Inibaru.id – Dalam perjalanan dari Kota Semarang menuju Yogyakarta atau Surakarta, kamu mungkin akan bersua dengan vihara satu ini di kiri jalan. Vihara Buddhagaya Watugong namanya. Sempatkanlah mampir kalau punya waktu, karena selain menjadi tempat beribadah, vihara itu juga merupakan lokawisata religi yang cukup banyak dikunjungi wisatawan.
Berada di Jalan Perintis Kemerdekaan, Kecamatan Pudakpayung, Kabupaten Banyumanik, Vihara Buddhagaya Watugong memiliki arsitektur bangunan yang khas Tiongkok banget. Secara keseluruhan, kompleks vihara tersebut menempati lahan seluas 2,25 hektare.
Ada dua bangunan utama dan tiga bangunan kecil di kompleks tersebut. Kedua bangunan utama tersebut adalah Pagoda Avalokitesvara dan Vihara Dhammasala.
Pagoda Avalokitesvara berada di bagian depan kompleks. Bangunan yang didirikan pada Agustus 2004 ini memiliki tinggi 45 meter. Dengan dominasi warna merah dan kuning serta sepasang pilar yang dihiasi ukiran naga, cita rasa Tiongkok begitu terasa di sana. Kemudian, sekeliling bangunan tersebut juga dilengkapi dengan empat patung Dewi Kwan Im dan satu patung Panglima We Po. Empat patung Dewi Kwan Im tersebut menghadap ke timur, barat, selatan, dan utara.
Penempatan empat patung Dewi Kwan Im di empat penjuru mata angin bukannya tanpa alasan loh, Millens. Sebagai sosok yang welas asih, kasih sayang sang dewi diharapkan dapat memancar ke empat penjuru tersebut. Dengan posisi yang sama, patung Dewi Kwan Im ini diletakkan di tingkat kedua hingga tingkat keenam pagoda.
Memasuki bagian dalam pagoda yang berukuran 15x15 meter dan berbentuk segi delapan, terdapat satu lagi patung Dewi Kwan Im dengan ukuran yang jauh lebih besar, yakni 5,1 meter.
Setiap tingkatan di pagoda ini, kecuali puncak pagoda, memiliki tangga penghubung. Kemudian, pada puncak pagoda terdapat patung Amitabha, guru besar para dewa dan manusia, serta stupa yang menyimpan mutiara Buddha. Secara keseluruhan, ada 30 patung di Pagoda Avalokitesvara.
Patung Dewi Kwan Im di dalam Pagoda Avalokitesvara (Inibaru.id/Artika Sari)
Selain sembayang, pagoda ini juga digunakan untuk ritual Tjiam Shi. Ritual Tjiam Shi adalah ritual untuk mengetahui nasib umat manusia dengan bertanya pada Dewi Kwan Im. Dengan menggunakan bambu yang diisi ribuan pertanyaan, kamu hanya boleh mengambil satu saja pertanyaan. Setelah dibuka, pertanyaan di bambu akan menunjukkan angka yang penjelasannya bisa kamu baca di buku tentang Tjiam Shi.
Menurut Romo Warto, salah satu pengurus yayasan Buddhagaya, untuk mengetahui nasib manusia dalam ritual Tjiam Shi sebenarnya kembali lagi pada usaha manusia tersebut. Manusia bisa mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang meresahkannya dengan melakukan introspeksi diri.
“Misal, ada orang yang bertanya apakah dia bisa lulus ujian, dia bisa memperoleh jawaban itu dengan bertanya pada dirinya sendiri. Apakah saya sudah rajin belajar, apakah saya sudah berusaha secara maksimal, apakah saya sudah menguasai pelajaran, seperti itu contohnya,” tuturnya kepada Inibaru.id belum lama ini.
Selain Pagoda Avalokitesvara, bangunan lain yang menjadi daya tarik di sana adalah Vihara Dhammasala. vihara tersebut terdiri atas dua lantai dengan warna cokelat yang mendominasi bangunan. Lantai pertama merupakan tempat untuk beribadah, sedang lantai kedua untuk ruang serbaguna yang bisa menampung seribu orang. Nah, di lantai 2 ini masyarakat setempat biasa memanfaatkannya untuk menyelenggarakan pernikahan, seminar, simposium, hingga menginap para wisatawan asing.
Vihara Dhammasala tampak depan (Inibaru.id/Artika Sari)
Vihara Dhammasala terdiri dari dua lantai. Lantai pertama bisa menampung seribu orang (Inibaru.id/Artika Sari)
Patung Buddha di dalam Vihara (Inibaru.id/Artika Sari)
Di samping lantai serbaguna, terdapat perpustakaan yang juga merangkap sebagai kantor pengurus yayasan. Di sana kamu bisa melihat-lihat koleksi tripitaka dalam berbagai bahasa, seperti bahasa Mandarin, Inggris, hingga Thai. Selain buku-buku, perpustakaan ini juga menyimpan puluhan patung Buddha dengan warna perak dan emas.
Di perpustakaan ini, terdapat Tripitaka dari beberapa bahasa (Inibaru.id/Artika Sari)
Nggak jauh dari perpustakaan, terdapat pula bukkhu di belakang vihara. Bukkhu adalah rumah yang menjadi tempat bagi para biksu. Di bukhu inilah para biksu melakukan kegiatan mereka. Akan tetapi, jangan berharap bisa bertemu mereka setiap saat, ya, Millens. Pasalnya, ada 227 aturan yang nggak boleh dilanggar para biksu ini, salah satunya bertemu dengan lawan jenis tanpa adanya saksi.
Bukkhu, tempat tinggal para biksu (Inibaru.id/Artika Sari)
Untuk mengunjungi Vihara Buddhagaya Watugong, kamu bisa ke sana setiap hari pada pukul 10.00-17.00 WIB. Objek ini biasanya ramai dikunjungi pada akhir pekan. Nggak kurang dari 250-300 wisatawan yang datang. Jadi, kalau pengin agak sepi, datanglah pas weekday.
Nggak ada pungutan biaya untuk masuk ke lokwisaata religi ini. Tiket masuknya gratis, tapi kalau mau kamu juga bisa menyumbang uang ke yayasan. Oya, karena merupakan tempat ibadah, ada baiknya kamu mengenakan pakaian yang sopan, ya, Millens.
Tertarik berkunjung? Kalau kamu dari Simpanglima Semarang, kamu tinggal ambil jalur ke selatan. Nantinya kamu akan bertemu Jalan Pemuda. Dari situ, lurus saja menuju Banyumanik. Objek wisata ini berlokasi tepat di depan markas Kodam Semarang.
Selamat mengagendakan acara liburan ke sini ya, Millens! (Artika Sari.E03)