BerandaIndo Hayati
Kamis, 13 Des 2017 02:14

Benar Nggak Keong Sawah Bisa Gantikan Daging Sapi?

Keong sawah. (forum.detik.com)

Keong kembali menjadi buah bibir. Jika dulu heboh karena "Keong Racun" Sinta-Jojo, kali ini karena keong sawah. Sebenarnya ada apa dengan keong sawah?

 

Inibaru.id - Belum lama ini di jejaring sosial sedang viral tentang ajakan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman untuk mengonsumsi keong sawah sebagai penganti daging. Pasalnya harga daging saat ini masih mahal, berada di kisaran lebih dari Rp 100 ribu. Ajakan dari Mentan ini ternyata mendapat sorotan dari para netizen. Banyak warganet yang kurang setuju dengan saran tersebut.

Bagi yang belum mengenal keong sawah mungkin akan merasa aneh bahkan jijik untuk menyantap daging keong sawah yang terlihat berlendir. Hal itu wajar karena keong sawah masih belum umum dikonsumsi masyarakat Indonesia.

Memiliki warna cangkang hijau pekat sampai hitam, keong sawah merupakan sejenis siput air yang mudah dijumpai di perairan tawar Asia tropis, seperti di sawah, aliran parit, dan danau. Hewan bercangkang yang memiliki nama Latin Pila ampullacea ini dikenal pula sebagai keong gondang, siput sawah, siput air, atau tutut.

Tapi tahukah Sobat Millens, keong sawah juga bisa disulap menjadi makanan yang lezat? Beberapa daerah bahkan sering menyajikannya sebagai camilan atau lauk. Contohnya di Surabaya, sate keong sawah yang dikenal dengan sate kull tengah digemari. Jadi bisa dibilang keong sawah sebenarnya bukanlah makanan baru di Indonesia, bahkan banyak dikonsumsi secara luas di berbagai wilayah Asia Tenggara. Memiliki rasa manis seperti kerang, daging keong sawah juga memiliki tekstur kenyal dan berserat seperti jamur. Selain itu, ternyata daging keong sawah juga memiliki protein yang tinggi, lo.

Baca juga:
Mari Menjaga Anoa agar Nggak Punah
Macan Akar a.k.a Kucing Hutan kok Dipiara

Mengutip Kompas.com (6/12/2017), pada Januari 2013 sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Environmental Science, Toxicology, and Food Technology menyebutkan bahwa keong sawah sebenarnya memiliki kandungan nutrisi dan gizi yang tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa protein yang dimiliki keong sawah mencapai 10,40 persen.

Selain itu, keong sawah juga mengandung mineral di antaranya adalah fosfor 60,52 mg, kalsium 129,18 mg, potasium 71, 13 mg, zat besi 10,90 mg, sodium 0,04 mg, magnesium 31,19 mg, dan zinc 1,31 mg. Semuanya dalam skala per 100 gram.

Menariknya, kandungan kalsium dalam keong sawah bahkan lebih tinggi dibandingkan kalsium dalam daging sapi, telur bahkan susu. Kandungan potasiumnya juga telah terbukti baik untuk keseimbangan cairan serta regulasi konduksi impuls saraf, detak jantung, dan metebolisme sel. Selain itu keong sawah juga mengandung zat besi yang tinggi dan dipercaya membantu pembentukan darah merah.

Wah, ternyata kandungan gizi keong sawah memang tinggi ya?

Baca juga:
Jangan Cari Menteng di Kawasan Elite Menteng Jakarta
Takokak: Kecil dan Pahit, Tapi…

Eits, meskipun demikian pastikan keong sawah diolah dengan amat teliti dan saksama ya. Itu lantaran keong sawah adalah inang beberapa penyakit parasit. Selain itu, jika hewan ini diambil di sekitar persawahan, biasanya akan menyimpan sisa pestisida dalam tubuhnya. Yah, memang lebih baik jika kita mengonsumsi keong sawah yang sudah dibudidayakan saja, sehingga tidak memiliki sisa pestisida.

Dengan harga yang lebih murah, kandungan gizi keong sawah bisa selevel dengan daging sapi. Nah, ada baiknya kita juga jeli memperhatikan pola makan. Tapi semuanya balik lagi ke selera masing-masing. So, apakah kamu berani mencoba makan keong sawah? (ALE/SA)

 

 

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024