BerandaHits
Sabtu, 30 Sep 2022 18:59

RSU William Booth, Rumah Sakit Tertua di Semarang

RSU William Booth, Rumah Sakit Tertua di Semarang

Salah satu gedung RS William Booth yang menyisakan arsitektur Belanda. (Swarabanget)

Semarang nggak cuma punya bangunan wisata bersejarah. Ada pula tempat pelayanan kesehatan yang memiliki sejarah menarik. Tempat ini sudah berdiri dan memberikan pengobatan bagi mereka yang papa sejak zaman Belanda. Rumah sakit ini bernama William Booth.

Inibaru.id – Selain terkenal dengan banyak tempat wisata bersejarah, di Kota Semarang terdapat rumah sakit (RS) yang umurnya lebih dari satu abad. RS itu adalah William Booth yang terletak di Kecamatan Gajahmungkur, Semarang.

Dahulu, rumah sakit ini dikenal sebagai spesialis pengobatan penyakit mata. Namun kini, RS William Booth juga memberikan pelbagai layanan seperti pengobatan penyakit dalam, bedah, syaraf, instalasi rawat bersalin, dan lain-lain. Lantaran sudah eksis sejak zaman Belanda, bagaimana sejarah perjalanan rumah sakit ini?

Pelayanan Bala Keselamatan

Dilansir Tribun (30/4/2020), berdirinya RSU William Booth, nggak lepas dari aliran Bala Keselamatan.

Di Indonesia, Bala Keselamatan dirintis oleh dua opsir berkebangsaan Belanda yakni Staf Kapten Jacob Gerrit Brouwer dan Ensign Adolf Teodorus Van Emmerick pada 1894. Kemudian, pada awal 1907, dr. Vilhelm A. Wille ditugaskan oleh pemimpin Bala Keselamatan untuk melayani orang-orang miskin di daerah Bugangan, Semarang Timur.

Banyak pasien yang ditemukan oleh dr. Wille menderita penyakit mata yang cukup parah. Dengan keterbatasan peralatan dan fasilitas, dr. Wille tetap memaksimalkan pelayanan yang diberikan pada masyarakat sekitar. Kabar inilah yang akhirnya menyebar hingga ke pelbagai penjuru dunia.

Dikenal Hingga Kancah Internasional

Pasien-pasien di RS William Booth yang mengantre paska operasi mata, (Pinterest/Kezia)

Dari kabar yang menyebar, banyak pasien penyakit mata yang datang ke tempat praktik dr. Wille di Bugangan. Mereka berasal dari Malaysia, Singapura, hingga negara-negara di Asia Timur, demikian dikutip dari laman resmi rsuwilliambooth.

Pada 1914, untuk pertama kalinya dr. Wille menemukan penyakit mata yang dikenal dengan nama xerophthalmia. Ini adalah penyakit mata yang menyerang anak-anak karena kekurangan vitamin. Lagi-lagi dengan alat dan fasilitas yang minim, dr. Wille berhasil menyelamatkan anak-anak tersebut.

Kondisi yang memprihatinkan ini mengetuk hati banyak orang. Seorang pasien bahkan memberikan sebidang tanah di perbukitan selatan Kota Semarang. Pasien tersebut turut menggugah pasien lain untuk menjadi donatur. Bahkan, Ratu Wilhelmina juga turut menyumbang. Hasil donasi ini terkumpul sebesar 94 ribu gulden.

Berdirilah RS Mata William Booth pada 23 Juni 1915 yang diresmikan oleh Residen Semarang, PKW Kern. Dahulu, masyarakat menyebut rumah sakit ini dengan nama RS Madurangin karena letaknya yang berada di perbukitan bernama Madurangin.

Operasional RS Mata William Booth sempat berhenti pada masa perang dunia ke II. Saat itu, Indonesia berada di tangan Jepang. Setelah kekalahan Jepang, rumah sakit ini diserahkan kepada Indonesia.

Kemudian, pada 1948 rumah sakit ini dikembalikan kepada Bala Keselamatan dan kini dikelola Yayasan Pelayanan Kesehatan Bala Keselamatan (YPKBL). Untuk meningkatkan pelayanannya, RS William Booth memperoleh izin sebagai Rumah Sakit Umum sejak 1984.

Btw, kamu pernah berobat ke RS William Booth, Millens? (Kharisma Ghana Tawakal/E05)


Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Alunan Musik Yogyakarta Royal Orchestra yang Menyatu dengan Suara Laju Kereta di Stasiun Tugu Jogja

10 Apr 2025

Sudahi Kontrak di Red Sparks, Megawati akan Dirindukan Penggemar Voli di Korea

10 Apr 2025

Kuda yang Jadi 'Kambing Hitam' atas Bau Pesing di Kawasan Malioboro Jogja

10 Apr 2025

Menghidupkan Kembali Hewan Punah: Mungkinkah Etis?

10 Apr 2025

Forum Senayan Peduli Jateng Perdana Digelar, Ketua DPRD Sumanto: Sinergi Kunci Kemajuan Daerah

10 Apr 2025

Benahi Layanan BRT Semarang, Pemkot Segera Atasi 'Cumi Darat' dan Perbaiki Shelter

10 Apr 2025

Menteri Maruarar: Program Rumah Subsidi untuk Jurnalis Bukan untuk Membungkam Kritik

10 Apr 2025

Lolongan dari Masa Lalu; Dire Wolf Lahir Kembali lewat Rekayasa Genetika

10 Apr 2025

Pijar Park Kembali Jadi Destinasi Wisata Keluarga Terfavorit di Kudus selama Libur Lebaran

10 Apr 2025

Seniman Penuh Talenta Berumur Panjang Itu Kini Berpulang; Titiek Puspa Namanya!

11 Apr 2025

Sejarah Getuk Goreng Sokaraja; Tercipta karena Nggak Disengaja

11 Apr 2025

Kabar Lelayu: Pemilik Lekker Paimo Semarang Meninggal Dunia

11 Apr 2025

Prosesi Buka Luwur Makam Ratu Kalinyamat Diiringi Lantunan Doa untuk Kemajuan Jepara

11 Apr 2025

Mengapa Manusia Terobsesi Umur Panjang? Antara Takut Mati dan Cinta Hidup

11 Apr 2025

Sesaji Rewanda; Ketika Para Monyet Goa Kreo Juga Diberi 'Angpao' saat Lebaran

11 Apr 2025

Dua Manusia Kloning yang Saling Bekerja Sama dalam 'Mickey 17'

11 Apr 2025

BMKG: Seminggu ke Depan, Ada Potensi Hujan Lebat dan Angin Kencang di Indonesia

11 Apr 2025

Ihwal Mula Kampung Larangan di Sukoharjo, 'Zona Merah' yang Pantang Dimasuki Bumiputra

12 Apr 2025

Lagu "You'll be in My Heart" Viral; Mengapa Baru Sekarang?

12 Apr 2025

Demi Keamanan Data Pribadi, Menkomdigi Sarankan Pengguna Ponsel Beralih ke eSIM

12 Apr 2025