas penat, kamu juga bisa menambah wawasan tentang sisi lain bangunan-bangunan di Semarang. Pikiran enteng, hati senang, dan yang terpenting nggak buat kantong bobol. Ha-ha! (Ida Fitriyah/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024