Inibaru.id - Permakaman dalam persepsi masyarakat mungkin seperti lokasi yang sakral dan punya kesan mistis. Saya pun kalau ke makam mungkin hanya pada saat momen ziarah sebelum dan sesudah Hari Raya Idulfitri. Yang jelas bukan menjadi tempat rujukan untuk rekreasi atau bahkan sekadar main-main.
Namun anggapan itu nggak berlaku di Ereveld Kalibanteng, Jalan Siliwangi, Kota Semarang. FYI, tempat ini merupakan Makam Kehormatan Belanda. Di sini ribuan korban perang dunia II yang terdiri atas orang Belanda dan masyarakat lokal terbaring damai.
Namanya juga permakaman, suasana sunyi tentu melingkupi. Tapi meski saya berdiri dikepung nisan, tempat apik ini lebih mirip taman, Millens.
O ya, Ereveld merupakan pemakaman Belanda yang dikelola oleh
Yayasan Orlogs Graven Stichting. Selain di Kalibantent ini, makam Ereveld berada Jl. Taman Jend. Soedirman
No. 4, Bendungan, Gajahmungkur, Semarang.
Sejauh mata memandang, makam Ereveld tempatnya cukup luas, bersih, rapi dan asri karena dihiasi dengan rerumputan yang hijau dan berbagai pepohonan. Wah, saya makin tertarik untuk menjelajah.
Di sana saya ditemani oleh Eko Boedi Listyanto.
Dia adalah pengawas Ereveld Kalibanteng Semarang. Sebelum diajak berkeliling, dia menggiring saya melihat tempat pembuatan nisan.
Yap, Ereveld memproduksi pusara sendiri. Waktu saya ke sana tampak para pekerja yang sedang memoles batu nisan.
“Batu nisan di sini terus diperbarui.
Warnanya pudar sedikit saja langsung kami ganti. Awalnya masih pakai kayu jati,
namun sekarang sudah menggunakan cetakan beton,” ujar Eko, Selasa (28/1). Eh, kamu juga dibolehin kok kalau mau lihat.
Setelah melihat proses pembuatan batu nisan, Eko menemani saya berkeliling. Makam Ereveld Kalibanteng Semarang ini dikelilingi pepohonan. Ada 7 pohon beringin, pohon cemara, dan pohon kelengkeng. Di sekeliling makam ada sebuah sungai kecil yang melingkar.
Saya mulai menyusuri jalan setapak yang
memisahkan makam. Indah sekali. Tempatnya luas dan bersih. Saya jadi percaya orang bisa ke sini untuk sekadar jalan-jalan.
Selepas saya melalui jalan setapak tadi. Ada sebuah makam batu yang besar yang berada di dekat lokasi bendera. Saya kira itu makam. Namun kata Eko, itu monumen.
“Itu monumen 'Perempuan Tak Dikenal'. Tapi bukan berarti ini makam. Cuma monumen saja,” jelasnya. Memang di Ereveld Kalibanteng ini memiliki beberapa monumen selain Monumen Perempuan Tak Dikenal tadi. Ada monumen lempengan batu peringatan, Jongenskampen, dan patung perempuan dan anak.
Monumen Jongenskampen didirikan untuk mengingat anak-anak muda tawanan tentara Jepang. Dirupakan seperti seorang bocah kurus dan membawa cangkul di bahunya. Dia berdiri dengan ditopang oleh sebuah kapak dan hanya memakai selembar kain di pinggang. Patung ini dibuat oleh pematung Anton Beysens dan diresmikan pada 1988.
Puas menyusuri makam, saya bersama Eko menyempatkan diri untuk duduk di bawah pohon beringin tersebut. Rasanya sejuk dan adem karena terkena angin yang sepoi-sepoi. Hoam, bikin ngantuk. Haha
Mau berkunjung ke makam Ereveld Kalibanteng Semarang nggak, Millens? Eits, jangan lupa taat aturan ya! (Audrian F/E05)