Inibaru.id - Ke kuburan ketika langit terang atau siang hari mungkin sudah biasa. Lalu bagaimana jika ke kuburan pada malam hari dan dalam rangka jalan-jalan? Yap, namun begitulah yang saya lakukan bersama Bersukaria Walk.
Untuk kali pertama, agen pengenal sejarah dan tempat-tempat di Kota Semarang ini bikin acara jalan-jalan ke permakaman. Tepatnya ada di Makam Belanda Ereveld, Gajah Mungkur, Kota Semarang. Meskipun kali pertama namun pesertanya nggak sedikit lo, tercatat ada 10 orang lebih yang ikut pada jelajah yang bertajuk “Night At Ereveld” ini.
Saya pribadi begitu melihat Bersukaria hendak bikin acara ini memang langsung tertarik. Terlebih saya sebelumnya sudah pernah keliling-keliling makam Ereveld, namun saat itu bukan pada malam hari ya dan lokasinya pun ada di Ereveld Kalibanteng.
Tahu ada acara unik ini saya tentu nggak ingin sendiri. Saya mengajak teman saya yang bernama Jangka. Selama perjalanan ke makam saat naik motor kami ngobrol kecil soal jelajah ini. Kami menerka-nerka apakah jelajah ini bakal menakutkan.
“Aku kira nggak sih, makam orang Belanda nggak banyak syak wasangka kayaknya,” kata Jangka dengan sedikit berteriak karena suaranya beradu bersama bising jalan raya dan angin.
Kami datang agak terlambat. Soalnya satu jam sebelum acara sebagian daerah di Kota Semarang hujan. Dikarenakan hal itu pula ada beberapa peserta yang undur diri. Takut mungkin ya? Kalau saya sih, tetap berangkat.
Sampai di Ereveld hujan juga belum berhenti meskipun hanya rintik-rintik gerimis tipis saja. Namun jelajah tetap berlanjut dengan masing-masing peserta yang dipinjami payung.
Oh, iya, selain payung kami juga diberi lilin. Sebelum ke lokasi, kami sudah diminta untuk membawa korek. Lilin di kuburan, wah pasti ada sesuatu yang seru nih, batin saya.
Setelah mulai mengisi daftar hadir dan kami pun mulai menjelajah Ereveld. Seperti biasa Story Teller Bersukaria Walk yang bernama Lita langsung menjelaskan apa-apa yang ada di sana.
Tentang Ereveld sendiri sebetulnya sedikit-banyak saya sudah tahu. Sebab sebelumnya saya sudah bukan hanya berkunjung ke makam ini, tapi juga meliputnya.
Ereveld adalah milik Yayasan Makam Kehormatan Belanda (Oorlogs Graven Stichting (OGS). Di Indonesia terdapat 7 makam.
Kalau di Jakarta ada di Menteng Pulo dan Ancol. Bandung ada di daerah Pandu dan Leuwigajah. Sementara di Surabaya berada di Lembangkuning. Kalau di Semarang, kamu bisa menemukan permakaman ini di Candi Gajah Mungkur ini dan Kalibanteng.
Kalau di Gajah Mungkur makam didominasi oleh jenazah tentara KNIL. Sementara di Kalibanteng ada tentara Belanda dan rakyat sipil juga.
Seperti yang saya dan Jangka obrolkan tadi, ternyata keliling makam Belanda di malam hari ini nggak seram-seram amat. Malah saya merasa nyaman dan ingin berbaring di rumput-rumputnya yang terawat. Para peserta pun juga ketawa-ketawa bahagia seperti jalan-jalan di taman.
Memperingati Earth Hour 2021
Selain cerita banyak tentang Ereveld, Lita juga mengajak peserta untuk mencari nomor makam atau melihat tempat proses pembuatan batu nisan. Lalu yang menjadi puncaknya adalah menghidupkan lilin yang sudah diberikan kepada peserta.
Hm, tampaknya ekspetasi saya yang macam-macam tadi terlalu berlebihan. Ternyata lilin ini digunakan untuk memperingati “Earth Hour 2021” yang jatuh di tanggal 27 Maret lalu.
Peringatan Earth Hour adalah kegiatan global yang diinisiasi oleh World Wide Fund for Nature (WWF) pada Sabtu akhir bulan Maret setiap tahun. Tujuan gerakan massal ini untuk merawat Bumi. Caranya adalah dengan mematikan lampu selama satu jam.
Jelajah ke makam Ereveld yang dilakukan oleh Bersukaria Walk ini sebetulnya untuk memperingati Earth Hour itu. Bukan seperti apa yang saya duga tadi yakni untuk merasakan sensasi mistis di makam.
Nah, lilin yang dihidupkan itu juga bukan untuk Earth Hour semata. Tapi juga untuk menghormati mereka yang sudah tiada. Kami menyulut lilin dan menaruh di sebuah tugu penghormatan yang bertuliskan “Voor Velighied En Recht”, artinya “Demi Keamanan dan Keadilan”. Sementara untuk regu yang lain juga menyulut lilin dan diberikan di tiap batu nisan.
Pemberian lilin di tugu itu mengakhiri jelajah “Night At Ereveld”. Usai jelajah dan menulis buku presensi saya ngobrol sebentar dengan Lita. Saya teringat kalau rute Bersukaria Walk di Jelajah Pleburan ada yang singgah di Wonderia. Oleh karena itu saya mengusulkan kepada Lita buat bikin “Night At Wonderia” saja biar lebih seru. Hihi, setuju nggak, Millens? (Audrian F/E05)