BerandaKulinary
Kamis, 29 Jan 2020 15:37

Meracik Toleransi dan Persaudaraan dalam Sepiring Lontong Cap Go Meh

Spiring lontong Cap Go Meh di Restoran Semarang. (Inibaru.id/ Audrian F.)

Lontong Cap Go Meh merupakan kuliner peranakan yang terinspirasi dari lontong opor. Disajikan ketika perayaan Cap Go Meh, sepiring hidangan ini punya makna yang mendalam.

Inibaru.id - Lima belas hari setelah Imlek, warga peranakan di Indonesia merayakan Cap Go Meh. Pada perayaan yang bertepatan dengan bulan purnama ini, Cap Go Meh juga merupakan penutup bagi musim semi dan momen melepaskan sanak famili yang akan kembali ke perantauan.

Di perayaan ini, ada kuliner hasil akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa yang pupuler di Kota Semarang . Yap, lontong Cap Go Meh! Menurut Jongkie Tio pemilik Restoran Semarang, kuliner satu ini merupakan bukti seduluran antara etnis Tionghoa dan etnis lain di sekitar tempat tinggal mereka.

“Kalau penutup lebaran ada bodo kupat bagi orang Jawa, orang Tionghoa juga pengin ngasih wewehan buat tetangga etnis lain.” Ungkapnya.

Mengadopsi dari ketupat opor dan ketupat sayur, Jongkie mengungkapkan bahwa lontong opor punya bahan yang hampir serupa. Yang membedakan adalah lontong sebagai pengganti ketupat dan tiga komponen lain yaitu kedelai bubuk, abing, dan docang. Yap, karena rata-rata tentangga kaum Tionghoa kala itu merupakan muslim, mereka nggak mencampurnya dengan babi atau apa pun yang nggak boleh dikonsumsi.

Jongkie Tio di restorannya. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Bukan tanpa alasan, keempatnya punya makna bagi warga peranakan lo. Jongkie mengungkapkan bahwa modifikasi ketupat yang kotak menjadi lontong dengan bentuk bundar ketika dipotong melambangkan bulan purnama penuh (purnama pada perayaan Cap Go Meh). Bentuk bundar lontong juga bermakna sebagai hubungan persaudaraan yang nggak terputus.

Sedangkan abing yang bercita rasa manis melambangkan doa agar diberi yang manis-manis dalam hidup. Begitupun rasa gurih dari docang dan bubuk kedelai agar yang menyantapnya selalu mengalami nasib yang baik (gurih). Oleh Jongkie Tio, ketiganya disebut sebagai syarat karena secara turun temurun digunakan oleh leluhur mereka sebagai bumbu makasan.

“Lontong Cap Go Meh itu 100 persen kupatan, dikasih tiga ini (bubuk kedelai, docang dan abing) jadi lontong Cap Go Meh,” tambahnya.

Sepiring lontong Cap Go Meh lengkap terdiri dari 12 komponen. Karena Jongkie Tio nggak sempat menyebutkan, saya berusaha mengidentifikasi satu per satu. Beberapa di antaranya adalah lontong, sayuran, sambal ati, sambal tahu, suwiran ayam, telur, docang, abing, bubuk kedelai, dan kuah santan.

Untuk menyantap hidangan peranakan yang autentik satu ini kamu bisa datang ke Restoran Semarang. Jika beruntung, kamu bisa bertemu Jongkie Tio yang nggak segan-segan bercerita banyak hal tentang Pecinan dan berbagai budaya Tionghoa di Semarang. (Zulfa Anisah/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: