BerandaPasar Kreatif
Rabu, 24 Sep 2024 17:27

Berkah dari Sampah; Peluang Bisnis Ekoenzim di Kudus

Hendro Wibowo menunjukan ekoenzim buatannya yang diproduksi di rumahnya. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Sisa sayur dan kulit buah jangan dibuang! Di Kudus, produsen ekoenzim beroleh berkah dari sampah. Seberapa besar peluang bisnisnya?

Inibaru.id - Kulit buah atau sisa sayuran yang nggak lagi terpakai seringkali berakhir di tempat sampah. Padahal, dengan penanganan yang tepat, sampah dapur ini bisa memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan lingkungan. Salah satunya dengan mengubahnya menjadi ekoenzim (ecoenzymes).

Ekoenzim adalah hasil fermentasi limbah organik, gula (molase), dan air selama waktu tertentu hingga menjadi cairan kaya nutrisi untuk tumbuhan. Dengan strategi yang tepat, ekoenzim memiliki peluang bisnis yang menjanjikan.

Hal ini sebagaimana diungkapkan Hendro Wibowo, pegiat ekoenzim asal Desa Karangmalang, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Menurutnya, ekoenzim merupakan cairan serbaguna dari sampah organik yang belakangan mulai banyak peminat.

"Setahun terakhir permintaan (ecoenzim) mulai meningkat, setelah orang-orang tahu manfaatnya," tutur Bowo, sapaan akrabnya, kepada Inibaru.id belum lama ini. "Semula hanya untuk tanaman, tapi beberapa bulan terakhir permintaan malah banyak untuk kesehatan."

Mengurangi Sampah Organik

Bahan yang limbah rumah tangga yang dikumpulkan Hendro Wibowo untuk membuat ekoenzime (Dok Hendro Wibowo)

Bowo menekuni usaha ekoenzim sejak 2020. Semula, tujuan awalnya hanyalah untuk mengurangi jumlah sampah organik yang sebelumnya hanya berakhir di tempat pembuangan akhir; misalnya kulit buah, tangkai sayur yang nggak dipakai lagi, dan lain-lain.

"Pembuatannya sederhana dan bisa dilakukan di rumah. Bahannya cukup sisa makanan yang sudah tidak dikonsumsi; dipotong kecil-kecil agar proses fermentasi lebih efektif," terangnya. "Untuk gula, bisa gula merah, aren, atau molase. Terus, untuk air, yang penting nggak mengandung zat kimia."

Setelah semuanya tersedia, Bowo melanjutkan, bahan-bahan dimasukkan dalam wadah yang nggak mudah bereaksi dengan asam seperti kaca atau plastik tara pangan (food grade). Agar nggak ada udara yang masuk, wadah harus memiliki tutup yang rapat dan kedap.

“Potong-potong limbah organik menjadi bagian kecil. Setelah itu, masukkan limbah organik, gula, dan air ke dalam wadah. Aduk rata hingga gula larut. Terakhir, tutup wadah dengan rapat,” jelas Bowo sembari menujukan wadah ekoenzim berukuran besar di rumah produksinya.

Biarkan Tiga Bulan

Hendro Wibowo sedang memperlihatkan wadah yang sudah tutup rapat agar tidak ada udara yang masuk untuk menyimpan ekoenzim yang belum jadi. (Inibaru.id/Imam Khanafi)

Bowo mengungkapkan, wadah yang telah ditutup rapat sebaiknya diletakkan di tempat teduh yang bertemperatur ruangan, lalu biarkan selama minimal tiga bulan. Setelah itu, saring ekoenzim untuk memisahkan antara cairan dengan ampasnya, lalu dikemas dan siap dipasarkan.

"Semakin lama difermentasi, makin baik kualitas ekoenzimnya," tutur Bowo.

Menurut lelaki berambut cepak tersebut, ekoenzim punya potensi bisnis yang nggak kaleng-kaleng. Biaya produksi ekoenzim yang rendah menjanjikan margin keuntungan yang tinggi. terlebih kalau bisa memanfaatkan media sosial sebagai ajang promosi dan pemasaran.

"Lewat medsos, saya bisa kenal produsen ekoenzim dari berbagai daerah, seperti Bali dan Semarang," paparnya. "Menurut saya, medsos penting, khususnya untuk sarana edukasi terkait manfaat dan cara penggunaan ekoenzim."

Manfaat Ekoenzim

Produk yang dihasilkan Hendro Wibowo, mulai dari botol kecil sampai besar dan sisa limbah ekoenzim yang dibungkus plastik untuk bantal kesehatan (Inibaru.id/Imam Khanafi)

Menurut Bowo, ekoenzim kaya akan nutrisi yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen, fosfor, dan kalium. Nutrisi tersebut berfungsi mempercepat pertumbuhan, menambah produksi buah, dan meningkatkan ketahanan terhadap penyakit.

“Untuk lingkungan, ekoenzim bisa membantu memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kemampuan tanah menahan air, dan menyediakan habitat bagi mikroorganisme tanah yang bermanfaat,” ungkapnya.

Lebih dari itu, Bowo mengimbuhi, ekoenzim juga bisa dijadikan sebagai pembersih serbaguna, baik untuk lantai, piring, pakaian, bahkan disinfektan. Jadi, manfaatnya cukup luas, mulai dari tanaman, rumah tangga, lingkungan, hingga kesehatan tubuh.

"Untuk kesehatan, ada juga yang pakai ekoenzim untuk perawatan kulit dan dijadikan sebagai sabun," sambungnya. "Tetangga ada yang kadang datang pas anggota keluarganya sakit kulit dan gatal-gatal. Mereka beli (ekoenzim) ukuran kecil untuk disemprotkan (pada bagian yang gatal)."

Produk yang menarik, bukan? Mengutip perkataan Bowo, baginya ekoenzim adalah solusi sederhana tapi efektif untuk pelbagai masalah lingkungan dan kesehatan kita. Berkah dari limbah ya, Millens? (Imam Khanafi/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Polda Jateng Perkuat Pengamanan Logistik Pemilu di KPU

7 Nov 2024

Secuil Sejarah Kesultanan Cirebon di Candi Poh Brebes

7 Nov 2024

Sejarah Unik Lokasi dengan Nama Terpanjang di Dunia yang ada di Selandia Baru

7 Nov 2024

November Awal Musim Hujan, BMKG: Waspada Ancaman Banjir!

7 Nov 2024

Alasan Lagu 'APT' Rose dan Bruno Mars Haram Diputar Pelajar di Korea

7 Nov 2024

Keseriusan Langkah Pemerintah dalam Menangani Judi Online Masih Dipertanyakan

7 Nov 2024

Bersantai Sore di 'Comfort Zone' Taman Balai Jagong Kudus

7 Nov 2024

Andal dan Ramah Lingkungan, Layanan Logistik KAI Daop 4 Semarang

7 Nov 2024

Apakah Pasangan dengan Love Language Berbeda Bisa Langgeng?

7 Nov 2024

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024