BerandaInspirasi Indonesia
Minggu, 18 Apr 2020 11:29

Seadanya, Pekerja Mengaku Fasilitas WFH Tak Selayak di Kantor

WFH dengan fasilitas seadanya. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Sistem bekerja dari rumah yang kini marak diterapkan oleh berbagai lembaga menyisakan berbagai kisah. Ini adalah kisah tiga staf muda yang bekerja dengan berbagai keterbatasan di rumah kontrakan.

Inibaru.id - Rabu (15/4) saya menemui Ardany Nuril Fahma, Lenny Ristiyani, dan Pujiharti Romadhani di tengah kesibukan mereka bekerja dari rumah (WFH). Ketiganya yang merupakan yang merupakan staf muda di lembaga Legal Resource Center untuk Keadilan Gender dan Hak Asasi Manusia Jawa Tengah. Sudah beberapa minggu ini, mereka bekerja dengan mengandalkan gadget dan juga kuota internet.

Dengan berlesehan, Puji tampak menggunakan kardus sebagai pengganti meja laptop. Kala itu dia sedang menjadi salah satu pemateri diskusi daring yang digelar oleh kantornya. Sesekali tak paham, dia bergegas bertanya kepada Ardhany dan Leni yang lebih senior darinya.

Tak jarang ketiganya yang tinggal seatap ini juga sering saling bertukar gawai jika salah satunya mengalami kendala.

“Di kantor ada komputer yang bisa dipakai jika bermasalah, kalau WFH kita pakai seadanya,” tutur Leni dari divisi bantuan hukum.

Nggak cuma itu, untuk urusan jaringan internet juga sering jadi kendala mereka bertiga. Meskipun dapat jatah dari kantor, mereka mengaku kadang jatah tersebut tak cukup jika harus digunakan untuk mengakses berbagai informasi. Nggak jarang ketika harus mengikuti sebuah telekonferensi, mereka mengalami buffering karena paket internet yang terbatas.

Wifi dan paketan ada jatah pulsa dari kantor, tapi lebih enak di kantor wifi-nya lebih cepat. Kita juga nggak dapat fasilitas seperti meja kursi seperti di kantor,” tutur Ardhany, staf muda divisi advokasi dan kebijakan.

Hal ini bikin mereka nggak jarang menumpang wifi ke teman kontrakan yang bukan merupakan teman kerja mereka. Meskipun dalam berbagai keterbatasan, mereka mengaku berkomitmen menyelesaikan berbagai tugas dan tanggung jawab mereka dengan maksimal. Salut deh!

Nggak Kenal Waktu

Diskusi dan koordinasi tak kenal waktu. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Selain keterbatasan fasilitas, selama WFH mereka bertiga mengaku punya jadwal yang nggak beraturan. Berbagai aktivitas yang seharusnya bisa dilakukan langsung dan cepat selesai kini butuh waktu lebih lama untuk diselesaikan. Ardha misalnya, dia mengaku membutuhkan waktu berhari-hari untuk menyelesaikan satu sesi diskusi.

“Diskusi komunitas yang harusnya bisa selesai dalam waktu sehari, bisa berlangsung berhari-hari. Karena nggak semua punya device dan paham menyesuaikan selo-nya peserta juga,” tutur perempuan yang juga orator aksi ini.

Perubahan pola kerja ini juga dialami oleh Leni yang biasanya bertugas mendampingi korban kekerasan, kini mengaku nggak kenal waktu karena mendapatkan tugas dan menangani kasus kapan saja meskipun di luar jam kantor.

Puji yang bertugas memonitoring media dan mendokumentasikan acara lebih parah lagi. Kadang dia terpaksa begadang hingga larut malam untuk melaksanakan tugasnya.

“Kalau ada rapat koordinasi online dengan komunitas yang lain sering sampai jam 10 malam. Yang lain jadi terhambat,” tuturnya.

Untungnya, ketiganya kompak untuk saling membantu. Meskipun berat, mereka mengaku kerja sosial seperti ini menjadi media yang baik untuk belajar. Kalau pengalaman WFH-mu seperti apa, Millens? (Zulfa Anisah/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024