BerandaTradisinesia
Selasa, 2 Jan 2023 16:15

Serat Wulang Reh, Karya Sastra Macapat Yang Ajarkan Kebaikan

Tampak halaman depan dari Serat Wulang Reh. (Museum Dewantara Kirti Griya via Wikipedia)

Banyak sekali karya sastra Jawa yang mengajarkan tentang kebaikan dari para leluhur. Salah satunya Serat Wulang Reh. Serat ini mengajarkan kita untuk berperilaku baik berlandaskan Syariat Islam.

Inibaru.id – "Ngelmu iku kalakone kanthi laku, lekase lawan kas, tegese kas nyantosani, setya budya pangekese durangkara". Kamu pernah mendengar tembang macapat tadi nggak, Millens? Tembang macapat tersebut merupakan karya yang sangat terkenal dari Sri Susuhunan Paku Buwono IV bernama Serat Wulang Reh.

Saking terkenalnya, Serat Wulang Reh juga dibaca oleh orang-orang dari Tanah Pasundan. Katanya, serat ini terkenal karena menyajikan ajaran yang spesifik bagi siapa saja yang pengin mendapatkan kesempurnaan hidup di dunia dan di akhirat kelak.

Serat Wulang Reh dirilis oleh Sri Susuhuan Pakubuwono IV pada Minggu Kliwon, Wuku Sungsang, tanggal 19, bulan Besar 1735. Serat ini merupakan karya satra Jawa berbentuk puisi tembang macapat yang terdiri dari 13 pupuh, yaitu Dhandhanggula, Kinanthi, Gambuh, Pangkur, Maskumambang, Mehatruh, Durma, Wirangrong, Pucung, Mijil, Asmaradhana, Sinom, dan Girisa.

Lukisan Paku Buwono IV karya Raden Saleh. (Kraton Solo Blog)

Dilansir dari Tirto, Kamis (29/12/2022), Serat Wulang Reh berasal dari dua kata, yaitu Wulang yang artinya ajaran, sedangkan Reh berasal dari bahasa Jawa kuno yang artinya jalan, aturan, dan laku cara mencapai tuntunan. Hal ini sesuai dengan isi dari Serat Wulang Reh yang memberikan piwulang atau ajaran moral tentang bagaimana manusia menjalani kehidupan sehari-hari yang baik.

Ajaran-ajaran yang ditorehkan Paku Buwono IV dalam Serat Wulang Reh adalah ajaran moral yang berlandasakan Syariat Islam. Penyampaian ajarannya pun dikemas dalam budaya Jawa yang berlaku pada masa itu, yaitu macapat. Harapannya tentu saja agar nilai-nilai yang terkandung di dalamnya bisa dengan mudah dikenal, dipahami, dihayati, dan diamalkan.

Omong-omong, dalam karya tersebut, Paku Buwono IV nggak menggunakan Bahasa Jawa kuno. Hal ini membuat Serat Wulang Reh istimewa karena karya sastranya memudahkan pembacanya dalam memahami ajaran-ajaran yang disampaikan.

Isi Serat Wulang Reh

Merujuk pada jurnal karya Sri Yulita berjudul Serat Wulang Reh: Ajaran Keutamaan Moral Membangun Pribadi yang Luhur (2019), upaya meraih kepribadian luhur dalam ajaran Serat Wulang Reh dirangkum dalam tiga bab utama. Pertama, manusia harus menyadari tujuan dan makna hidup untuk lepas dari segala kekurangan dan keburukan sebagai manusia.

Kedua, membangun kesadaran religius dengan menjalankan ajaran agama. Kesadaran religi yang dimaksud dalam Serat Wulang Reh yaitu sembah lima bakti (sembah kepada orang tua, mertua, saudara tua, guru, dan pemimpin atau Tuhan). Selain itu, manusia juga harus mampu menahan hawa nafsu, nggak melupakan salat lima waktu, dan memperhatikan hadist, ijma', kiyas, serta dalil.

Bersyukur adalah salah satu ajaran yang disampaikan dalam Serat Wulang Reh. (Pixabay/Muntaha Nega)

Dalam serat tersebut, manusia diminta untuk selalu sadar bahwa segala kebaikan, keburukan, nikmat, dan cobaan berasal dari Tuhan. Tujuannya agar manusia selalu sadar untuk bersyukur dan mengingat Tuhan dalam keadaan apapun.

Ajaran ketiga dalam Serat Wulang Reh adalah manusia harus mengembangkan sikap budi luhur dalam lingkungan keluarga. Misalnya menghormati, rendah hati, berani, sabar, teliti, waspada, tekun, bertanggung jawab, loyal pada pemimpin, dan memahami tata krama pergaulan.

Nggak hanya itu, Serat Wulang Reh juga mengajarkan kewajiban serta tanggung jawab antara rakyat dan pemangku jabatan atau penguasa, termasuk bagaimana seseorang harus menjadi pemimpin yang bijaksana.

Gimana, kamu tertarik untuk mempelajari Serat Wulang Reh nggak nih, Millens? (Fatkha Karinda Putri/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: