Inibaru.id – Musik klasik bukanlah genre populer yang diminati masyarakat secara luas di Indonesia. Namun begitu, di kota mana pun, sejatinya genre yang membesarkan nama Mozart dan Chopin ini selalu punya penggemar, nggak terkecuali di Kota Semarang.
Akhir pekan lalu, pertunjukan musik klasik yang digelar Erasmus Huis Jakarta bekerja sama dengan Yayasan Widya Mitra di Kota Lunpia terbilang sukses. Bertempat di Radjawali Semarang Culture Center, cukup banyak penonton yang memenuhi gedung pertunjukan yang berada di pusat kota tersebut.
Project Manager Erasmus Huis Bob Wardana mengungkapkan, pertunjukan tersebut merupakan konser musik yang rutin digelar Erasmus Huis di Tanah Air. Bedanya, alih-alih menghadirkan pemusik jazz atau pop seperti yang sudah-sudah, kali ini mereka mencoba menawarkan genre baru, yakni musik klasik.
"Kami menghadirkan duo pianis asal Belanda, Peter Caelen dan David Voncken. Semarang menjadi destinasi ketiga kami, setelah Jakarta dan Medan," ungkapnya
Serba Perdana
Selain menjadi pertunjukan musik klasik pertama yang digelar Erasmus Huis, event yang didominasi penonton muda ini juga menjadi "hajatan" musik klasik perdana yang digelar di Radjawali Semarang Culture Center.
Sebelas dua belas, pertunjukan tersebut juga menjadi pengalaman pertama bagi Peter Caelen dan David Voncken manggung di Indonesia, khususnya Kota Semarang.
“Baru kali ini kami datang ke Indonesia dan langsung bermain di tiga kota berbeda,” ungkap Caelen, yang segera diiyakan Voncken.
“Kami sangat menyukai antusiasme semua orang yang datang. Mereka sangat ramah dan mengasyikkan, apalagi anak mudanya,” sahut Voncken.
Jalannya Pertunjukan
Oya, bagi yang belum tahu, Erasmus Huis merupakan pusat kebudayaan Belanda yang bermarkas di Jakarta. Mereka biasa menggelar kesenian Belanda di Tanah Air, sekaligus memberikan ruang bagi pegiat seni lokal untuk berkolaborasi; di antaranya resital piano Caelen dan Voncken.
Bermain di Semarang, duo maestro piano Caelen dan Voncken tampil menawan dengan memainkan karya sejumlah pemusik klasik kenamaan dunia, di antaranya Johannes Brahms, Claude Debussy, dan Franz Schubert. Jemari mereka lincah menari di atas deretan tuts piano yang sore itu menjadi pusat perhatian.
Pertunjukan dibuka dengan kolaborasi four hands Caelen dan Voncken yang memainkan Waltzes opus 39, salah satu karya legendaris komponis Jerman Johannes Brahms. Setelah itu, secara bergantian mereka memainkan solo, lalu ditutup dengan alunan lembut Fantasie in F-minor D.940 karya Franz Schubert.
“Sepertinya semua menyukai musik ciptaan Brahms. Jadi kami jadikan sebagai pembuka,” cerita Caelen seusai pertunjukan.
Disambut Antusias
Musik klasik memang jarang dipertontonkan di Kota Semarang. Namun, justru di sinilah gravitasinya yang membuat orang penasaran untuk datang dan menonton. Laila Tunikmah, seorang penonton yang datang sendirian ke resital piano itu mengatakan, dia sangat menyambut gembira acara tersebut.
"Ini pengalaman pertama; terasa seru dan berbeda, terlebih bisa ketemu langsung dengan pianisnya," ujar gadis yang memang menggemari musik klasik itu. "Bisa lihat langsung tuts piano yang dimainkan para pianis sungguh pengalaman baru; dengerin musik di gawai jadi nggak ada apa-apanya."
Hal serupa juga diungkapkan Midya Wirawan, guru les piano yang sengaja datang bersama keluarga dan para muridnya. Pemusik asal Yogyakarta yang telah memainkan piano lebih dari 50 tahun itu mengaku senang dengan keberadaan resital piano tersebut,
“Biasanya Semarang selalu kalah dengan kota-kota besar lain. Jadi, saya gembira saat tahu kota ini bakal kedatangan pianis dari luar negeri,” terang pemilik Yudistira Musik itu, lalu tertawa. "Sekarang perkembangan musik klasik sudah bagus sekali, kok."
Wah, kalau ada banyak konser musik klasik di Semarang kayaknya seru ya, Millens! Gimana, kamu tertarik menikmati musik klasik juga nggak, nih? (Kharisma Ghana Tawakal/E03)