BerandaAdventurial
Rabu, 26 Jan 2021 21:16

Kampung Darat, Ali Kholil, dan Puluhan Penjual Kopi Keliling yang Pernah Jaya

Tomo tinggal di Kampung Darat Nipah. (Inibaru.id/ Audrian F)

Bukan cuma dikenal sebagai tempat berdirinya Pondok Pesantren Darat, Kampung Darat juga sempat menjadi sentra penjual kopi keliling. Puluhan penjual kopi keliling asal Tegal yang menjajakan produk kopi Ali Kholil, cucu Kiai Soleh Darat, pernah menikmati masa jaya di kampung ini. <br>

Inibaru.id - Kampung Darat yang berada di Semarang Utara ini punya banyak cerita. Sebelum menjadi bagian Kelurahan Dadapsari, daerah ini bernama Kampung Melayu Darat.

Kata "Darat" yang tetap melekat seakan menegaskan asal usulnya. Yap, kampung ini menjadi tempat bermukim Kiai Haji Muhammad Sholeh bin Umar As-Samarani atau lebih akrab disebut dengan Kyai Sholeh Darat. Dia adalah mahaguru para kiai besar.

Dua kiai yang merupakan muridnya adalah KH Hasyim Ash’ari, pendiri Nahdatul Ulama dan KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. RA Kartini juga merupakan santri karismatik ini, lo.

Selain menjadi tempat tinggal tokoh Islam yang disegani, Kampung Darat merupakan tempat bernaung puluhan penjual kopi keliling. Salah seorangnya, Sutomo. Lelaki 60 tahun ini biasa berkeliling menjajakan kopi dengan bersepeda.

Tomo, panggilan akrabnya, mengenang masa-masa awal dia berjualan kopi pada 1975. Dia terinspirasi ayah dan kakaknya yang lebih dulu melakoni profesi yang sama.

Dulu pedagang kopi keliling seperti Tomo ini jumlahnya ada banyak. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Menurut Tomo, banyaknya pedagang kopi keliling di Kampung Darat karena satu alasan. Dulu, ada seorang juragan kopi bernama Ali Kholil. Dia adalah cucu Kiai Soleh Darat, tokoh yang lekat dengan kampung ini.

“Ali Kholil dulu kopinya banyak. Ramai,” ujar Sutomo.

Seiring kesuksesan usaha kopi ini, Ali Kholil mempekerjakan banyak orang. Barangkali karena getok tular, banyak orang Tegal yang menjadi pegawai Ali Kholil termasuk ayah dan kakak Tomo.

Di sini, mereka nggak cuma mencari uang tapi juga menimba ilmu agama dengan nyantri di Pondok Pesantren Darat. Seperti santri lainnya, mereka tidur di masjid. Selain memperdalam ilmu agama, para pegawai ini juga diberi pengetahuan seputar kopi.

“Jadi nggak hanya jual saja,” terang Tomo.

Tomo ingat ketika usaha kopi Ali Kholil masih jaya, harga kopi murah. Karena itu, dia nggak merasa keberatan membelinya. Jadi, selain menjadi pegawai yang menjualkan produk bosnya, dia juga kulakan.

Sayangnya, masa kejayaan itu tumbang juga. Harga kopi semakin mahal dan sulit dicari. Banyak pedagang kopi yang akhirnya berhenti atau pulang ke daerahnya karena nggak sanggup kulakan. Nggak adanya penerus sepeninggal Ali Kholil, membuat produksi kopi benar-benar mandek.

Menuang kopi. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

“Kopi Pak Ali Kholil tinggal kenangan,” ujarnya.

Selain dirinya, masih ada pedagang kopi keliling dengan sepeda. Tapi, mereka bukan didikan Ali Kholil. Jika dihitung menurut Tomo saat ini hanya tersisa empat orang dan lokasi mereka tersebar.

Secara pribadi, Tomo nggak menyarakan orang lain menjalankan profesi ini. Namun baginya yang sudah kadung jauh melakoninya, menjadi penjual kopi keliling merupakan jalan hidupnya. Dia bahkan pernah menolak tawaran pekerjaan lain.

“Saya pernah ditawari kerja jadi tukang bersih-bersih di suatu perusahaan. Tapi saya lebih memilih jualan kopi saja. Sekalian olahraga,” tutupnya.

Hm, menarik ya, Millens? Etapi, kamu sudah pernah beli kopi murni dari Pak Tomo belum nih? (Audrian F/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Rampcheck DJKA Rampung, KAI Daop 4 Semarang Pastikan Layanan Aman dan Nyaman Jelang Nataru

4 Des 2025

SAMAN; Tombol Baru Pemerintah untuk Menghapus Konten, Efektif atau Berbahaya?

4 Des 2025

Ketua DPRD Jateng Sumanto Resmikan Jalan Desa Gantiwarno, Warga Rasakan Perubahan Nyata

4 Des 2025

Harga Gabah Naik, Sumanto Ajak Petani Jalan dengan Kepala Tegak

3 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: