Inibaru.id - Jejak peninggalan masa kolonial ternyata nggak cuma bangunan-bangunan kuno. Namun keberadaan mereka di masa lampau juga ditandai dengan adanya permakaman khusus orang-orang Belanda. Namanya adalah “Ereveld”.
Permakaman tersebut didirikan oleh Yayasan Makam Kehormatan Belanda (Oorlogs Graven Stichting (OGS). Di Indonesia terdapat 7 makam. Di Jakarta terletak di Menteng Pulo dan Ancol. Bandung ada di daerah Pandu dan Leuwigajah. Sementara di Surabaya berada di Lembangkuning. Kalau di Semarang, kamu bisa menemukan permakaman ini di Candi dan Kalibanteng.
Memang kalau diamati, kota-kota tersebut mempunyai reputasi bersejarah di era kolonial ya, Millens. Nah, pada Selasa (28/1) saya berinisiatif mengunjungi Ereveld yang berlokasi di Kalibanteng, Kota Semarang.
Menurut pengawas lapangan Ereveld Kalibanteng Eko Boedi Listyanto, Makam Kehormatan Belanda yang di Kalibanteng dan di Candi memiliki perbedaan. Baik dari segi luas maupun jenazah yang disemayamkan.
“Kalau di Candi sana cuma jenazah tentara KNIL. Yang di Kalibanteng ini ya tetap ada tentara, cuma ada juga rakyat sipil,” ujar Eko.
Makam Ereveld Kalibanteng yang dibangun pada 1946 hingga 1950 ini berbentuk segitiga sama sisi. Kala itu Jalan Siliwangi masih bernama Grote Pstweg.
Dibangun dinas pemakaman tentara milik Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL), makam ini baru diresmikan pada 22 April 1949.
Seperti yang sudah dijelaskan Eko tadi, "penghuni" Ereveld Kalibanteng nggak cuma tentara KNIL, namun ada juga masyarakat sipil. Mereka semua berasal dari tempat pengasingan tawanan milik Jepang yang berada di Jawa Tengah, seperti Ambarawa, Banyu Biru, Lampersari, dan Karangpanas. Lebih dari 3.000 jenazah korban perang disemayamkan di sini.
Menurut arsip catatan Ereveld, dahulu ada 22 Makam Kehormatan Belanda yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Namun atas permohonan Pemerintah Indonesia setelah penyerahan kedaulatan di tahun 60-an, Makam Kehomatan Belanda tersebut dipusatkan di Pulau Jawa saja.
Ada hal unik di Ereveld Kalibanteng ini. Letak makam anak berada di tengah makam laki-laki dan perempuan. Tadinya saya pikir, mungkin itu sebagai gambaran keluarga. Saya menanyakan hal ini pada Yayasan Makam Kehormatan Belanda yang terletak di Kebayoran Baru, Jakarta via surel.
Kata Direktur Yayasan Robbert van de Rijdt, penempatan berdasarkan usia dan gender merupakan keputusan Dinas Pemakaman Belanda di Pasifik Barat Daya. Namun kalaupun benar dia setuju kalau denah seperti itu mirip seperti gambaran sebuah kelurga di mana, kedua orang tua mendampingi mendampingi dan menuntun anaknya.
Hal unik lainnya, setiap makam diberi batu nisan sesuai
keyakinan mereka. Nisan berbentuk seperti kubah masjid menandakan mereka muslim, nisan salib berarti sang pemilik Kristen atau Protestan, sedangkan segi enam milik orang Yahudi.
Nah, jadi itu tadi seputar Makam Kehormatan Belanda Ereveld Kalibanteng. Kamu sudah tahu belum? (Audrian F/E05)