BerandaTradisinesia
Selasa, 13 Apr 2020 09:24

Pertimbangan Ketika Mudik: Aturan Pemerintah dan Stigma Masyarakat

Perlu pertimbangan yang matang saat mudik di tengah wabah. (Inibaru.id/ Isma Swastiningrum)

Adanya aturan dari pemerintah terkait pembatasan mudik, membuat masyarakat jadi ragu-ragu untuk menjalankan niat pulang ke kampung halaman. Meski begitu sebagian masyarakat lebih memilih untuk mudik dengan protokol dan alasan-alasan tertentu.

Inibaru.id – Memilih mudik atau tetap tinggal di perantauan pada masa wabah corona memang menjadi dilema. Hal inilah yang dialami oleh Desi W ketika hendak mudik ke daerah asalnya di Bekasi setelah melakukan tugas kerja sebagai pegawai sebuah rumah sakit di Tuban. Persoalan yang dihadapinya adalah tentang ketepatan waktu berangkat dan stigma yang ada di masyarakat terkait corona.

Menurut dia, jika mudik dengan melakukan apa yang dianjurkan pemerintah nggak masalah. Seperti memakai masker dan rajin cuci tangan. Sebab, saat dia naik kereta menemukan pula orang-orang yang keamanannya nggak begitu diperhatikan.

“Aku pakai kereta, kereta lebih teratur, lebih dikit penumpangnya. Itu pun aku masih aja takut. Sebelahku ada satu tapi pindah, jaraknya jauh-jauh. Tapi ada ibu-ibu, bawa anak, terus anaknya lari-lari nggak pakai masker. Gitu aja sih, takut ada apa-apa sama anak itu,” ucap dia.

Berbagai anjuran menjaga diri dan keluarga di perumahan (kampung) area Semarang. (Inibaru.id/ Isma Swastiningrum)<br>

Hal lain yang ditakutkan Desi adalah stigma masyarakat. Menurut pengamatannya beberapa orang menanggapi dengan berlebihan. Semisal ada tempat laundry tertentu yang nggak terima cucian karena takut tertular.

Dia menyaksikan sendiri pula penjual nasi uduk begitu ketakutan ketika disamperi petugas medis. Ada pula kritiknya pada orang-orang yang diminta physical distancing tapi nggak diterapkan.

“Ada beberapa orang yang sudah tahu disuruh physical standing, jauh-jauh, tapi masih aja tetap dekat dan kita yang jauh-jauh. Takutnya tersinggung,” lanjutnya.

Dampak adanya pembatasan saat wabah dirasakan oleh pemudik lain bernama Lana ketika pulang dari Jakarta ke rumahnya di Jepara. Dia menyoroti terkait larangan pemerintah yang membatasi bahkan ada pula pihak-pihak yang melarang untuk melakukan mudik.

Rajin cuci tangan dan menjaga kesehatan, terlebih di tempat umum seperti stasiun. (Inibaru.id/ Triawanda Tirta Aditya)

“Untuk masalah mudik, kekhawatiran jauh lebih berat. Semua penyakit berawal dari situ, hati-hati, dilarang itu kan bikin orang kejang-kejang. Seenggaknya pemerintah punya solusi lain, misal di Semarang, kereta dibersihin. Orang yang masuk juga harus steril,” tutur dia.

Nggak hanya seputar mudik, Lana menyoroti pula terkait pemberitaan media yang menurutnya berlebihan. “Ibaratnya corona makhluk Tuhan juga, pemberitaannya juga berlebihan sih itu. Bilangnya perang, masak perang melawan ciptaan Tuhan kan. Seenggaknya itu mengatasi atau apa,” lanjutnya.

Lana berharap akhir Mei ini wabah corona sudah beres dan bisa diatasi, sehingga nggak perlu ada larangan mudik atau mudik yang dibatas-batasi. Setuju nggak, Millens? (Isma Swastiningrum/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024