BerandaIslampedia
Kamis, 6 Des 2017 15:53

“Pesantren Federasi” yang Teguh dalam Salaf

Bismania Community dan Haryanto Mania Jakarta bertandang ke Ponpes Annuqayah dan foto bersama santri. (kormeddal.blogspot.com)

Begitu banyak sebutan untuk Pondok Pesantren Annuqayah yang legendaris ini: pesantren federasi, pesantren puisi, dan pesantren peraih Kalpataru. Semua sebutan itu positif banget dan bisa menginspirasi ponpes lain.

Inibaru.id - Pondok Pesantren Annuqayah alias Ponpes Guluk-Guluk berada di Desa Guluk-Guluk, Kecamatan Guluk-Guluk, Kabupaten Sumenep, Pulau Madura, Jawa Timur. Ini termasuk pesantren tua yang didirikan pada 1887 oleh KH Moh Syarqawi, kiai karismatik asal Kudus, Jawa Tengah.

Bagaimana nih ceritanya kiai dari Kudus bisa membangun pesantren di kabupaten paling timur Pulau Madura?

Dalam Wikipedia dan juga ditulis  diceritakan tebuireng.online,com, sebelum mendirikan pesantren, Kiai Syarqawi muda menuntut ilmu di berbagai pesantren di Madura, Pontianak, merantau ke Malaysia, Pattani (Thailand Selatan), dan bermukim di Makkah. Pengembaraan menuntut ilmu itu dilakoni selama sekitar 13 tahun.

Dalam kiprahnya menyebarkan ilmu, Kiai Syarqawi mula-mula membuka pengajian Alquran dan kitab-kitab klasik di Prenduan Sumenep. 14 tahun kemudian, Kiai Syarqawi bersama dua istrinya dan K Bukhari (putra dari istri pertama) pindah ke Guluk-Guluk untuk mendirikan pesantren.

Berkat bantuan seorang saudagar kaya bernama H Abdul Aziz, dia diberi sebidang tanah dan bahan bangunan. Di atas sebidang tanah itu, dia mendirikan rumah tinggal dan sebuah langgar. Tempat ini kemudian disebut Dalem Tenga. Selain itu, dia juga membangun tempat tinggal untuk istrinya yang ketiga, Nyai Qamariyah berjarak sekitar 200 meter ke arah barat dari Dalem Tenga. Kediaman Nyai Qamariyah ini kemudian dikenal dengan Lubangsa.

Baca juga:
Di Guluk-Guluk, Para Santri Menggaung-agungkan Puisi
Survei: Populasi Muslim Eropa 75 Juta pada 2050

Di langgar itulah Kiai Syarqawi mulai mengajar membaca Alquran dan dasar-dasar ilmu agama. Itulah tempat cikal bakal Ponpes Annuqayah.

Sekitar 23 tahun Kiai Syarqawi memimpin ponpes itu. Setelah Kiai Syarqawi meninggal dunia pada Januari 1911, pesantren dipimpin oleh putranya dari isteri pertama, KH Bukhari, dibantu KH Moh Idris dan KH Imam.

Mulai tahun 1917, kepemimpinan pesantren dilanjutkan oleh salah seorang putra Kiai Syarqawi. Namanya , yakni KH Moh Ilyas. Nah, pada saat diasuh Kiai Ilyas inilah Annuqayah berkembang bagus, misalnya pola pendekatan masyarakat, sistem pendidikan dan pola hubungan dengan birokrasi pemerintah.

Perkembangan lain terjadi pada 1923 saat Kiai Abdullah Sajjad (saudara Kiai Ilyas), membuka pesantren sendiri. Tempat baru itu kemudian dikenal dengan nama Latee yang berjarak sekitar 100 meter di sebelah timur kediaman Kiai Ilyas.

Sejak Kiai Abdullah Sajjad membuka pesantren sendiri, pesantren-pesantren daerah di Annuqayah terus berkembang dan bermunculan sehingga sekarang Annuqayah tampak sebagai “pesantren federasi”.

Setelah Kiai Ilyas meninggal pada pengujung 1959, kepemimpinan di Annuqayah selanjutnya berbentuk kolektif, yang terdiri atas para kiai sepuh generasi ketiga. Sepeninggal Kiai Ilyas, kepemimpinan kolektif Annuqayah diketuai oleh KH Moh Amir Ilyas (meninggal 1996), dan kemudian dilanjutkan oleh KH Ahmad Basyir AS.

Nah, Sobat Millens, seperti ditulis Wikipedia yang mengutip Ensiklopedi NU, Saat ini, Pondok Pesantren Annuqayah menampung sedikitnya 6000 orang santri dari berbagai jenjang pendidikan, dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Data lain yang disebut CNN Indonesia, jumlah santrinya mencapai 8000 orang.

Selain legendaris, tahukah kamu Ponpes Guluk-Guluk itu juga peduli banget dengan lingkungan.

Baca juga:
Sejak Kapankah Maulid Nabi Muhammad Diperingati?
Jamaika, Negeri Kristen yang Ramah Muslim

Ya, Pondok Pesantren Annuqayah dikenal karena usahanya dalam pengembangan masyarakat yang secara khusus diselenggarakan oleh Biro Pengabdian Masyarakat Pondok Pesantren Annuqayah (BPM-PPA). Pesantren ini memiliki perhatian yang sangat besar terhadap lingkungan, berupa penanaman pohon dan pelestarian alam sekitar. Itu sebabnya, pada 1981 Presiden Soeharto menganugerahi hadiah Kalpataru kepada pesantren tersebut karena dinilai berjasa sebagai penyelamat lingkungan.

Oya, yang nggak boleh luput diceritakan adalah tradisi penulisan sastra di Ponpes itu. Selain mengkaji ilmu agama, para santri di situ terbiasa menulis dan membaya karya sastra, khususnya puisi, baik sastra Arab maupun sastra Nusantara. (EBC/SA)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: