BerandaTradisinesia
Minggu, 19 Okt 2024 09:00

Gardu di Indonesia, Benarkah Eksis karena Pengaruh Penjajah Belanda?

Gardu di Indonesia, Benarkah Eksis karena Pengaruh Penjajah Belanda?

Gardu peninggalan zaman kolonial di Kapanewon Minggir, Sleman, DIY. (Google Street View)

Ada kata Bahasa Belanda 'garde' yang punya makna 'penjaga'. Pada zaman kolonial, juga banyak gardu dibangun di desa-desa di Tanah Air.

Inibaru.id – Bukan hal aneh bagi orang Indonesia melihat gardu. Lokasinya bisa ditemukan di pinggir jalan, di depan gang, atau di tengah-tengah perkampungan. Selain diberi nama gardu, terkadang sebutannya adalah pos ronda. Fungsinya sama, yaitu sebagai tempat orang menjaga keamanan.

Tapi, kepikiran nggak kalau keberadaan gardu di Indonesia ini sebenarnya sudah sangat lama? Dari namanya saja, gardu ini berasal dari kata garde. Dalam Bahasa Belanda, kata ini memang punya makna banyak. Tapi ada satu makna yang mirip-mirip dengan kata dalam Bahasa Inggris ‘guard’ yang bermakna penjaga.

Tapi, kalau menurut sejarawan sekaligus dosen dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM) bernama Ahmad Athoillah, bisa jadi pengaruh penjajah Belanda dalam keberadaan gardu di Indonesia nggak sebesar itu. Jauh sebelum bangsa-bangsa Eropa datang, pos penjagaan sebenarnya sudah lama eksis di depan rumah-rumah anggota keluarga kerajaan.

“Posisinya biasanya di depan atau gerbang rumah bangsawan. Fungsinya sebelum masa kolonial bisa disebut sebagai bagian dari perwujudan kuasa raja,” ucap Ahmad sebagaimana dilansir dari Radarjogja, Sabtu (12/10/2024).

Fungsinya tentu saja sebagai tempat prajurit berjaga-jaga, memantau, hingga tempat mereka beristirahat. Tapi, peran gardu semakin bertambah tatkala penjajah Belanda datang. Saat pembangunan Jalan Raya Pos Anyer Panarukan sejauh 1.000 kilometer misalnya, ternyata setiap 9 km dibangun gardu sebagai pemantauan proyek.

Pada abad ke-19, di setiap desa yang ada di Pulau Jawa juga dibangun gardu yang dikenal dengan istilah ‘watchhuisje’ yang jika diartikan dalam Bahasa Indonesia adalah ‘rumah pemantauan’. Ada juga gardu-gardu yang dibangun untuk mengamankan kawasan perkebunan, pabrik, atau area-area yang dianggap perlu dipantau oleh bangsa penjajah.

Gardu yang dibangun untuk keperluan pembangunan jalan raya pos Anyer - Panarukan di Desa Krembung, Porong, Sidoarjo. (Natgeo/Wahyu Dewantoro)

“Posisinya biasanya ada di perempatan atau pertigaan yang jadi jalan masuk desa,” lanjut Ahmad.

Nah, gardu ‘watchhuisje’ yang dibangun lebih dari seabad silam ini memiliki bentuk bangunan yang khas dan menarik. Selain tembok yang tebal, ada lengkungan khas pada bagian jendela atau pintu. Salah satu yang masih bisa kamu lihat sekarang adalah Pos Tebu Babadan yang ada di Jalan Balangan – Kebon Agung, Kelurahan Sendangagung, Kapanewon Minggir, Sleman, DIY.

Gardu yang bisa kamu temukan sekitar 17 kilometer ke arah barat dari Simpang Jombor, Yogyakarta ini memang terlihat sudah nggak terawat dan bahkan jadi korban vandalisme. Tapi, bentuknya masih sangat khas peninggalan Belanda, Millens.

Sayangnya, ada banyak gardu-gardu sejenis yang nasibnya nggak sebaik gardu tersebut. Banyak yang sudah lenyap nggak bersisa atau bahkan dirobohkan untuk keperluan pembangunan hingga pelebaran jalan. Padahal, sebenarnya bangunan-bangunan tersebut kaya akan nilai sejarah.

Memang, gardu di Indonesia sudah eksis jauh lebih lama dari zaman kolonial. Tapi, tetap saja, ada pengaruh penjajah yang bikin keberadaan gardu-gardu ini eksis di Tanah Air. Nggak disangka ternyata bangunan yang terkesan ‘remeh’ seperti gardu juga ada nilai sejarahnya. (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ihwal Mula Kampung Larangan di Sukoharjo, 'Zona Merah' yang Pantang Dimasuki Bumiputra

12 Apr 2025

Lagu "You'll be in My Heart" Viral; Mengapa Baru Sekarang?

12 Apr 2025

Demi Keamanan Data Pribadi, Menkomdigi Sarankan Pengguna Ponsel Beralih ke eSIM

12 Apr 2025

Bikin Resah Pengguna Jalan, Truk Sampah Rusak di Kota Semarang Bakal Diperbaiki

12 Apr 2025

Ketika Pekerjaan Nggak Sesuai Dream Job; Bukan Akhir Segalanya!

12 Apr 2025

Lindungi Masyarakat, KKI Cabut Hak Praktik Dokter Tersangka Pelecehan Seksual secara Permanen

12 Apr 2025

Mengenal Getuk Kethek, Apakah Terkait dengan Monyet?

13 Apr 2025

Di Balik Mitos Suami Nggak Boleh Membunuh Hewan saat Istri sedang Hamil

13 Apr 2025

Kisah Kampung Laut di Cilacap; Dulu Permukiman Prajurit Mataram

13 Apr 2025

Mengapa Manusia Takut Ular?

13 Apr 2025

Nilai Tukar Rupiah Lebih Tinggi, Kita Bisa Liburan Murah di Negara-Negara Ini

13 Apr 2025

Perlu Nggak sih Matikan AC Sebelum Matikan Mesin Mobil?

14 Apr 2025

Antrean Panjang Fenomena 'War' Emas; Fomo atau Memang Melek Investasi?

14 Apr 2025

Tentang Mbah Alian, Inspirasi Nama Kecamatan Ngaliyan di Kota Semarang

14 Apr 2025

Mengenal Oman, Negeri Kaya Tanpa Gedung Pencakar Angkasa

14 Apr 2025

Farikha Sukrotun, Wasit Internasional Bulu Tangkis yang Berawal dari Kasir Toko Bangunan Kudus

14 Apr 2025

Haruskah Tetap Bekerja saat Masalah Pribadi Mengganggu Mood?

14 Apr 2025

Grebeg Getuk 2025 Sukses Meriahkan Hari Jadi ke-1.119 Kota Magelang

14 Apr 2025

Tradisi Bawa Kopi dan Santan dalam Pendakian Gunung Sumbing, Untuk Apa?

15 Apr 2025

Keindahan yang Menakutkan, Salju Turun saat Sakura Mekar di Korea Selatan

15 Apr 2025