BerandaInspirasi Indonesia
Selasa, 6 Apr 2020 15:44

Panggilan Hati Membuat Yuna Mantap Menjadi Sukarelawan BPBD

Yuna menunjukkan peralatan yang dipakai BPBD dalam penanganan bencana. (Inibaru.id/ Dwi Nastiti M)

Berawal dari panggilan jiwanya untuk menjadi sukarelawan, mengubah hidup Yuna Setya Hendarto menjadi sosok yang peduli sesama dan sekitar.

Inibaru.id – Apa yang terlintas di benak kamu jika mendengar sosok sukarelawan bencana? Pastinya sosok heroik yang menolong korban terkena atau pun terdampak bencana. Salah satu sosok heroik tersebut adalah Yuna Setya Hendarto.

Pria kelahiran Timor Leste, 16 Mei 1986 ini merupakan personel Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang sejak 2018. Statusnya adalah pegawai kontrak.

Perahu karet yang biasa digunakan dalam evakuasi korban banjir di pesisir utara Kota Semarang. (Inibaru.id/ Dwi Nastiti M)

Panggilan Hati Menjadi Sukarelawan

Yuna mengisahkan awal mula bagaimana dia bergabung menjadi personel BPBD.

“Orang-orang kampung sering men-judge kami seperti orang yang nggak pernah berguna bagi masyarakat, nggak kerja, isinya cuma main aja. Sampai akhirnya saya ingin menjadi sukarelawan, berguna untuk orang-orang di sekitar saya,” tutur Yuna.

Kali pertama baginya melakukan misi kemanusiaan adalah saat bencana tsunami di Aceh pada 2004. Modalnya saat itu hanya semangat dan tekad. Dia bahkan datang ke Aceh dengan biaya sendiri tanpa ditemani siapapun.

Hatinya kembali tergugah saat Jogja dilanda gempa besar pada 2006. Dia kembali melakukan misi kemanusiaan. Melihat semangat sang anak, orang tua Yuna pun mendukung penuh pilihannya menjadi sukarelawan.

Pada 2014, Yuna menjadi sukarelawan organisasi Granat Resque. Dia bertugas menangani bencana di wilayah Jawa Tengah seperti mengevakuasi korban tanah longsor di Purworejo dan Brebes.

“Jika membantu ya ikhlas aja, ngga usah mikir duit, walau dengan keterbatasan setidaknya kita ikut membantu,” terang Yuna kala ditanya motivasinya menjadi sukarelawan.

Selain siaga saat bencana, Yuna juga bersedia menjadi sukarelawan bersih-bersih sampah gunung dan menjadi pendamping pendaki yang memiliki tim dan leader. Dia membantu memperhitungkan keselamatan, mengatur makan, serta manajemen waktu para pendaki.

Sepeda motor sebagai moda transportasi pertama untuk meninjau lokasi tanggap bencana. (Inibaru.id/ Dwi Nastiti M)

Amanah dalam Tugas

Keterampilan pertolongan pertama menjadi hal dasar yang wajib dimiliki seorang sukarelawan BPBD. Yuna pun kini menguasai water resque, vertical resque (penyelamatan orang di ketinggian), keterampilan tali temali serta mengenal penggunaan peralatan keselamatan.

Pria yang memiliki hobi mendaki gunung ini menjelaskan tentang tugasnya di BPBD Kota Semarang. Selain menjadi bagian dari tim Pusat Pengendalian dan Operasi (Pusdalop) Bidang II Kedaruratan dan Logistik, Yuna juga berperan sebagai fasilitator dari para sukarelawan dan anggota Basarnas. Dia juga bertugas melakukan pendataan dan memberikan bantuan darurat seperti selimut, tikar dan logistik seperti sembako dan air mineral.

“Tahun 2018 kami datang untuk korban banjir, ternyata sampai sana banjirnya mulai surut. Di daerah Sawah Besar, daerah Mangkang juga pernah. Dibilang datangnya telat, dimarahi warga. Ya sudah, diem aja. Kami terlambat bukan karena responnya terlambat, tetapi terlambat mendapat info,” terang Yuna.

Yuna berpesan bagi kamu yang membutuhkan bantuan dan pertolongan untuk segera menghubungi nomor 112 (layanan bebas pulsa) agar bisa segera ditangani dan mendapatkan layanan kedaruratan. Selain itu, kamu juga bisa melaporkannya lewat media sosial Instagram, Twitter, Sukarelawan via HT, atau lewat radio masyarakat.

Sukarelawan yang sering menolong banyak orang seperti Yuna memang keren ya Millens?. (Dwi Nastiti M/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024