BerandaAdventurial
Minggu, 4 Jan 2020 10:00

Berziarah ke Makam Soegijapranata, Uskup Pertama Indonesia

Nisan Soegijapranata di Taman Makam Pahlawan Nasional Giri Tunggal Semarang. (Inibaru.id/ Isma Swastiningrum)

Sejarah mencatatnya sebagai uskup pertama dari kalangan bumiputra. Dia setia mengabdi pada umat Katolik hingga akhir hidupnya. Motto hidupnya yang terkenal adalah 100 persen Katolik, 100 persen Indonesia. Dialah Soegijapranata.

Inibaru.id – Berziarah ke Makam Pahlawan Soegijapranata sangat mudah aksesnya. Terletak di kawasan jantung Kota Semarang, tokoh terkemuka umat Katolik tersebut tepatnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional (TMPN) Giri Tunggal Semarang. Letak TMPN berada di seberang POLDA Jateng.

Untuk menuju ke sana, kamu bisa menggunakan kendaraan pribadi, ojek daring, atau transportasi umum Trans Semarang turun di Halte Siranda. Memasuki kompleks TMPN, kamu akan disambut nisan berjejer rapi dan terawat. Makam Soegija sendiri sedikit menjorok ke dalam di sebelah kanan dari pintu utama.

Plang segi lima yang menunjuk makam Soegijapranata. (Inibaru.id/ Isma Swastiningrum)

Di sana ada bangunan semacam pendopo khusus dari semen, di depannya ada plang segi lima dari keramik berwarna hitam bertulis: MAKAM PAHLAWAN NASIONAL MGR. SOEGIJOPRANOTO. Plang ini dari jauh sudah mencolok dan memudahkan peziarah untuk melawat Romo Soegija (baca Jawa: Sugiyo).

Istilah Romo dalam agama Katolik merujuk pada seorang pastor. Yaitu panggilan gelar para imam Katolik di beberapa daerah di Indonesia. Dalam bahasa jawa bermakna Bapak.

Romo Soegija merupakan orang pertama dari kalangan pribumi yang menjadi uskup di Indonesia. Dia lahir di Surakarta, 25 November 1896 dan meninggal dalam tugas di Steyl, Belanda, 22 Juli 1963. Dia ditasbihkan Uskup Vikaris Apostolik Semarang pada 1940. FYI, peran Soegija sendiri dalam perjuangan melawan penjajah sangat besar. lo

Bangunan utama makam Soegijapranata. (Inibaru.id/ Isma Swastiningrum)

Pada zaman Jepang, ketika pastor-pastor Belanda masuk kamp interniran, imam Indonesia masih sedikit yang meneruskan pekerjaan mereka. Dalam masa kehidupan yang amat sulit, Soegija melakukan dukungan dalam meneruskan kehidupan paroki. Caranya dengan mengajar agama, memberi khotbah, memimpin upacara-upacara liturgi sederhana, memimpin upacara pemakaman, dan sebagainya.

Soegija juga sangat tegas mendukung Republik Indonesia pada masa penjajahan. Dia dekat dengan beberapa tokoh nasional, salah satunya adalah Soekarno. Meskipun Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaannya, penderitaan rakyat belum berakhir. Soegija juga ikut turun dalam Pertempuran Lima Hari (14-19 Oktober 1945) dan Pertempuran Semarang yang kedua (18-21 November 1945).

Di nisan Sogijapranata tertulis "In Nomine Jesu" atau "Dalam Nama Yesus". (Inibaru.id/ Isma Swastiningrum)

Motto Soegija yang terkenal adalah “100% Katolik, 100% Indonesia”. Kalimat ini berasal dari pidato Soegija saat  Kongres Katolik Seluruh Indonesia yang diadakan di Semarang pada 1954. Jejak Soegija semasa hidup sampai akhirnya wafat telah membuktikan laku kepemimpinannya yang teruji. Hingga pada dia dinobatkan sebagai tokoh nasional.

Keren sekali ya, Millens. Berminat melawat? (Isma Swastiningrum/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024