Inibaru.id – Warga Semarang dan sekitarnya terbiasa menjadikan Bandungan sebagai tujuan wisata saat akhir pekan. Di sana, kamu bisa menikmati udara yang sejuk, pemandangan alam khas Gunung Ungaran yang masih asri, dan menikmati wisata kuliner. Salah satu yang populer adalah satai kelinci.
Omong-omong ya, Bandungan sebenarnya adalah sebuah kecamatan yang ada di Kabupaten Semarang. Kamu bisa mengaksesnya dari Ambarawa atau Lemah Abang jika berasal dari arah Ungaran. Nah, sesampainya di Bandungan, pasti deh kamu bisa melihat banyak penjual satai kelinci berjejeran di pinggir jalan menuju Candi Gedong Songo.
Satai kelinci jelas nggak biasa, ya Millens. Maklum, kita terbiasa dengan satai ayam atau satai kambing. Banyak orang yang bahkan nggak berani makan satai kelinci hanya karena berpikir kalau hewan ini cukup lucu untuk dimakan. Namun, bagi yang pernah mencicipinya, rasa satai kelinci ini nikmat nggak ada duanya, lo.
Lantas, seperti apa sih sejarah awal satai kelinci di Bandungan mulai dijual? Kalau yang ini, Warung Sate Kelinci Pak Pono punya jawabannya. Maklum, Pak Pono-lah yang kabarnya memulai tren berjualan satai kelinci di Bandungan pada 2005.
Pak Pono sendiri bukan orang asli Bandungan, Millens, melainkan dari Tawangmangu, Karanganyar, kabupaten yang bersebelahan persis dengan Kota Solo. Nah, Tawangmangu ini punya iklim dan pemandangan yang nggak jauh beda dengan Bandungan. Maklum,sama-sama di lereng gunung.
Di Tawangmangu sendiri, juga ada lo penjual satai kelinci. Nah, dulu, Pak Pono melihat prospek bisnis ini di Bandungan. Dia pun kemudian mencari kelinci yang dijual di Pasar Hewan Ambarawa, yakni Pasar Pon yang lokasinya ada di dekat Terminal Bawen. Sesuai dengan prediksinya, satai kelincinya laris manis di Bandungan.
Biasanya sih, kelinci yang dijadikan satai adalah kelinci Australia. Maklum, kelinci badannya gempal sehingga dagingnya pasti tebal. Kalau hari biasa, setidaknya 3 ekor kelinci habis dijadikan satai. Beda lagi kalau akhir pekan, Pak Pono bisa sampai menyembelih 5 ekor, lo.
Lantas, bagaimana dengan rasanya? Istri Pak Pono, Poniwati menyebut rasa satai kelinci memang sekilas mirip dengan satai ayam. Tapi, kalau sudah terbiasa memakannya, bakal terasa. Sayangnya, karena rasanya yang mirip satai ayam ini pula, sejumlah penjual satai kelinci memakai daging ayam, bukannya daging kelinci.
Kalau kamu, pernah nyoba makan satai kelinci di Bandungan nggak, Millens? (Phi/IB09/E05)