BerandaPasar Kreatif
Rabu, 3 Jan 2023 09:00

Vektor Wajah Bikinan Avatar AI versus Digital Artist, Bagus Mana?

Salah satu vektor keren karya Usman yang diunggah di akun Instagramnya. (Instagram/usmandk_)

Vektor wajah bikinan aplikasi avatar AI yang belakangan banyak dipakai orang membuat para digital artist waswas. Selain praktis dan cepat, harga yang ditawarkan aplikasi berbayar itu juga lebih murah. Namun, hasilnya bagus mana, ya?

Inibaru.id - Mengubah foto selfie menjadi avatar kian mudah dengan filter artificial intelligence (AI) yang banyak disediakan sejumlah aplikasi. Melalui fitur yang dikenal sebagai Avatar AI itu, kamu bisa memperoleh puluhan hingga ratusan avatar pelbagai style dengan kisaran harga terjangkau.

Aplikasi Lensa AI misalnya, fitur premiumnya memiliki paket 50 avatar lima gaya untuk seminggu pertama dengan biaya nggak lebih dari 3,99 dolar AS (sekitar Rp62 ribu). Untuk langganan setahun, kamu bahkan cuma perlu merogoh kocek 35,99 dolar AS (sekitar Rp562 ribu).

Kemudahan ini membuat Avatar AI cukup digandrungi masyarakat, khususya para pengguna media sosial. Bahkan, sejumlah selebritas Tanah Air juga menggunakan, lalu memamerkannya ke akun pribadi mereka.

Banyak yang bersuka cita. Namun, tahukah kamu kalau keberadaan Avatar AI ini menimbulkan kecemasan di kalangan seniman digital (digital artist), khususnya para vectorist? Oya, sebagai informasi, vectorist adalah sebutan untuk seniman digital yang fokus membuat vektor wajah.

Harga yang Jauh Berbeda

Style vektor semi-realis ini digarap Usman dengan aplikasi CorelDraw. (Instagram/usmandk_)

Andika Nur Usman Ridho adalah salah seorang seniman digital Semarang yang mengaku pernah merasa bingung menghadapi tren filter avatar AI ini. Menekuni profesi vectorist lebih dari empat tahun, lelaki yang akrab disapa Usman itu merasa pekerjaannya terancam dengan keberadaan fitur tersebut.

Sebagai gambaran, untuk satu vektor wajah dengan style semi-realis, fun art, atau kartun, mahasiswa Universitas Negeri Semarang itu membanderol karyanya antara Rp50 ribu hingga Rp100 ribu. Harga ini jauh lebih mahal ketimbang biaya yang harus dikeluarkan untuk langganan Lensa AI, bukan?

"Ya, tentu saja sempat gelisah, terutama pas awal tahu ada tren avatar AI dan sangat digandrungi warganet," kata Usman kepada Inibaru.id belum lama ini.

Menurutnya, keresahan yang dia alami nggak cuma perkara harga yang jauh berbeda antara avatar AI dengan rate-nya. Namun, lebih dari itu, dia mempertanyakan hak kekayaan intelektual yang mungkin dilanggar aplikasi AI tersebut.

“Informasi yang bertebaran, avatar AI ini banyak men-generate karya seniman manusia. Kalau benar begitu, ya kurang etis!” seru cowok asal Magelang itu.

Berdasarkan informasi yang berkembang, Usman menambahkan, algoritma AI pembuat avatar dilatih dengan data seniman konvensional tanpa izin dan nggak mendapatkan kompensasi apa pun. Menurut dia, inilah yang membuat banyak seniman merasa karyanya dieksploitasi.

“Namun, aplikasi AI ini kan hanya alat. Pengguna alat inilah yang harusnya diberi edukasi agar teknologi semacam ini bisa digunakan dengan lebih bijak,” tegasnya.

Terus Melakukan Eksplorasi

Usman menerima pesanan vektor dari half-body hingga full-body. (Instagram/usmandk_)

Kendati merasa resah, Usman enggan terus meruntuk situasi tersebut. Dia justru melihat keberadaan fitur avatar AI ini sebagai "pesaing" sehingga memacunya untuk terus berkembang dan mengeksplorasi teknik dan style baru untuk membuat vektor wajah. Bahkan, fitur itu kini justru dia jadikan referensi.

“Sudah nggak zaman sih mengeluh. Justru aku harus cepat beradaptasi biar bertahan," ungkap Usman enteng. "Lagipula, fitur avatar AI bisa menambah referensi style gambar para vectorist seperti aku juga, kok!"

Dia yakin, mau bagaimanapun, fitur avatar AI nggak akan mampu menggantikan peran seniman. Menurutnya, hasil karya goresan seniman memiliki nilai rasa yang berbeda dengan hasil editan avatar AI.

“Biar nggak kalah, vectorist harus konsisten, terus melatih skill, dan menawarkan style baru yang belum ada di pasaran,” sarannya. "Selain itu, bisa juga sekalian menyediakan jasa custom dan cetak, nggak cuma jual dalam bentuk soft copy."

Setuju dengan pendapat Usman, salah seorang pengguna filter avatar AI Moh Kholilur Rohman mengungkapkan, nggak semua karya seniman digital bisa ditiru sebuah aplikasi. Meski avatar AI menang dari segi harga, kepraktisan, dan kecepatan, nggak semua hasilnya mirip dengan foto asli.

"Ada beberapa hasil filter AI yang nggak mirip dengan foto aslinya, kok! Jadi, kalau mau sesuai keinginan ya mending pesan ke digital artist," simpul cowok yang mengaku menjajal aplikasi avatar AI karena penasaran tersebut.

Menurut dia, nggak semua pose atau gaya yang kita inginkan bisa di-generate aplikasi avatar AI dengan sempurna. So, untuk sekadar gaya-gayaan, avatar AI bisa dipakai. Namun, jika menginginkan hasil terbaik, menggunakan jasa vectorist adalah jalan terbaik.

Laiknya aplikasi avatar AI, seniman juga harus belajar dan mencari insight baru untuk berkembang dan menghasilkan karya yang jauh lebih baik. Yakinlah, seni terus berkembang dan seniman yang cepat beradaptasi akan mampu mengatasinya. Sepakat, Millens? (Rizki Arganingsih/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: