BerandaTradisinesia
Kamis, 7 Sep 2022 17:05

Kali Loji dan Jalur Perdagangan di Pekalongan

Lomba balap kapal yang pernah diadakan di kali Loji saat HUT RI ke-2. (Twitter/Pekalonganfess)

Di Pekalongan, Jawa Tengah kamu bisa menemukan sebuah wisata bahari bernama Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan yang jaraknya kurang lebih 4 kilometer dari pusat kota. Pada zaman dahulu, tempat tersebut diramaikan dengan aktivitas perniagaan, lo. Seperti apa ya kisahnya?

Inibaru.id – Selain dikenal sebagai pusat batik yang sudah mendunia, Pekalongan juga memiliki sejarah unik, yaitu pernah memiliki pelabuhan perikanan terbesar di Pulau Jawa pada masanya. Kabarnya sih, pelabuhan tersebut pernah mencatat hasil tangkapan mencapai 70 ribu ton ikan per tahun.

Nggak hanya itu, di Pekalongan, ada sebuah sungai yang memiliki riwayat indah bagi pertumbuhan kota yang ada di pesisir utara Jawa Tengah ini. Nama sungainya adalah Kali Loji.

Kali Loji adalah sebuah sungai yang membelah kota Pekalongan. Sungai yang bermuara di Laut Jawa berasal dari pertemuan anak sungai Retno Sumilir dengan hulu yang berada di kaki gunung Rogojembangan – Petungkriyono.

Pada masa kerajaan Hindu di Jawa pada abad ke-10 Masehi, Kali Loji difungsikan sebagai tempat lalu lintas perdagangan penting. Pelaku perdagangannya nggak hanya dari sekitar kota. Banyak pedagang yang singgah dari pulau lain atau bahkan dari luar negeri seperti Arab, Tiongkok, India, dan Melayu.

Saking ramainya perdagangan di sana, sejak abad ke-9 Pekalongan sudah menjadi pemasok komoditas kain batik untuk diperdagangkan antar-pulau dan negara.

Bahkan, pada abad ke-18 hingga abad ke-20, banyak kapal dagang yang mampu memasuki aliran Kali Loji. Kapal-kapal tersebut membongkar muatannya di sekitar Sugihwaras.

Pelabuhan Pekalongan antara tahun 1933 - 1940. (Tropenmuseum)

Memasuki 1830, Pekalongan dikenal sebagai daerah penghasil gula bagi Belanda. Ekspor gula ke Eropa pun cukup masif dilakukan di Pelabuhan Pekalongan. Saat itu, Kali Loji pun difungsikan sebagai tempat transit bagi kapal-kapal dagang Belanda sebelum berlayar kembali ke Eropa.

Selain itu, karena menjadi daerah lalu lintas perdagangan di Pulau Jawa, Pekalongan menjadi salah satu tempat pendistribusian hasil bumi daerah berupa beras, palawija, rempah-rempah, dan lain-lain. Pada masa kekuasaan Mataram Islam, Pekalongan pun dikenal sebagai daerah yang sangat kaya.

Sayangnya, saat Pekalongan dikuasai VOC, pelabuhan pun dimonopoli kongsi dagang Belanda tersebut. Fungsinya sebagai pelabuhan dan pusat perdagangan yang ramai pun semakin berkurang.

Gambar kali Loji di masa kini. (Twitter/Maizputra)

Seluruh aktivitas di laut seperti pelayaran, perdagangan, dan penangkapan ikan dilarang oleh Belanda. Para pribumi, khususnya warga Pekalongan diarahkan untuk mengolah tanah pertanian dan perkebunan. Hal ini membuat aktivitas di Pelabuhan Pekalongan dan Kali Loji berhenti.

Sayangnya, setelah Indonesia merdeka, fungsi Pelabuhan Pekalongan nggak dikembalikan. Bahkan, sejak 20 Agustus 1973, status Pelabuhan Pekalongan menjadi pelabuhan khusus perikanan saja.

Nasib Kali Loji juga ikut merana. Pendangkalan di badan sungai yang sangat masif dan penyempitan di bagian hilir membuatnya nggak lagi bisa disinggahi kapal-kapal besar sebagaimana pada zaman dahulu. Untungnya, ada kabar jika Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan sedang berusaha untuk mengembangkan sungai ini menjadi wahana rekreasi kota sehingga kondisinya semakin membaik.

Semoga suatu Kali Loji bisa kembali hidup seperti pada zaman dahulu, ya, Millens? (Kot, Pek, Pid/IB32/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: