Inibaru.id - Matahari baru saja naik sejengkal. Hari masih pagi untuk menikmati secangkir kopi di tengah Kota Pontianak. Dua orang pengamen datang menghangatkan suasana. Kopi dan musik pagi itu menjadi perpaduan yang sempurna.
Ngomong-ngomong soal musik, Suku Dayak di Kalimantan Barat memiliki alat musik tradisional yang menarik untuk diulik yaitu “Sape”. Biar lebih afdol, Tim Ekspedisi menemui Feri Sape. Laki-laki bernama lengkap Ferinandus Lahatau ini berkomitmen untuk melestarikan alat musik ini.
“Sape kalau secara ilmiah atau merujuk buku saya kurang tahu, tapi kalau artinya, sape itu ‘memetik’,” kata Feri.
Dengan mengenakan pakaian Dayak, Feri tampak karismatik ketika memainkan sape. Nggak kalah deh dengan musikus yang menggenjreng gitar akustik atau listrik. Melodi-melodi yang dihasilkan petikan sape Feri seakan membawa suasana yang tenang dan syahdu.
Kunci suara merdu ini ada pada pemilihan kayu. Feri biasa membuat Sape dari kayu cempedak atau nangka. Selain memproduksi Sape, Feri juga melakukan langkah-langkah untuk melestarikan dan mengajak anak muda untuk mencintai alat musik ini. Nggak jarang Feri memainkan musik modern dengan Sape.
“Saya berusaha membuat sape ini tampak keren. Maka saya padukan dengan alat musik modern. Saya ubah jadi bentuk listrik juga,” tutur Feri.
Digunakan di Rumah Sakit Jiwa
Tim Ekspedisi mendapati banyak hal yang menarik seputar Sape, Millens. Alunan melodi Sape ternyata juga baik untuk pasien-pasien di rumah sakit jiwa. Menurut Direktur RSUD Batara Sianipar, alunan melodi sape membuat mereka lebih tenang dan nyaman.
“Suaranya bisa meredakan bisikan-bisikan yang ada di kepalanya,” paparnya.
Nggak cuma menyingkirkan bisikan, Sape juga konon bisa menyentuh sukma. Budayawan Aloysius Mering bercerita bahwa sebagian orang Kayan masih percaya kalau Sape bisa menghidupkan orang mati.
“Kalau sape di Kayan identik dengan dua senar nilon,” katanya.
Sape semakin dikenal orang berkat pembangunan jaringan internet yang sangat pesat di Kalimantan oleh Badan Aksesibilitas Teknologi dan Komunikasi (BAKTI) Kominfo. Menurut Kepala Dinas Kominfo Kalimantan Barat Sukaliman, internet sudah menjadi kebudayaan yang besar pengaruhnya baik dari penyampaian pesan pendidikan dan pelestarian-pelestarian budaya yang perlu disebarluaskan.
“Nah, komunikasi budaya inilah yang harus diperkuat dengan infrastruktur jaringan internet dan telekomunikasi yang baik,” pungkasnya.
Berkat internet, Sape kini dikenal hingga ke penjuru negeri bahkan dunia. Manggung di luar negeri bukan hal yang aneh bagi Feri Sape. Negara-negara seperti Iran, Italia, Ukraina, Dubai, Jepang, dan Malaysia.
“Saya kalau ke mana-mana bukan atas nama kebudayaan Borneo atau Kalimantan, tetapi Indonesia, di situlah letak kebanggaannya,” pungkas Feri.
Jadi ikut bangga ya, Millens? (IB28/E05)