Inibaru.id – Suatu pagi, saya berkunjung ke rumah seorang teman di bilangan Tembalang, Kota Semarang. Dia tinggal di sebuah kompleks perumahan elit bernama Graha bla-bla-bla. Iseng saya bertanya ke teman saya, “Dulu tempat ini kawasan penangkaran buaya?”
Kawan saya bingung; saya pun tertawa. Sejurus kemudian, saya membuka gawai dan mencari arti kata graha di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), lalu membacakan artinya. Di KBBI, lema “graha” mempunyai dua arti: (1) menangkap; (2) buaya. Keduanya berasal dari bahasa Sanskerta.
Dari dua arti tersebut, nggak ada satu pun yang merujuk pada perumahan, rumah, kawasan permukiman, bahkan bangunan. Namun, sebagian besar orang agaknya nggak akan mempertanyakan saat ada yang menamai bangunan atau kompleks perumahan dengan nama “graha”. Betul?
Graha untuk nama perumahan memang nggak asing di telinga. Sebutlah misalnya kompleks permukiman Graha Padma dan Graha Estetika di Semarang. Ada juga bangunan yang dinamai demikian, contohnya Graha Maria Annai Velangkanni di Medan. Kenapa demikian? Mari kita cari tahu!
Mengenal Graha
Menyoal istilah “graha” nggak bisa dilepaskan dari ilmu astrologi dalam ajaran Hindu yang mengenal Nawagraha atau sembilan pengikat atau penanda pengaruh yang paling umum berupa sembilan benda langit.
Kesembilan benda langit ini adalah Matahari (Surya), Bulan (Candra), Mars (Mangala), Merkurius (Budha), Jupiter (Guru), Venus (Sukra), Saturnus (Sani), serta titik-titik persimpangan Utara (Rahu) dan Selatan (Ketu) antara bulan dengan orbit bumi di sekitar matahari.
Nah, dalam Hindu, secara harfiah “graha” berarti mengikat, menangkap, atau memegang. Mengutip Siwasakti, Graha adalah penanda pengaruh kosmis pada makhluk hidup di bumi (Pertiwi). Hal ini juga ada kaitannya dengan kata graha di Indonesia, khususnya di kalangan masyarakat Jawa-Bali.
Dikutip dari Inibaru.id (8/11/2017), kata graha juga dikenal dalam bahasa Jawa, yang kemungkinan disunting dari bahasa Kawi yang berkembang di Bali. Graha dalam bahasa Jawa berarti planet, gerhana, roh jahat, dan buaya. Lebih detailnya, kamu bisa mengeceknya via Wikipedia.
Salah Kaprah
Dari penjelasan di atas, bisa dipastikan bahwa kata graha nggak ada hubungannya dengan bangunan, permukiman, atau hal semacamnya. Lalu, ide dari manakah penamaan kompleks perumahan atau bangunan dengan nama “graha”?
Jawabannya, besar kemungkinan masyarakat telah salah kaprah dalam mengasosiasikan graha dengan gerha. Bukalah KBBI, maka kamu akan menemukan kata “gerha” yang salah satu artinya adalah tempat tinggal. Makna lainnya, gerha berarti istri atau permaisuri.
Selain gerha, kata lain yang menyerupai graha adalah “grha” yang kurang lebih memiliki arti yang sama dengan gerha, yakni rumah, bangunan, atau singgasana. Jadi, sebutan yang benar untuk kompleks perumahan atau bangunan adalah gerha atau grha.
Meski banyak yang keliru, nggak sedikit pula orang yang menyebutnya dengan benar, kok. Misalnya, Grha Sabha Pramana di UGM Yogyakarta atau Grha Unilever di Jakarta. Namun, agak sulit menemukan contoh untuk gerha, kecuali Gerha Sehat di Pati atau Gerha Adipraya di Jombang.
Dari segi pengucapan, kata “graha” memang lebih nyaman di lidah orang Indonesia ketimbang “gerha” atau “grha”. Namun, saya pikir ini masalah pembiasaan saja, sih. Atau, ganti saja dengan griya yang lebih familiar di telinga! (Siti Khatijah/E07)