BerandaTradisinesia
Minggu, 2 Nov 2024 10:14

Makna Perang Lumpur Tradisi Popokan Desa Sendang Kabupaten Semarang

Tradisi Popokan alias perang lumpur di Desa Sendang. (Warakngendog)

Setiap tahun, warga Desa Sendang, Kabupaten Semarang menggelar tradisi popokan berupa perang lumpur antar warga. Kemunculan tradisi ini terinspirasi dari seekor harimau, lo!

Inibaru.id – Meski biasanya berakhir dengan dimarahi orang tuanya, banyak anak kecil yang suka banget perang lempar-lemparan lumpur. Apalagi pada musim hujan yang baru saja mulai belakangan ini. Nah, di Desa Sendang, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, yang main lempar-lemparan lumpur nggak hanya anak-anak, melainkan juga orang dewasa. Mereka melakukannya demi memeriahkan tradisi Popokan.

Desa Sendang berjarak sekitar 16 kilometer ke arah utara dari Kota Salatiga. Dari Pertigaan Bawen, jaraknya sekitar 17 kilometer ke arah timur. Di desa ini, kamu bisa dengan mudah menemukan banyak pemandangan sawah dengan sistem terasering yang cantik, Millens.

Nah, setiap setahun sekali, tepatnya saat Merti Desa alias ulang tahun desa dirayakan, ratusan warga Desa Sendang melakukan tradisi bernama Popokan. Kalau diartikan, tradisi ini bermakna saling melempar lumpur satu sama lain. Hm, kok seru ya seperti mainan pada masa anak-anak?

Yap, memang seseru itu tradisi ini. Warga baik itu laki-laki, perempuan, dewasa, atau anak-anak bisa saling melempar lumpur di sebuah lokasi yang telah ditentukan. Badan dan pakaian memang bisa kotor jika terkena lemparan. Tapi, semua warga dengan suka hati melakukannya.

Memangnya, buat apa sih lempar-lemparan lumpur seperti ini? Usut punya usut, hal ini disebabkan oleh adanya cerita rakyat yang muncul pada zaman dahulu tatkala warga sedang berkumpul melakukan kerja bakti. Tiba-tiba, ada seekor harimau yang muncul.

Tradisi Popokan terinspirasi dari cerita rakyat tentang kemunculan seekor harimau di kampung. (SM/Nugroho DS)

Meski menang jumlah, tetap saja warga ketakutan melihat harimau tersebut. Apalagi sang harimau santai saja nggak mau pergi meski warga sudah mengayun-ayunkan senjata tajam.

“Warga lalu minta pendapat sesepuh desa. Nah, yang bersangkutan menyarankan warga untuk melempar lendut alias tanah basah yang dicampur dengan bekatul. Setelah dilempar beberapa kali, harimaunya ternyata mau pergi,” ucap Kepala Desa Sendang sebagaimana dilansir dari Tribunnews, Jumat (16/9/2022).

Warga mengingat betul kejadian tersebut dan akhirnya memutuskan untuk menjadikannya tradisi dalam bentuk perang lumpur. Mereka mengadakannya tatkala Merti Desa digelar bertepatan dengan musim panen padi yang kedua dalam setahun. Biasanya sih pada hari Jumat, Millens.

Tapi, bukan berarti warga langsung berkumpul dan perang lumpur begitu saja. Jadi, warga biasanya membersihkan sumber mata air alias sendang di desa tersebut. Setelah salat Jumat digelar, warga kemudian membawa ambengan berisi makanan ke rumah Bayan, semacam pengurus desa untuk selamatan.

Usai selamatan, warga menggelar arak-arakan dan pentas seni dari setiap kampung. Begitu berkumpul di lokasi yang sudah ditentukan, doa bersama dilakukan dan kemudian perang lumpur dimulai.

“Warga nggak ada yang marah kalau terkena lemparan lumpur. Mereka percaya yang kena lemparan justru bakal mendapatkan berkah,” ucap salah seorang warga Desa Sendang, Sugeng.

Menarik ya tradisi popokan di Desa Sendang ini? Bakal seru kayaknya kalau bisa ikutan langsung nih. (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: