BerandaTradisinesia
Jumat, 11 Apr 2024 09:42

Memahami Makna Gunungan yang Selalu Ada pada Tradisi Grebeg

Gunungan berbentuk gunung yang melambangkan tempat sakral dan suci. (Liputan6/Fajar Abrori)

Keraton Yogyakarta rutin menyelenggarakan Tradisi Grebeg. Dalam satu tahun, senggaknya ada tiga kali Tradisi Grebeg lengkap dengan Gunungan. Apa sebenarnya makna dari Gunungan yang keberadaannya selalu dinantikan oleh masyarakat?

Inibaru.id - Keraton Yogyakarta nggak pernah melewatkan peringatan-peringatan besar dalam Agama Islam, seperti Maulud Nabi Muhammad, Lebaran Idulfitri, dan Lebaran Iduladha. Keraton selalu mengadakan tradisi sedekah Grebeg Gunungan pada tiga perayaan itu.

Jadi, dalam satu tahun, senggaknya Keraton Yogyakarta akan menggelar tradisi Grebeg Mulud, Grebeg Syawal, dan Grebeg Besar. Kamu pasti sudah sering mendengar tradisi itu kan, Millens? Bisa saja tradisi serupa juga ada di daerahmu.

Dalam tradisi sedekah Grebeg itu, ada satu ikon yang selalu dinanti-nantikan masyarakat, yaitu Gunungan. Biasanya Gunungan berisi berbagai makanan yang disusun hingga menjulang, lalu nantinya diperebutkan oleh masyarakat. Banyak orang percaya, jika bisa memperoleh isi Gunungan, maka mereka bisa mendapat keberkahan yang berlimpah.

“Masyarakat masih memercayai kalau dapat gunungan akan memperoleh berkah, sejahtera hidupnya. Kalau yang petani ya sawahnya akan subur, kalau peternak ya ternaknya sehat, kalau pedagang ya jualannya lancar,” tutur Murdijati Gardjito, salah satu peneliti pangan senior di perguruan tinggi negeri di Yogyakarta, dikutip dari Kumparan (12/8/2019).

Kenapa Berbentuk Gunung?

Masyarakat percaya jika mendapatkan gunungan, akan memperoleh berkah dan sejahtera hidupnya. (Viva/Fajar Sodiq)

Seperti namanya, Gunungan selalu berbentuk menyerupai gunung. Nggak banyak yang tahu asal muasal bentuk Gunungan itu. Tapi pemilihan bentuk ini nggak lepas dari kepercayaan masyarakat Jawa bahwa gunung merupakan tempat yang sakral dan suci. Mereka juga meyakini bahwa di tempat itulah Yang Maha Kuasa bersemayam.

“Gunung itu tinggi, jadi yang di atas gunung itu dilambangkan sebagai tempat yang paling suci, yang paling terhormat, dan yang paling berkuasa. Di situlah adanya para dewa-dewa di zaman dulu. Lalu setelah Islam masuk, ya Tuhan Yang Maha Kuasa. Jadi bentuk gunung itu simbol tempat yang suci, paling atas,” ujar Murdijati.

Bentuk Gunungan ada tujuh jenis, dan masing-masing melambangkan anggota keluarga keraton: Raja, permaisuri, pangeran, putri, hingga anak dan cucu. Masing-masing disimbolkan dalam rupa Gunungan: Gunungan Jaler, Estri, Darat, Gepak, Pawuhan, Picisan, dan Bromo.

Gunungan Bromo bisa dibilang Gunungan yang spesial karena hanya muncul setiap Tahun Dal dalam penanggalan Jawa atau sekali setiap delapan tahun. Gunungan ini unik dibanding gunungan lainnya karena bisa memunculkan asap dari dalam.

“Kalau Tahun Dal itu istimewa. Ada satu lagi Gunungan-nya, Gunungan Bromo yang bisa mengeluarkan asap. Bromo itu api,” ungkap KRT Purwadiningrat selaku Pengageng Kalih pada Jumat (9/8/2019)

Pakem Gunungan

Membentuk Gunungan itu nggak boleh asal karena ada pakem-pakem yang harus dipatuhi. Murdijati mengatakan, ukurannya selalu berdiameter 1 meter dan tingginya 2 meter.

Isian Gunungan juga nggak boleh sembarangan. Ada ketentuan yang harus dipatuhi karena masing-masing punya filosofi. Misalnya, pada Gunungan Jaler atau Gunungan Kakung, harus ada rangkaian telur, kacang panjang, cabai merah, cabai hijau, dan kucur.

“Telur mengingatkan supaya selalu mengingat Sang Maha Pencipta. Karena telur itu awal kehidupan. Di samping itu telur memiliki makna kebulatan tekad,” kata Murdijati.

Selain itu, kacang panjang memiliki makna atau doa supaya memiliki umur yang panjang. Lalu cabai merah dengan warna merah dan rasanya pedas adalah simbol dari kekuatan dan keberanian.

Ada banyak lagi jenis Gunungan yang masing-masing mempunyai pakem ya, Millens. Kamu bisa melihat Gunungan yang penuh dengan makna ini pada setiap acara Grebeg yang diselenggarakan Keraton Yogyakarta. (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Tanda Diabetes pada Kulit yang Jarang Disadari

8 Des 2024

Berapa Luas Kamar Tidur yang Ideal?

8 Des 2024

Piknik Santai di Rowo Gembongan Temanggung

8 Des 2024

Ombudsman: Terkait Penanganan Kasus Penembakan Siswa SMK, Polrestabes Semarang Nggak Profesional

8 Des 2024

Dekat dengan Candi Prambanan, Begini Keindahan Candi Sojiwan

8 Des 2024

Pemprov Jateng: Pagu 10 Ribu, Makan Bergizi Gratis Nggak Bisa Sediakan Susu

8 Des 2024

Hadirkan Stefan William di Acara Pembukaan, Miniso Penuhi Gaya Hidup Modern dan Kekinian Warga Kota Semarang

8 Des 2024

Ada Tiga Bibit Siklon Tropis Kepung Indonesia, Apa Dampaknya?

9 Des 2024

Menilik Hasil Rekapitulasi Suara Pilkada 2024 di Lima Daerah

9 Des 2024

Produksi Genting di Desa Papringan, Tetap Autentik dengan Cara Tradisional

9 Des 2024

Rekor 1.000 Poin Megawati Hangestri di Liga Voli Korea

9 Des 2024

Peringati Perang Diponegoro, Warga Yogyakarta Gelar Kirab Tongkat Kiai Cokro

9 Des 2024

Tanpa Transit! Uji Coba Direct Train Gambir-Semarang Tawang, KAI Tawarkan Diskon 50 Persen

9 Des 2024

Sidang Kode Etik Kasus Penembakan di Semarang, Hadirkan Saksi dan Keluarga Korban

9 Des 2024

Apa yang Bikin Generasi Z Sering Dideskripsikan sebagai Generasi Paling Kesepian?

9 Des 2024

Kasus Polisi Tembak Siswa SMK, Robig Dipecat Tidak Dengan Hormat!

10 Des 2024

Penembak Siswa SMK 4 Semarang Dipecat; Ayah Korban: Tersangka Nggak Minta Maaf

10 Des 2024

50 Persen Hidup Lansia Indonesia Bergantung pada Anaknya; Yuk Siapkan Dana Pensiun!

10 Des 2024

Asap Indah Desa Wonosari, Sentra Pengasapan Ikan Terbesar di Jawa Tengah

10 Des 2024

Hanya Membawa Kerugian, Jangan Tergoda Janji Manis Judi Online!

10 Des 2024