BerandaTradisinesia
Senin, 15 Sep 2019 13:53

Kesenian Tayub Ada Sejak Zaman Singasari sebagai Bagian dari Upacara Syukuran

Tayub semula menjadi hiburan usai acara penobatan raja. (Sanggar Jogja)

Tayub merupakan salah satu kesenian lintas zaman. Kesenian ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Singasari sebelum akhirnya menyebar ke Keraton Surakarta Hadiningrat. Dengan fungsi yang juga sudah berganti, gimana perjalanan kesenian ini?

Inibaru.id – Sebagai kesenian tradisional dari Jawa Tengah, Tayub telah ada sejak dulu. Meski nyaris selalu dikaitkan sebagai tarian yang erotis, kesenian ini rupanya punya sejarah yang panjang, lo. Tayub rupanya telah dikenal sejak zaman Kerajaan Singasari. Wah, sudah lama sekali kan?

Ketika Tunggul Ametung dinobatkan sebagai raja, para pejabat kemudian merayakan pengangkatannya dengan tayub. Tradisi raja menari bersama ledhek, sebutan untuk penari tayub, juga sudah dilakukan sejak zaman Kerajaan Majapahit.

Sultan Agung dari Kerajaan Mataram lalu memasukkan tarian ini dalam tradisi Jumenengan. Sejak itulah tayub hidup dalam lingkungan Keraton Surakarta Hadiningrat.

http://3.bp.blogspot.com/-YMt5ItV1UmQ/TdkKDkIpCQI/AAAAAAAAAxE/G2XVm7haoow/s1600/tayub.jpg

Tayub nggak hanya berkembang di Kota Solo, namun juga kabupaten tetangganya, Grobogan. (Forpal)

Pangeran Samber Nyawa yang memiliki nama lengkap Kanjeng Gusti Pangeran Arya Adipati Mangkunegara I turut berperan dalam perkembangan tayub. Jika tayub semula digunakan sebagai hiburan sang raja, dia lantas menjadikan kesenian ini sebagai hiburan untuk para prajurit.

Seiring dengan bergantinya zaman, fungsi tayub kini sekadar sebagai media untuk bersenang-senang pelbagai kalangan.

Dari tarian ini, lahirlah beberapa ledhek legendaris. Kamu yang berasal dari Kota Solo mungkin familiar dengan nama-nama penari tayub seperti Nyi Sukarini, Nyi Menik, Nyi Suwarni, dan Nyi Den Sri. Buat kamu yang belum familiar, mungkin inilah saatnya kamu belajar mengenal kesenian tayub. (IB15/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024