BerandaInspirasi Indonesia
Kamis, 19 Jul 2023 14:00

Yusuf, Segelintir Tukang Jagal yang Tersisa di Kampung Bustaman

Kedua putra Muhammad Yusuf sedang mempersiapkan kambing untuk disembelih. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Sudah nggak banyak lagi tukang jagal yang masih eksis di Kampung Bustaman Semarang. Salah seorang dari penjagal yang jumlahnya sedikit itu adalah Yusuf. Dia berusaha profesi jagal di kampungnya nggak sirna.

Inibaru.id - Sebelum matahari terbit, tangan Muhammad Yusuf sudah sibuk mengasah sebilah pisau. Ketika orang-orang masih terlelap, dia justru sudah sibuk beraktivitas menyembelih kambing. Lelaki berambut putih itu dikenal sebagai penjagal kambing kawakan di Kampung Bustaman, Kelurahan Purwodinatan, Kecamatan Semarang Tengah. Dalam sehari, Yusuf bisa menyembelih puluhan ekor kambing.

Kambing-kambing yang telah dipotongnya lalu distribusikan ke pasar-pasar terdekat, warung sate, dan tempat kuliner lainnya.

Kambing-kambing yang disembelih diambil dari peternak langganan di daerah Karangawen, Kabupaten Demak dan Ambarawa, Kabupaten Semarang.

"Sehari bisa dua puluh ekor kambing. Bagian motong daging dan masak, saya serahkan ke anak. Saya hanya tukang jagal saja," imbuh Yusuf.

Ya, Kampung Bustaman memang dikenal sebagai sentra jagal kambing. Yusuf adalah salah seorang yang masih konsisten dengan pekerjaan itu.

Di tahun 70 sampai 80-an, mayoritas warganya berprofesi sebagai tukang jagal dan bisa memotong hingga ratusan ekor kambing. Nggak hanya itu, segala hal yang berkaitan dengan pemotongan dan pendistribusian daging kambing ada di sana. Nggak heran Kampung Bustaman juga dikenal dengan kampung jagal.

Yusuf sendiri sudah akrab dengan aktivitas menyembelih kambing sejak kelas 4 Sekolah Dasar (SD). Dia mengaku sudah diajari kakaknya melepas kulit sampai memotong daging kambing.

"Sepuluh tahun kemudian, saya baru diajari caranya menyembelih. Ilmunya turun-temurun dari orang tua," ucap Yusuf.

Dari Keluarga Jagal

Muhammad Yusuf hendak menyembelih sapi milik warga bustaman. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Yusuf beruntung karena terlahir di keluarga jagal sehingga dirinya sampai sekarang masih bisa mempertahankan profesi tersebut. Jika menilik ke belakang, sebelum Indonesia merdeka, warga Bustaman memang sudah banyak yang berprofesi menjadi tukang jagal.

"Yang saya ketahui dulu hanya empat orang. Lambat laun sebelas orang berprofesi tukang jagal. Bisa dibayangkan dulu sekeliling Bustaman sibuk menyembelih kambing," kenangnya.

Sayangnya, kini kesibukan itu nggak terlihat lagi. Dengan mata berkaca-kaca Yusuf mengungkapkan bahwa dalam tujuh tahun terakhir, hanya tersisa dua orang yang masih menekuni profesi tukang jagal.

Tukang jagal di Kampung Bustaman banyak yang beralih profesi. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

"Semenjak Pasar Johar kebakaran, banyak warga Bustaman yang beralih profesi. Kampung yang dulu ramai dengan aktivitas menyembelih kambing sekarang mulai luntur," sedihnya.

Padahal menurut Yusuf, profesi tukang jagal cukup menguntungkan. Dia bisa menyekolahkan putra-putrinya sampai perguruan tinggi.

"Insya allah menjanjikan. Tapi tergantung orangnya bisa megang uang atau tidak. Dari lima anak, satu di antaranya bisa saya kuliahkan sampai selesai," tuturnya dengan bangga.

Nah, nggak ingin profesi yang dia banggakan sirna bergitu saja, Yusuf mengajarkan kemampuannya menyembelih kambing ke anaknya. Dia cukup lega lantaran kedua putranya mau meneruskan profesi sebagai tukang jagal. Kendati masih remaja, kedua putranya itu sudah mahir bila disuruh menyembelih kambing.

Salut buat Yusuf sekeluarga yang masih berusaha melestarikan profesi jagal di kampung jagal Bustaman ya, Millens? Semoga kekhawatirannya tentang hilangnya orang yang berprofesi sebagai penjagal nggak akan terjadi. (Fitroh Nurikhsan/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: