BerandaAdventurial
Senin, 3 Des 2023 17:00

Dua Versi Asal Penamaan Stadion Manahan Solo

Dua Versi Asal Penamaan Stadion Manahan Solo

Stadion Manahan Solo. (Kemen PUPR)

Konon, dulu Stadion Manahan Solo dipakai sebagai lahan latihan olah raga panahan pada masa kerajaan. Apakah benar?

Inibaru.id – Gelaran Piala Dunia U-17 Indonesia berakhir sudah. Pada pertandingan final yang dilangsungkan di Stadion Manahan Solo, Jerman menang adu penalti atas Prancis dan menjadi juara dunia di level junior. Tapi, kita nggak akan membahas lebih jauh tentang pertandingan tersebut karena yang akan kita bahas adalah tentang venue laga final tersebut, yaitu Stadion Manahan.

Semenjak direnovasi pada 2018, stadion dengan kapasitas 20 ribu penonton tersebut memang terlihat jauh lebih cantik. Sebelum dipakai sebagai tempat laga-laga di Piala Dunia U-17, stadion ini juga digunakan Persis Solo sebagai kandang.

Tapi, Persis Solo sebenarnya baru memakai stadion ini sebagai kandangnya sejak 2006 lalu. Sebelumnya, mereka selalu menggunakan Stadion Sriwedari yang kapasitas stadionnya lebih kecil.

Bisa dikatakan, stadion ini memang cukup muda jika dibandingkan dengan stadion-stadion lain di Pulau jawa. Maklum, stadion ini baru diresmikan pada Sabtu (21/2/1998) oleh Presiden Soeharto. Padahal, rencana pembangunan stadion ini sudah ada sejak 1989.

Betewe, pernah kepikiran nggak mengapa nama stadionnya Manahan? Apalagi di depan stadion juga ada patung orang yang sedang memanah. Terkait dengan hal ini, ternyata ada dua versi penjelasannya, Millens.

Patung orang memanah di depan Stadion Manahan Solo. (Medcom/Widjajadi)

Yang pertama adalah namanya diambil di wilayah tempat stadion ini berdiri, yaitu Kelurahan Manahan di Kecamatan Banjarsari. Nama kelurahan ini berasal dari Ki Ageng Pemanahan, salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai perintis Wangsa Mataram.

Nah, wilayah di mana Ki Ageng Pemanahan tumbuh besar di Surakarta kemudian disebut sabagai Manahan. Saat Ki Ageng Pemanahan dewasa, dia kemudian mendapatkan perintah dari Sutan Adiwijaya pada 1556 untuk membuka hutan Mentaok. Lahan tersebut kemudian berkembang menjadi Kotagede di Yogyakarta.

Meski begitu, versi ini nggak sekuat versi lainnya, yaitu dulu Kelurahan Manahan adalah tempat di mana para bangsawan keraton berlatih olah raga panahan saat Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara V memimpin Praja Mangkunegaran.

“Banyak bangsawan yang berburu hutan sampai ke Alas Kethu Wonogiri. Nah, untuk melatih keahlian memanah, mereka memakai lahan yang kini jadi lokasi Stadion Manahan Solo. Saking gemarnya para bangsawan melakukan olah raga ini, konon Mangkunegara V meninggal saat berburu,” cerita sejarawan Heri Priyatmoko sebagaimana dilansir dari Solopos, Rabu (21/9/2022).

Tapi, penggunaan lahan tersebut sebagai tempat latihan panahan nggak lama. Pada 1870, lahan tersebut diubah jadi tempat pacuan kuda. Alasannya, tempat balap kuda sebelumnya dijadikan Stasiun Solo Balapan. Pembangunan tempat pacuan kuda ini dilakukan dengan serius sehingga wilayah tersebut jadi paru-paru kota sekaligus daerah resapan air pencegah banjir.

Lahan pacuan kuda itu kemudian diubah fungsinya jadi Stadion Manahan Solo yang bisa dipakai untuk kompetisi berbagai macam cabang olah raga pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.

Hm, menarik juga ya menilik sejarah dari Stadion Manahan Solo. Omong-omong, kamu sudah pernah ke sana belum nih, Millens? (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Alunan Musik Yogyakarta Royal Orchestra yang Menyatu dengan Suara Laju Kereta di Stasiun Tugu Jogja

10 Apr 2025

Sudahi Kontrak di Red Sparks, Megawati akan Dirindukan Penggemar Voli di Korea

10 Apr 2025

Kuda yang Jadi 'Kambing Hitam' atas Bau Pesing di Kawasan Malioboro Jogja

10 Apr 2025

Menghidupkan Kembali Hewan Punah: Mungkinkah Etis?

10 Apr 2025

Forum Senayan Peduli Jateng Perdana Digelar, Ketua DPRD Sumanto: Sinergi Kunci Kemajuan Daerah

10 Apr 2025

Benahi Layanan BRT Semarang, Pemkot Segera Atasi 'Cumi Darat' dan Perbaiki Shelter

10 Apr 2025

Menteri Maruarar: Program Rumah Subsidi untuk Jurnalis Bukan untuk Membungkam Kritik

10 Apr 2025

Lolongan dari Masa Lalu; Dire Wolf Lahir Kembali lewat Rekayasa Genetika

10 Apr 2025

Pijar Park Kembali Jadi Destinasi Wisata Keluarga Terfavorit di Kudus selama Libur Lebaran

10 Apr 2025

Seniman Penuh Talenta Berumur Panjang Itu Kini Berpulang; Titiek Puspa Namanya!

11 Apr 2025

Sejarah Getuk Goreng Sokaraja; Tercipta karena Nggak Disengaja

11 Apr 2025

Kabar Lelayu: Pemilik Lekker Paimo Semarang Meninggal Dunia

11 Apr 2025

Prosesi Buka Luwur Makam Ratu Kalinyamat Diiringi Lantunan Doa untuk Kemajuan Jepara

11 Apr 2025

Mengapa Manusia Terobsesi Umur Panjang? Antara Takut Mati dan Cinta Hidup

11 Apr 2025

Sesaji Rewanda; Ketika Para Monyet Goa Kreo Juga Diberi 'Angpao' saat Lebaran

11 Apr 2025

Dua Manusia Kloning yang Saling Bekerja Sama dalam 'Mickey 17'

11 Apr 2025

BMKG: Seminggu ke Depan, Ada Potensi Hujan Lebat dan Angin Kencang di Indonesia

11 Apr 2025

Ihwal Mula Kampung Larangan di Sukoharjo, 'Zona Merah' yang Pantang Dimasuki Bumiputra

12 Apr 2025

Lagu "You'll be in My Heart" Viral; Mengapa Baru Sekarang?

12 Apr 2025

Demi Keamanan Data Pribadi, Menkomdigi Sarankan Pengguna Ponsel Beralih ke eSIM

12 Apr 2025