BerandaIndie Mania
Sabtu, 11 Okt 2019 14:00

Representasi Seni Rupa Kontemporer Semarang dalam Pameran “Kertas Kokoh”

Representasi Seni Rupa Kontemporer Semarang dalam Pameran “Kertas Kokoh”

The Young Van Gogh karya Kokoh Nugroho. (Inibaru.id/ Isma Swastiningrum)

Sejumlah 253 karya terpasang di Gallery B9 Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang (Unnes). Karya-karya tersebut merupakan karya pelukis asal Semarang Kokoh Nugroho, yang berlangsung dari tanggal 2-17 Oktober 2019.

Inibaru.id –  Percobaan Kokoh Nugroho dalam menampilan karya lukisannya, nyatanya mendapat sambutan manis dari Oei Hong Djien (OHD), kolektor kenamaan Indonesia. Melalui pameran bertajuk “Kertas Kokoh”, dia mencoba membuat terobosan-terobosan. Kokoh membuat terobosan dari segi perupaan hingga media kertas yang dianggap media kelas dua setelah kanvas.

"Kalau kita bandingkan karya-karya maestro Hidayat pada waktu itu 20 tahun lalu yang dianggap absurd. Ini Kokoh Nugroho jauh lebih absurd. Sekarang bisa ditampilkan di sini. Bahkan diapresiasi oleh banyak orang, kemajuan yang luar biasa untuk Semarang," kata OHD yang juga berprofesi sebagai dokter spesialis patologi anatomi ini.

Salah satu pengunjung pameran mengapresiasi karya Kokoh Nugroho. (Inibaru.id/ Isma Swastiningrum)

OHD berpendapat, selama ini media kertas sendiri kurang mendapat apresiasi. Harganya yang murah pun cenderung kurang dihargai. Padahal basis lukisan adalah kertas. Dari kertas seseorang bisa melihat garis-garis, orisinalitas, karakter, dan aslinya seniman. “Semua seniman memulai dari membuat sketsa-sketsa semua dilakukan di atas kertas,” tambahnya.

Wahyudin selaku kurator pameran menceritakan karya Kokoh nggak terlepas dari hobinya yang "gatal" untuk mencoret-coret di atas kertas. Nggak dinyana jumlah kertas itu ratusan. Lalu Wahyudin berinisiatif untuk memamerkan karya-karya tersebut dalam satu platform tertentu.

"Kertas sebagaimana yang sudah disampaikan merupakan eksistensial Kokoh dalam berkarya. Sehingga kalaupun saya menyediakan kanvas, hari ini mungkin dia tidak berpameran juga," tuturnya.

Kertas bekas juga nggak luput menjadi media lukis Kokoh. (Inibaru.id/ Isma Swastiningrum)

Wahyudin menilai, karya seni rupa di Jawa Tengah memang nggak sedinamis yang ada di kota-kota lain, Millens. Terutama yang ada di Yogyakarta. Kurator asal Kota Gudeg ini mengapresiasi Kokoh yang masih tetap setia di tanah yang menjadi kampung halamannya.

"Yang menarik dari Kokoh adalah dia masih mau bersikukuh, untuk berkokoh-kokoh tinggal dan berkarya di Semarang. Tidak pindah ke tempat yang lain. Saya kira, itu satu poin yang menarik dari Kokoh Nugroho. Itu bisa menjadi representasi yang memikat bagi rupawan yang ada di Semarang," katanya.

Lukisan-lukisan ini berkontribusi bagi dunia seni rupa Semarang. (Inibaru.id/ Isma Swastiningrum)

Pemilihan tempat pameran di kampus pun bukan tanpa alasan. Ini menjadi satu poin inspirasi bagi kawan-kawan seni rupa yang berasal dari kampus-kampus. Lebih jauh, bagaimana lukisan seni rupa Semarang berpotensi dalam kontribusi seni rupa kontemporer. Atau paling nggak berkontribusi dalam kampus sendiri.

“Kokoh orang pertama yang memanfaatkan galeri B9 selain mahasiswa,” komentar Patmo perwakilan dari Seni Rupa Unnes.

Menarik ya, Millens. Ternyata berkarya nggak melulu harus dari bahan-bahan mahal. Seperti Kokoh, bahkan berbagai macam kertas pun dapat dia ubah menjadi karya yang indah dan memiliki nilai seni tinggi. Salut! (Isma Swastiningrum/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ihwal Mula Kampung Larangan di Sukoharjo, 'Zona Merah' yang Pantang Dimasuki Bumiputra

12 Apr 2025

Lagu "You'll be in My Heart" Viral; Mengapa Baru Sekarang?

12 Apr 2025

Demi Keamanan Data Pribadi, Menkomdigi Sarankan Pengguna Ponsel Beralih ke eSIM

12 Apr 2025

Bikin Resah Pengguna Jalan, Truk Sampah Rusak di Kota Semarang Bakal Diperbaiki

12 Apr 2025

Ketika Pekerjaan Nggak Sesuai Dream Job; Bukan Akhir Segalanya!

12 Apr 2025

Lindungi Masyarakat, KKI Cabut Hak Praktik Dokter Tersangka Pelecehan Seksual secara Permanen

12 Apr 2025

Mengenal Getuk Kethek, Apakah Terkait dengan Monyet?

13 Apr 2025

Di Balik Mitos Suami Nggak Boleh Membunuh Hewan saat Istri sedang Hamil

13 Apr 2025

Kisah Kampung Laut di Cilacap; Dulu Permukiman Prajurit Mataram

13 Apr 2025

Mengapa Manusia Takut Ular?

13 Apr 2025

Nilai Tukar Rupiah Lebih Tinggi, Kita Bisa Liburan Murah di Negara-Negara Ini

13 Apr 2025

Perlu Nggak sih Matikan AC Sebelum Matikan Mesin Mobil?

14 Apr 2025

Antrean Panjang Fenomena 'War' Emas; Fomo atau Memang Melek Investasi?

14 Apr 2025

Tentang Mbah Alian, Inspirasi Nama Kecamatan Ngaliyan di Kota Semarang

14 Apr 2025

Mengenal Oman, Negeri Kaya Tanpa Gedung Pencakar Angkasa

14 Apr 2025

Farikha Sukrotun, Wasit Internasional Bulu Tangkis yang Berawal dari Kasir Toko Bangunan Kudus

14 Apr 2025

Haruskah Tetap Bekerja saat Masalah Pribadi Mengganggu Mood?

14 Apr 2025

Grebeg Getuk 2025 Sukses Meriahkan Hari Jadi ke-1.119 Kota Magelang

14 Apr 2025

Tradisi Bawa Kopi dan Santan dalam Pendakian Gunung Sumbing, Untuk Apa?

15 Apr 2025

Keindahan yang Menakutkan, Salju Turun saat Sakura Mekar di Korea Selatan

15 Apr 2025