Inibaru.id – Akhirnya Ponorogo punya tempat wisata baru yang bisa saya sambangi. Namanya Mloko Sewu. Sudah sering wira-wiri lo di media sosial. Tertarik lantaran foto-fotonya yang ciamik, teman-teman dan saya pun meluncur ke sana.
Ruas jalan menuju ke sana lumayan lebar. Mau naik sepeda motor atau mobil semua memungkinkan. Lantaran lebih suka merasakan sepoi angin, saya memilih sepeda motor. Perjalanan menuju ke sana melalui rute Telaga Ngebel kemudian ke Desa Gondowido. Bisa juga melalui jalur Jalan Pasar Batur Sempu.
Medan didomonasi jalanan yang naik turun dengan kelokan cukup tajam. Namanya juga perbukitan. Meski begitu, kondisi jalan sudah baik kok. Dengan adanya papan petunjuk jalan, dijamin kamu nggak akan nyasar. Rintik gerimis turut menemani di sepanjang perjalanan. Duh, romantis kan?
Destinasi wisata Mloko Sewu ini berlokasi di Dusun Prumbon, Desa Pupus, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo. Objek wisata ini berada di ketinggian 800 mdpl (meter di atas permukaan laut). Tempat wisata ini berada di kawasan hutan pinus Perhutani Ponorogo.
Asal Nama Mloko Sewu
Tepat setahun Mloko Sewu dikelola pihak swasta melalui Perjanjian Surat Kerja dengan Perhutani. Dwi Wahyudi, salah seorang pengelola Mloko Sewu ini menjelaskan pemilihan nama tempat wisata ini. Mloko Sewu diambil dari nama pohon malaka yang tumbuh di objek wisata ini.
“Dulu di sini banyak tumbuh pohon buah Mloko, karena ilat (lidah –red) orang Jawa lebih mudah menyebut malaka dengan mloko. Disebut sewu karena jumlahnya banyak, kalau sekarang ada tapi tidak sebanyak dulu,” terang Dwi.
Oh, pantas saja banyak pohon malaka tumbuh di area wisata ini. Malaka mirip pohon cermai dan tingginya dapat mencapai 15 meter mirip.
Padukan Keindahan Alam yang Instagenik
Mloko Sewu digarap di lahan Perhutani seluas 2 hektar. Konsep awal dibuatnya tempat ini menawarkan keindahan taman bunga (flower garden) dan pemandangan senja kala sore (sunset point view). Klaim ini bukan omong kosong, Millens. Pemandangan sunset dari tempat ini sangat indah.
“Saat ini kami memulai peremajaan kembali. Kemarin musim kemarau panjang membuat banyak tanaman kami mati karena kekurangan air,” jelas Mas Professor, panggilan akrab Dwi.
O ya, di sini ada lebih dari sepuluh ragam tanaman bunga. Ada tanaman iler (sejenis tanaman bayam yang daunnya bewarna merah, hijau, atau pun kuning), bunga matahari, bunga kertas, kenikir, serta jengger ayam.
Walaupun bertujuan komersil, pengelola nggak sembarangan menata spot foto dan taman bunga di Mloko Sewu. Suasana alam yang asri dan alami tetap dipertahankan. Lega saya. Aktivitas foto-foto jadi tanpa rasa bersalah. He.
Buka dari pukul 08.00-18.00 WIB setiap hari, sekira 10 spot foto bisa dijajaki. Empat di antaranya balon udara bertuliskan “Ponorogo : Ethnic Art of Jawa”, perahu bambu yang menghadap ke barisan bukit sekitar, pintu kusen yang artistik, dan rumah panggung kayu.
Jadi, kamu mau ke sini juga? Siapkan kocek Rp10 ribu perorang ya. (Dwi Nastiti M/E05)