BerandaTradisinesia
Jumat, 12 Jan 2023 09:13

Kisah Unik di Balik Prasasti Khas Tionghoa di Masjid Pekojan Semarang

Prasasti Tionghoa di Masjid Pekojan Semarang. (Ayosemarang/Audrian Firhanussa)

Masjid Pekojan Semarang punya sejarah panjang dengan pedagang-pedagang dari Gujarat, India, dan Pakistan. Tapi, di sana ada prasasti khas Tionghoa. Apa sih makna dan sejarah dari prasasti ini?

Inibaru.id – Dari sekian banyak bangunan bersejarah di Kota Semarang, Masjid Pekojan punya banyak kisah yang unik. Salah satunya bisa kamu temui dari sebuah prasasti dengan huruf Tionghoa di bagian depan masjid tersebut.

Masjid biasanya dipenuhi dengan ornamen-ornamen dengan huruf Arab. Apalagi, sejarah Masjid Pekojan yang berlokasi di Jalan Petolongan 1, Kota Semarang ini juga lebih sering berkelindan dengan cerita tentang pedagang-pedagang dari Gujarat, India, dan Pakistan. Keberadaan papan prasasti dengan huruf Tionghoa di sana tentu sangat nggak biasa, bukan?

Terkait dengan papan prasasti tersebut, sejarawan Kota Semarang Johanes Christiono ternyata punya penjelasannya, Millens. Dia menyebut papan prasasti tersebut sebagai prasasti tolak bala. Alasannya, dulu ada makam orang Tionghoa di sana.

“Dulu di sini ada area makam orang Tionghoa. Karena semakin banyak permukiman, makam pun dipindahkan. Tapi, prasasti tolak bala yang dulu ada di makam tetap dipertahankan hingga sekarang,” ungkapnya sebagaimana dilansir dari AyoSemarang, Rabu (11/1/2023).

Prasasti dengan tulisan “Lam Boe o Mie Too Hoet Kiet An” ini dibuat pada 1879. Dulu, nggak hanya makam yang dipindahkan, sebagian penduduk juga diminta untuk pindah oleh pemerintah Hindia Belanda.

“Alasan pemindahan karena jumlah orang Tionghoa semakin banyak. Lalu Belanda minta Kapiten On Hot Sing untuk memindah makam di Petolongan untuk diubah jadi perumahan,” lanjut Johanes.

Makam-makam tersebut dipindahkan ke berbagai tempat. Salah satunya adalah di Gergaji, dekat dengan Jalan Menteri Soepeno. Kawasan ini kemudian dikenal sebagai Bong Bunder. Selain itu, ada juga makam yang dipindahkan ke Wonodri, Bangkong, dan Manyaran.

Masjid Pekojan Sudah Eksis Lebih dari 1,5 Abad

Masjid Pekojan Semarang, sudah eksis sejak abad ke-19. (Kebudayaan.kemdikbud)

Jika sejarah prasasti berhuruf Tionghoa di Masjid Pekojan saja sudah sangat lama, berapa usia asli dari masjid ini? Kalau menurut Ketua Takmir Masjid Jami Pekojan Ali Baharun, masjid ini sudah eksis sejak abad ke-19.

“Sudah berdiri sejak 1,5 abad yang lalu,” ungkapnya sebagaimana dikutip dari Detik, Kamis (15/4/2021).

Menurut keterangan situs kebudayaan.kemdikbud, masjid ini dibangun pada 1878 oleh Syeh Latief. Saat itu, masjid dibangun di area makam akibat sistem blokade alias pengotak-ngotakan warga sesuai dengan rasnya oleh pemerintahan Hindia Belanda. Hanya di area itulah masjid diperbolehkan untuk dibangun. Hal ini menjelaskan mengapa sampai ada makam yang harus dipindahkan dari area tersebut.

Meski usianya sudah sangat lama, nyatanya bagian gedung utama masjid tersebut masih asli. Lantai marmer, empat pilar dari bahan kayu, pintu, hingga mimbarnya juga masih sama sebagaimana saat dulu kali pertama dibangun.

“Bagian dalamnya itu masih asli. Kayunya jati dan lantainya dari marmer. Arsitekturnya khas Timur Tengah,” lanjut Ali.

Memang, sejarah Masjid Pekojan Semarang sangat menarik untuk dikulik ya, Millens. Selain soal prasasti khas Tionghoa,apalagi yang kamu tahu? (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: