BerandaIslampedia
Minggu, 28 Okt 2017 02:56

Mengasingkan Diri di Pesantren Metal Tobat

Uzlah atau tempat pengasingan diri didiami oleh santri senior yang tengah mendalami ilmu agama. (Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Belajar butuh ketenangan. Itulah alasan adanya uzlah alias mengasingkan diri di Ponpes Metal Tobat Sunan Kalijaga, Cilacap.

Inibaru.id- Di di kompleks pondok pesantren di Gandrungmangu, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, belasan gubuk panggung berdiri. Gubuk  berukuran sekitar 4 x 3 meter itu berderet-deret di pinggir jalan sempit di antara pepohonan. Beberapa lainnya, bertebaran tak beraturan di pinggir kali kecil dan kolam ikan. Ada yang masih di tanah pekarangan pondok, ada pula yang menumpang di pekarangan milik warga setempat.

Gubuk itu disebut uzlah. Uzlah adalah istilah santri untuk pengertian menyepi untuk mendalami ilmu. Dalam khazanah pesantren, uzlah adalah istilah untuk santri yang sudah diberi izin untuk mengasingkan diri. Tentu izin itu hanya diberikan oleh pengasuh utama pesantren yang menilai seorang santri sudah mencapai tahap tertentu untuk mendalami ilmu keagamaan tertentu.

Nah, pola belajar dengan mengasingkan diri itu diberlakukan di Pondok Pesantren (Ponpes) Metal Tobat Sunan Kalijaga. Ponpes tersebut terbilang unik. Pasalnya, tempat itu menerima santri dari bekas pemadat, pemabuk, bahkan pencoleng.

Baca juga:
Rayouf Al-Humedhi , Pencipta Emoji Berhijab yang Jadi Gadis Berpengaruh
Kisah tentang Suku Maya yang Muslim

Dikutip dari tulisan Muhamad Ridlo via Liputan6 (27/10/2017), suatu sore terlihat beberapa santri berusia belasan tahun sedang memasak di dapur. Cara memasaknya amat sederhana, nasi dikukus dalam alat bernama ketel. Ketel itu diletakkan di atas tungku yang dibuat dari tumpukan bata. Uzlah atau tempat pengasingan itu terletak di sisi barat dan selatan dapur putra, berada di belakang asrama pondok.

Pengasuh Pesantren Metal Tobat, KH Soleh Aly Mahbub menerangkan, gubuk atau pondokan uzlah dipakai untuk ber-khalwat atau mengasingkan diri bagi santri untuk sampai pada tahap tertentu. Hal itu tentu berbeda dengan pondok pesantren kebanyakan yang mewajibkan seluruh santrinya tinggal di asrama.

Meskipun menyepi juga berkaitan dengan ritus sufisme, KH Sholeh menyebut uzlah berbeda dengan pengertian pengasingan sufisme atau tasawuf yang menjadi akar berbagai aliran tarekat.

Uzlah adalah istilah khalwat agar berkonsentrasi mendalami ilmu tertentu. Misalnya, dalam tahap akhir para penghafal Alquran, penghafal Kitab Alfiyah Ibnu Malik, dan beberapa kitab klasik fikih di tingkat tertentu.

Lebih lanjut, dia menerangkan, secara prinsip, santri harus melewati berbagai tahap untuk diizinkan ber-uzlah. Tetapi, yang jelas, sebelum enam tahun tinggal di pesantren, santri harus tinggal di asrama.

Baca juga:
Masjid Kuno di Indonesia Dibangun Tanpa Menara dan Kubah
Alumni Al-Azhar Bikin Deklarasi Lombok

“Intinya sama, menyepi dan menjauhi keramaian. Tetapi tujuannya sedikit berbeda. Uzlah untuk mendalami ilmu yang sedang dipelajarinya. Untuk memahami, kadang membutuhkan tempat yang sepi, jauh dari gangguan,” kata lelaki yang akrab disapa dengan panggilan, Abah Soleh.

Namun, saat ini diakui oleh Abah Soleh, terjadi pula pergeseran uzlah. Tak hanya untuk mendalami ilmu, beberapa uzlah ditinggali oleh santri golongan tertentu. Misalnya, santri yang tergabung dalam grup musik "Solmet" alias solawat metal. Sebabnya, mereka sering berlatih, sehingga harus tinggal di tempat terpisah dari santri biasa. Dikhawatirkan, suara musik yang terlalu keras menganggu santri biasa.

Pesantren ini juga menerima calon santri yang sudah berkeluarga. Mereka pun ditempatkan di uzlah yang berukuran lebih besar. Ada pula, santri tua yang tinggal di rumah sang pengasuh. Ada pula, santri yang menuntut ilmu sembari bekerja.

Sejak pesantren tersebut didirikan pada 2000 lalu, hingga kini tercatat sudah 19 santri yang khotmil qur’an bil ghoib, atau hafal Alquran. Mereka terdiri atas 16 hafizah atau penghafal Alquran perempuan dan tiga santri lelaki. (EBC/SA)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024