BerandaAdventurial
Kamis, 11 Des 2019 19:30

Menjelajahi Marba di Sudut Kota Lama, Gedung Klasik yang Instagenik

Gedung Marba selalu jadi tempat favorit buat mengabadikan diri bagi para pengunjung Kota Lama. (Inibaru.id/ Audrian F)

Memang nggak salah jika orang terpana dengan Marba. Dari luar bangunan berdinding setebal 20 cm ini mengundang decak kagum. Tapi seperti apa ya bagian dalamnya?

Inibaru.id - Gedung tua di dekat Taman Srigunting itu memang memikat. Bangunan ini kerap dijadikan latar atau objek foto. Jika kamu berdiri di depan gedung dan mendongak ke atas, kamu bakal menemukan kata; MARBA. Sekian tahun hanya menjadi penikmat dari luar, saya memutuskan masuk.

Gedung marba ini dibangun pada abad 19. Menurut Afif dari Bersukaria Walk saat saya temui, Kamis (28/11), “Marba” sebetulnya akronim dari “Marta Badjunet”, seorang saudagar kaya dari Yaman. Dulu sempat digunakan sebagai kantor usaha pelayaran Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL). Selain itu pernah menjadi satu-satunya toko modern yang bernama “De Zeikel”.

Taman Srigunting terlihat dari lantai 2 Gedung Marba. (Inibaru.id/ Audrian F)

“Salah satu bagian yang paling menarik dari Marba ini adalah batu-batanya yang depan itu dibuat dengan batu-bata yang sama dari Gereja Gedangan,” ucap Fauzan Kautsar. Sekadar info, Gereja Gedangan letaknya nggak jauh dari Kota Lama, tepatnya ada di Jalan Ronggowarsito.

Saat ini ternyata Gedung Marba dibagi dua bagian yaitu depan dan belakang. Bagian depan kini menjadi kantor pengacara, sementara yang belakang sempat menjadi gudang sang pemilik dari pabrik jamu “Air Mancur”.

Saat saya masuk di bagian depan, tempatnya nggak cukup luas. Ada beberapa ruangan yang disekat-sekat dengan triplek. Menuju lebih ke dalam tempatnya semakin gelap karena nggak ada penerangan sama sekali. Saya harus memakai senter dari ponsel untuk membantu penglihatan. Setelah terlihat ternyata isinya hanya ada motor-motor yang entah milik siapa, kemudian rongsokan berisi banyak botol bekas. Namun meskipun begitu, saya masih bisa melihat sisa kejayaan pada bagian atap.

Gedung Marba sedang direnovasi. (Inibaru.id/ Audrian F)

Saya kira dari ruangan depan tersebut bisa langsung tembus ke belakang, namun ternyata buntu. Jadi saya harus keluar dulu untuk memasuki ruang belakang.

Sampai di belakang ternyata masih direnovasi. Saya bertemu Trimanto, dia adalah pengawas perbaikan Marba. Kebetulan dia adalah adik dari sang pemilik yang bernama Tiki.

“Ini rencanya mau dibikin kafe,” ujar Trimanto.

Salah satu tangga di Gedung Marba yang telah hancur. (Inibaru.id/ Audrian F)

Saya mencoba menelusuri bagian dalam. Tempatnya sudah bersih. Nggak terlihat seperti lama mangkrak. Memang sedikit porak-poranda tapi saya rasa ini karena aktivitas perbaikan.

Di lantai dua bukan lantai beton yang saya temukan melainkan kayu jati. Ada beberapa bagian yang sudah hancur dan tampak lapuk. Was-was juga saat saya meniti lantai itu. Namun menurut Trimanto, kayu tersebut masih sangat kuat sehingga aman. Ah, lega.

Lantai 2 Gedung Marba masih utuh dengan bangunan lamanya. (Inibaru.id/ Audrian F)

Gaya bangunan neoklasik yang mengadopsi arsitektur tropis Hindia Belanda seperti yang tercatat di SitusBudaya.id memang benar adanya. Material bata, kayu, dan sedikit besi tuang juga masih berdiri kokoh menopang atap gedung Marba. Jendela dan kusennya pun masih tertata rapi.

Banyak sumber yang mengatakan kalau dinding gedung Marba memiliki ketebalan 20 cm. Hal itu langsung dibenarkan oleh Trimanto yang turut andil dalam perbaikan gedung ini.

“Ya, benar, tebalnya 20 cm. Tapi hanya bagian depannya saja. Untuk dinding yang lain ketebalannya masih umum,” jelasnya.

Hm, sulit rasanya membayangkan bangunan ini bakal menjadi kafe. Sepertinya memang menarik untuk ditunggu ya. (Audrian F/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024