BerandaTradisinesia
Senin, 21 Mei 2023 13:00

Mengapa Banyak Pusaka Keraton Diberi Nama Kiai dan Nyai?

Kereta Kanjeng Nyai Jimat, salah satu pusaka Keraton Yogyakarta. (Twitter/KratonJogja)

Benda-benda pusaka keraton biasanya memiliki nama nyai dan kiai. Padahal, nama nyai dan kiai biasanya disematkan pada tokoh masyarakat. Mengapa benda-benda tersebut diberi nama itu, ya?

Inibaru.id – Kita mengenal kiai dan nyai sebagai sapaan bagi laki-laki atau perempuan dewasa di Jawa. Tapi, kalau kamu datang ke museum atau keraton yang ada di Surakarta atau Yogyakarta, bakal menemukan kedua sapaan tersebut disematkan kepada benda-benda pusaka yang ada di sana. Jadi penasaran, kok bisa sih benda-benda tersebut sampai ‘dipanggil’ kiai dan nyai?

Di lingkungan Keraton Yogakarta dan Pura Pakualaman, terdapat sejumlah pusaka seperti tombak, keris, panji-panji, gamelan, kereta, hingga ampilan. Seluruh pusaka tersebut dikenal dengan istilah Kagungan Dalem.

Tapi, kalau disebut satu per satu, setiap pusaka punya namanya sendiri. Sebagai contoh, ada pusaka berupa keris bernama Kanjeng Kiai Ageng Kopek. Keris ini dikenal sebagai keris utama Keraton Yogyakarta.

Keris ini kabarnya adalah peninggalan dari Sunan Kalijaga. Sejarah mencatat bahwa Pakubuwono III memberikan keris ini kepada Hamengku Buwono I pada 15 Februari 1755 atau hanya beberapa hari setelah Perjanjian Giyanti ditandatangani.

“Keris Kopek ini adalah simbol pengakuan bahwa HB I adalah seorang raja yang memerintah separuh Mataram,” ucap KRT Jatiningrat, cucu dari HB VIII sebagaimana dilansir dari Harianjogja, Minggu (17/5/2015).

Selain itu, ada juga gamelan berwarna biru di Keraton Yogyakarta yang disebut dengan Kiai Guntur Laut dan kereta pusaka bernama Kanjeng Nyai Jimat. Yang menarik, ada pula benda pusaka keraton yang ‘berpasangan’, lo, yaitu meriam Kiai Setomo and Nyai Setomi yang bisa kamu temui di Keraton Surakarta.

Pusaka keraton berupa gamelan Kyai Guntur Laut. (Twitter/KratonJogja)

Lantas, mengapa pusaka-pusaka ini sampai diberi nama kyai atau nyai? Kalau menurut Ullensentalu, (1/11/2019), masyarakat Jawa menganggap kiai sebagai tokoh penting dalam dunia pendidikan, khususnya pesantren.

Mereka memiliki pengaruh yang besar dalam pengambilan keputusan untuk orang banyak dan dianggap memiliki kedudukan yang tinggi dalam strata sosial masyarakat.

Sementara itu, nyai adalah sebutan bagi istri sang kiai. Mereka juga memiliki peran yang nggak kalah penting. Sebagai contoh, Nyai Ageng Serang bahkan dengan gagah berani mampu memimpin perlawanan terhadap Belanda. Intinya, nama kiai dan nyai dianggap sebagai sebutan kehormatan.

Nah, karena benda-benda pusaka tersebut dianggap penting dan kaya akan nilai sejarah, diberilah tambahan kiai dan nyai untuk membuatnya memiliki nilai lebih dibandingkan dengan benda lain yang sejenis. Maksudnya begini, kamu bisa saja menemukan banyak keris bersejarah dengan harga mahal, tapi keris dengan tambahan nama kiai pasti lebih istimewa.

Saking istimewanya benda-benda pusaka tersebut, pihak keraton sampai memiliki jadwal khusus untuk membersihkannya, lo. Biasanya sih setahun sekali dan dilakukan di bulan Sura. Yang membersihkannya nggak selalu para abdi dalem, lo. Sejumlah pusaka istimewa seperti keris Kanjeng Kiai Ageng Plered bahkan dibersihkan sendiri oleh sultan.

Pantas saja, ya Millens, pusaka-pusaka di keraton diberi nama kiai dan nyai. Benda-benda tersebut memang istimewa! (Ari Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: