Inibaru.id – Selain dikenal sebagai pusat batik yang sudah mendunia, Pekalongan juga memiliki sejarah unik, yaitu pernah memiliki pelabuhan perikanan terbesar di Pulau Jawa pada masanya. Kabarnya sih, pelabuhan tersebut pernah mencatat hasil tangkapan mencapai 70 ribu ton ikan per tahun.
Nggak hanya itu, di Pekalongan, ada sebuah sungai yang memiliki riwayat indah bagi pertumbuhan kota yang ada di pesisir utara Jawa Tengah ini. Nama sungainya adalah Kali Loji.
Kali Loji adalah sebuah sungai yang membelah kota Pekalongan. Sungai yang bermuara di Laut Jawa berasal dari pertemuan anak sungai Retno Sumilir dengan hulu yang berada di kaki gunung Rogojembangan – Petungkriyono.
Pada masa kerajaan Hindu di Jawa pada abad ke-10 Masehi, Kali Loji difungsikan sebagai tempat lalu lintas perdagangan penting. Pelaku perdagangannya nggak hanya dari sekitar kota. Banyak pedagang yang singgah dari pulau lain atau bahkan dari luar negeri seperti Arab, Tiongkok, India, dan Melayu.
Saking ramainya perdagangan di sana, sejak abad ke-9 Pekalongan sudah menjadi pemasok komoditas kain batik untuk diperdagangkan antar-pulau dan negara.
Bahkan, pada abad ke-18 hingga abad ke-20, banyak kapal dagang yang mampu memasuki aliran Kali Loji. Kapal-kapal tersebut membongkar muatannya di sekitar Sugihwaras.
Memasuki 1830, Pekalongan dikenal sebagai daerah penghasil gula bagi Belanda. Ekspor gula ke Eropa pun cukup masif dilakukan di Pelabuhan Pekalongan. Saat itu, Kali Loji pun difungsikan sebagai tempat transit bagi kapal-kapal dagang Belanda sebelum berlayar kembali ke Eropa.
Selain itu, karena menjadi daerah lalu lintas perdagangan di Pulau Jawa, Pekalongan menjadi salah satu tempat pendistribusian hasil bumi daerah berupa beras, palawija, rempah-rempah, dan lain-lain. Pada masa kekuasaan Mataram Islam, Pekalongan pun dikenal sebagai daerah yang sangat kaya.
Sayangnya, saat Pekalongan dikuasai VOC, pelabuhan pun dimonopoli kongsi dagang Belanda tersebut. Fungsinya sebagai pelabuhan dan pusat perdagangan yang ramai pun semakin berkurang.
Seluruh aktivitas di laut seperti pelayaran, perdagangan, dan penangkapan ikan dilarang oleh Belanda. Para pribumi, khususnya warga Pekalongan diarahkan untuk mengolah tanah pertanian dan perkebunan. Hal ini membuat aktivitas di Pelabuhan Pekalongan dan Kali Loji berhenti.
Sayangnya, setelah Indonesia merdeka, fungsi Pelabuhan Pekalongan nggak dikembalikan. Bahkan, sejak 20 Agustus 1973, status Pelabuhan Pekalongan menjadi pelabuhan khusus perikanan saja.
Nasib Kali Loji juga ikut merana. Pendangkalan di badan sungai yang sangat masif dan penyempitan di bagian hilir membuatnya nggak lagi bisa disinggahi kapal-kapal besar sebagaimana pada zaman dahulu. Untungnya, ada kabar jika Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan sedang berusaha untuk mengembangkan sungai ini menjadi wahana rekreasi kota sehingga kondisinya semakin membaik.
Semoga suatu Kali Loji bisa kembali hidup seperti pada zaman dahulu, ya, Millens? (Kot, Pek, Pid/IB32/E07)