BerandaAdventurial
Rabu, 14 Apr 2020 15:35

Mendengar Jeritan Hati Pedagang Oleh-Oleh di Pasar Wisata Bandungan

Suasana sepi di Pasar Wisata Bandungan. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Beberapa pedagang yang masih bertahan mengaku cuma dapat 15 ribu per hari. Nggak jarang pula dagangan mereka sama sekali nggak laku.<br>

Inibaru.id - Tutupnya seluruh obyek wisata yang terdapat di Kecamatan Bandungan membawa dampak yang sangat kentara. Jalan raya yang sedianya dipadati kendaraan para pelancong setiap akhir pekan, kini terlihat lengang. Pasar wisata yang menyediakan berbagai oleh-oleh khas Bandungan juga mengalami kondisi serupa.

Meskipun kecil, pasar yang biasanya jadi rujukan wisatawan saat berkunjung ke kota dingin ini selalu ramai. Namun Sabtu (11/4), suasana sepi yang saya jumpai. Cuma ada suara pedagang yang saling bertegur sapa di balik lapak. Saya yang berjalan sendirian di lorong pasar pun menjadi sasaran para pedagang yang rata-rata menjajakan buah-buahan tersebut.

Saya bertemu Wartinah, Sri, dan Suraiyah. Lapak mereka berdampingan. Mereka kompak mengatakan pasar kini sepi. Wartinah bahkan mengaku manisan dagangannya nggak laku satu pun dalam waktu satu bulan.

Pada perayaan keagamaan dan akhir pekan sekalipun nggak kunjung ramai pembeli. “Sepi, kemarin kenaikan Isa Almasih nggak ada orang,” tambah Wartinah

Bisa Makan, Nggak Bisa Bayar Cicilan

Rata-rata dagangan di sini adalah sayur dan buah. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Para pedagang ini mengaku nggak punya pilihan lain selain berjualan. Mereka mengaku nggak punya pekerjaan lain seperti bercocok tanam atau membuka warung di rumah.

“Kalau yang tetap di sini ya nggak punya kerjaan lain,” tutur Suraiyah sambil menata alpukat dagangannya. Kulit buah itu mengilap. Kilau yang jarang saya lihat kalau pas ke sini karena tertutup banyak orang yang hendak menawar atau sekadar melihat-lihat.

Pedagang yang semuanya perempuan ini kompak untuk terus berdagang karena ini merupakan sumber penghasilan utama. Mata saya terasa pedih menahan air mata ketika Sri bertekat untuk terus membuka lapak meski nggak laku.

“Karena kami tulang punggung keluarga,” tutur Sri.

Kondisi sepi ini bikin keuangan mereka superdevisit. Kekhawatiran mulai mereka rasakan seiring pendapatan yang mandek. Tapi, bukan sekadar urusan makan yang mereka masalahkan. Ada hal lain yang juga penting.

"Kalau mau makan masih cukup bisa utang tetangga, namun kan cicilan jalan terus dan harus kita bayar setelah pandemi ini,” pungkas Wartinah.

Meskipun kondisi ini bikin ekonomi keluarga terseok-seok, mereka tetap mensyukuri hasil jualan yang kadang nggak lebih dari Rp 15 ribu. Uang itu masih bisa digunakan untuk bertahan hidup. Mereka berharap agar pandemi ini segera berakhir beserta semua kepayahan yang mereka rasakan.

Buatmu yang masih bisa mengerjakan tugas dari rumah, jangan lupa bersyukur ya, Millens! (Zulfa Anisah/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024