BerandaHits
Jumat, 22 Feb 2024 13:37

Peneliti BRIN: Tornado Rancaekek Tornado Pertama di Indonesia

Peneliti BRIN: Tornado Rancaekek Tornado Pertama di Indonesia

Tornado Rancaekek menerjang perbatasan Bandung - Sumedang. (Inilahsulsel)

Peneliti BRIN Dr Erma Yulihastin menyebut tornado di Rancaekek, Sumedang sebagai tornado pertama di Indonesia. Memangnya, tornado dan puting beliung beda?

Inibaru.id – Peneliti Dr Erma Yulihastin dari Badan Riset dan Inovasi Nasional Cisitu, Bandung mengungkap bahwa puting beliung atau tornado Rancaekek yang terjadi pada Rabu (21/2/2024) sore kemarin sebagai tornado pertama di Indonesia.

Hal tersebut dia ungkap dalam cuitan di akun Twitternya, @EYulihastin. Lewat akunnya pula, tim periset dari BRIN sedang mengumpulkan foto-foto serta video dari masyarakat sekaligus melakukan rekonstruksi serta investigasi untuk mengetahui lebih dalam tentang anomali cuaca tersebut.

Kronologi foto-foto dan video dari masyarakat dan media sangat membantu periset dalam mendokumentasikan extreme event yang tercatat sebagai tornado pertama ini,” tulis Erma sebagaimana dilansir dari akun Twitternya, Rabu (21/2) pukul 20:53 WIB.

Pada pagi ini, Erma juga kembali mengunggah cuitan yang isinya gambar yang menunjukkan kemiripan tornado Rancaekek dengan tornado-tornado yang biasanya hanya terjadi di belahan bumi utara, khususnya di Amerika Serikat.

Struktur tornado Rancaekek, Indonesia, dibandingkan dengan tornado yang biasa terjadi di belahan bumi utara, Amerika Serikat. Memiliki kemiripan 99,99%,” tulisnya.

Memangnya, Tornado dan Puting Beliung Berbeda?

Kerusakan yang disebabkan tornado Rancaekek. (Antara/Raisan Al Farisi)

Jika peneliti BRIN sampai menyebut tornado Rancaekek sebagai tornado pertama di Indonesia, apakah berarti tornado dan puting beliung adalah dua hal yang berbeda? Padahal, selama ini masyarakat Indonesia menganggap keduanya sebagai hal yang sama karena berbentuk corong pusaran angin kencang.

Di cuitan Erma Yulihastin, angin beliung terkuat yang pernah tercatat oleh BRIN memiliki kecepatan 56 kilometer/jam. Sementara itu, angin tornado punya skala kekuatan lebih tinggi, minimal 70 kilometer per jam. Luas radius putarannya juga jauh lebih besar dari puting beliung.

Durasi pusaran anginnya juga sangat berbeda. Normalnya, puting beliung di Indonesia hanya terjadi nggak sampai 5-10 menit meski ada kasus di mana puting beliung terjadi selama 20 menit pada 2021. Tornado berlangsung lebih lama dari durasi itu dan bisa bergerak lebih jauh dari puting beliung.

“Puting beliung merupakan sebutan lokal untuk tornado skala kecil yang terjadi di Indonesia,” tulis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di situs resminya.

Nah, khusus untuk tornado Rancaekek kemarin, sejumlah pihak menduga kekuatannya sudah ada di level F2 (Skala Fujita 0 - 5 dengan kekuatan 5 sebagai yang terkuat). Pasalnya, dari foto-foto dan video, terlihat atap-atap bangunan sampai terkelupas, pohon-pohon patah dan terjungkal, hingga ada sejumlah truk yang sampai terguling. Tornado dengan level ini biasanya punya kekuatan angin antara 73-112 kilometer/jam.

Yang pasti, tornado Rancaekek berpusar searah jarum jam karena lokasi kejadiannya ada di selatan Khatulistiwa. Di negara-negara utara Khatulistiwa seperti di Amerika Serikat, pusarannya biasanya berlawanan dengan arah jarum jam.

Apapun itu, kejadian tornado Rancaekek sepertinya lebih dari sekadar kejadian tornado pertama di Indonesia. Hal ini menandakan bahwa alam sudah mulai menunjukkan dampak dari pemanasan global dan perubahan iklim. Ada baiknya, manusia segera melakukan tindakan agar bencana-bencana alam ekstrim bisa dicegah di masa depan. Setuju, Millens? (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Iri dan Dengki, Perasaan Manusiawi yang Harus Dikendalikan

27 Mar 2025

Respons Perubahan Iklim, Ilmuwan Berhasil Hitung Jumlah Pohon di Tiongkok

27 Mar 2025

Memahami Perasaan Robot yang Dikhianati Manusia dalam Film 'Companion'

27 Mar 2025

Roti Jala: Warisan Kuliner yang Mencerminkan Kehidupan Nelayan Melayu

27 Mar 2025

Jelang Lebaran 2025 Harga Mawar Belum Seharum Tahun Lalu, Petani Sumowono: Tetap Alhamdulillah

27 Mar 2025

Lestari Moerdijat: Literasi Masyarakat Meningkat, tapi Masih Perlu Dorongan Lebih

27 Mar 2025

Hitung-Hitung 'Angpao' Lebaran, Berapa Banyak THR Anak dan Keponakan?

28 Mar 2025

Setengah Abad Tahu Campur Pak Min Manjakan Lidah Warga Salatiga

28 Mar 2025

Asal Usul Dewi Sri, Putri Raja Kahyangan yang Diturunkan ke Bumi Menjadi Benih Padi

28 Mar 2025

Cara Menghentikan Notifikasi Pesan WhatsApp dari Nomor Nggak Dikenal

28 Mar 2025

Hindari Ketagihan Gula dengan Tips Berikut Ini!

28 Mar 2025

Cerita Gudang Seng, Lokasi Populer di Wonogiri yang Nggak Masuk Peta Administrasi

28 Mar 2025

Tren Busana Lebaran 2025: Kombinasi Elegan dan Nyaman

29 Mar 2025

AMSI Kecam Ekskalasi Kekerasan terhadap Media dan Jurnalis

29 Mar 2025

Berhubungan dengan Kentongan, Sejarah Nama Kecamatan Tuntang di Semarang

29 Mar 2025

Mengajari Anak Etika Bertamu; Bekal Penting Menjelang Lebaran

29 Mar 2025

Ramadan Tetap Puasa Penuh meski Harus Lakoni Mudik Lebaran

29 Mar 2025

Lebih dari Harum, Aroma Kopi Juga Bermanfaat untuk Kesehatan

29 Mar 2025

Disuguhi Keindahan Sakura, Berikut Jadwal Festival Musim Semi Korea

29 Mar 2025

Fix! Lebaran Jatuh pada Senin, 31 Maret 2025

29 Mar 2025