BerandaPasar Kreatif
Kamis, 7 Mar 2018 05:45

Kampung Gerabah Kebumen yang Enggan Punah

Pengeringan gerabah. (uudnhudana.wordpress.com)

Meskipun digerus oleh peralatan modern, Kampung Gerabah di Kebumen, Jawa Tengah, tetap eksis. Selain peralatan dapur pada umumnya, para pengrajin pun menawarkan sejumlah benda-benda hias yang berkualitas.

Inibaru.id – Di rumahmu ada berapa banyak gerabah, Millens? Kalau kamu penasaran mengenai cara membuat gerabah, kamu bisa datang ke Desa Gebangsari, Kecamatan Klirong, Kebumen, Jawa Tengah, lo. Di desa ini, ada banyak sekali pengrajin gerabah.

Yup, masyarakat Desa Gebangsari memang mendedikasikan dirinya sebagai pengrajin gerabah secara turun-temurun. Bahkan, demi melestarikan tradisi dan meningkatkan taraf hidup warga, Kampung Gerabah pun dibentuk.

“Kampung Gerabah dibuat untuk membuat Desa Gebangsari menjadi desa wisata atau eduwisata bagi pelajar maupun masyarakat yang ingin belajar bagaimana cara membuat gerabah,” ujar Trio Suprapto, Kepala Desa Gebangsari.

Mengutip blog uudnhudana.wordpress.com, poduksi gerabah dimulai dengan membuat adonan tanah liat yang dicampur pasir laut. Campuran tersebut dibersihkan dari material pengganggu, contohnya kerikil. Lalu, campuran tersebut diletakkan di atas perabot, sebuah alat putar yang permukaannya sudah ditaburi pasir laut agar tidak lengket. Kemudian, adnan diputar dan dibentuk sedemikian rupa. Setelah selesai, gerabah dijemur.

Jika sudah agak kering, gerabah dirapikan kembali dengan mencembungkannya. Gerabah dipukul-pukul sembari ditahan bagian dalamnya. Setelah dicembungkan, permukaan gerabah dihaluskan denan bambu. Nah, kini pewarnaan sudah bisa dilakukan. Setelah itu, pengeringan pun dilakukan kembali sebelum melakukan proses pembakaran.

Para pengrajin ini menemui kendala saat musim hujan tiba. Ini dikarenakan proses pengeringan gerabah yang mengandalkan panas matahari tidak bisa dilakukan. Mereka pun mengandalkan tiupan angin di ruang terbuka.

“Kalau dikeringkan menggunakan angin bisa memakan waktu 3 minggu. Kalau dijemur di bawah matahari paling lama 1 minggu sebelum dibakar,” kata Kasmirah, seperti ditulis laman kebumen.sorot.co.

Kesulitan lain yang dihadapi para pengrajin adalah banyaknya warga yang beralih menggunakan peralatan modern anti pecah dari plastik atau logam. Akibatnya, permintaan pasar pun menurun drastis. Karena itu, inovasi pun dilakukan. Gerabah tanah liat yang dibuat nggak hanya berupa perkakas tradisional seperti gentong, cobek, kuali, atau kendi. Para pengrajin di sana juga memproduksi vas bunga, tempat pensil, hiasan dinding, dan barang-barang lain sesuai permintaan pembeli.

Harganya pun sangat bersahabat, lo. Mengutip kebumenkab.go.id (6/10/2017), peralatan dapur dijual dengan harga Rp 5.000 sampai Rp 35.000. Sementara, benda-benda hias yang juga merupakan karya seni dibanderol dengan harga Rp 100.000 hingga Rp 500.000.

Hingga kini, Kampung Gerabah banyak dikunjungi orang yang ingin mengobservasi atau mempraktikkan cara membuat gerabah. Kalau ingin melakukannya sekaligus berbelanja, kamu pun bisa datang ke sini, Millens. (AYU/SA)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024