BerandaAdventurial
Kamis, 8 Jul 2020 12:49

Alasan Suku Baduy Minta Dihapus dari Tujuan Wisata dan Google: Risih Jadi Tontonan!

Banyak lapak di Suku Baduy. (Infobanten)

Suku Baduy mengirim surat ke Presiden Jokowi yang isinya meminta desa adat mereka nggak lagi masuk tujuan wisata dan dihapus dari Google. Mereka merasa risih jadi tontonan. Kenapa?<br>

Inibaru.id – Masyarakat Indonesia dihebohkan dengan permintaan Suku Baduy kepada Presiden Jokowi agar desa mereka yang ada di Provinsi Banten dihapus dari tujuan wisata Indonesia. Bahkan, Suku Baduy pengin nama dan wilayah mereka dihapus dari situs pencari Google. Apa alasannya, ya?

Lembaga Adat Suku Baduy melalui perwakilannya, Heru Nugroho, membuat sebuah surat terbuka yang ditujukan kepada Jokowi pada Sabtu (4/7/2020) di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak. Bersama dengan tiga rekan lainnya, Henri Nurcahyo, Anton Nugroho, serta Fajar Yugaswara, Heru mengirim surat ini ke pemerintah pada Senin (6/7) lalu.

Dalam surat tersebut, disebutkan bahwa Suku Baduy ingin dihapus dari destinasi wisata Indonesia. Mereka nggak berharap tempat tinggal mereka didatangi oleh wisatawan yang jumlahnya memang cukup banyak.

Wisatawan di desa adat Suku Baduy. (Merahputih.com)

Menurut mereka, keberadaan para wisatawan ini seperti menganggap warga Suku Baduy sebagai tontonan atau atraksi wisata saja.

“Hal ini disebabkan oleh banyaknya wisatawan yang datang ke desa adat. Ditambah banyak dari mereka yang nggak menjaga kelestarian alam sehingga merusak nilai-nilai luhur dan tuntunan adat Suku Baduy,” ucap salah satu pemangku adat Suku Baduy, Jaro Saidi.

Yap, banyak warga Suku Baduy yang mengaku merasa terganggu dengan banyaknya wisatawan. Mereka merindukan suasana desa yang sepi dan asri seperti dulu, bukan ramai oleh wisatawan.

Masyarakat Suku Baduy. (Minews)

Lagipula, seringnya wisatawan buang sampah sembarangan dan adanya pedagang yang masuk hingga Baduy Dalam juga membuat warga setempat semakin nggak nyaman.

Hal yang sama diungkapkan Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya. Iti memahami permintaan warga Baduy yang nggak pengin lagi desanya dijadikan sebagai tempat wisata.

“Kenapa mereka mengeluarkan permintaan ini, karena banyak pengunjung nggak taat. Banyak warung dibangun di sana dan sampah dibuang sembarangan,” ucap Iti pada Selasa (7/7).

Jembatan Akar, Kampung Batara, Baduy Luar. (GNFI)

Meski begitu, Iti mengaku pihaknya belum bisa mengeluarkan keputusan apa pun karena pengin lebih dulu menemui tokoh Suku Baduy dari Cibeo, Cikeusik, dan Cikerawana.

Mengingat Suku Baduy sangat menghargai alam dan memiliki aturan adat yang ketat, sebenarnya bisa dipahami, sih, alasan mereka mengajukan permintaan ini. Dalam banyak hal, desa mereka mungkin memang lebih baik tetap menjadi tempat tinggal, bukan lokawisata. Akur? (Hip/IB09/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024