Inibaru.id – Per Juli 2024, pengguna QRIS di Indonesia sudah mencapai 50.5 juta jiwa. Dari total pengguna tersebut, Bank Indonesia menyebut pihak merchant yang memakainya adalah 32,71 juta. Pertumbuhan transaksi dengan QRIS di Indonesia juga tercatat naik 226,54 persen dibandingkan dengan setahun lalu, Millens.
Nah, kebanyakan pengguna QRIS ini adalah Gen Z alias mereka yang terlahir di antara 1997 sampai 2012. Survei menyebut 63 persen dari Gen Z yang sudah berada di usia remaja atau dewasa muda kerap memaksimalkan ponsel pintarnya dan memakai dompet digital. Mereka bahkan sudah semakin malas memakai uang tunai gara-gara praktisnya pembayaran dengan QRIS ini.
Generasi Alpha yang lebih muda dari Gen Z diperkirakan akan mengikuti mereka dengan sering memakai QRIS untuk bertansaksi. Di sisi lain, generasi milenial yang kebanyakan sudah ada di usia 30-an atau mendekati usia tersebut juga sudah mulai beradaptasi dengan sistem pembayaran digital terssebut. Wajar banget kan kalau pemakai QRIS semakin banyak seiring waktu?
Nah, di balik peningkatan pengguna QRIS di Indonesia ini, ada sejumlah orang yang khawatir uang tunai nantinya nggak laku. Untungnya, kekhawatiran ini langsung dibantah langsung oleh Bank Indonesia selaku pengelola uang tunai yang beredar di Indonesia. Meski penggunaan QRIS semakin marak, setiap orang masih berhak membayar secara tunai, Millens.
“Ada aturannya di Pasal 23 UU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang. Tertulis setiap orang dilarang menolak untuk menerima Rupiah yang penyerahannya dimaksudkan sebagai pembayaran atau untuk menyelesaikan kewajiban yang harus dipenuhi dengan Rupiah,” ungkap Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia (BI) Marlison Hakim sebagaimana dinukil dari Kompas, Jumat (11/10/2024).
Pihak Bank Indonesia sendiri nggak menampik terus mendorong masyarakat agar mulai sering memakai pembayaran non-tunai. Alasannya tentu karena lebih praktis sekaligus bisa menekan aksi pemalsuan uang. Tapi, BI juga menyadari kalau transaksi digital masih terbatas di kota-kota besar. Di sebagian besar wilayah Tanah Air, yang dipakai adalah transaksi tunai.
“Yang pasti, kalau masyarakat pengin membayar tunai, tetap diterima dan dilayani,” lanjut Marlison.
Yap, realitanya memang selain nggak semua orang terbiasa memakai transaksi dengan QRIS, infrastruktur pendukung transaksi non-tunai juga masih belum tersebar dengan merata. Jadi, bisa dikatakan kekhawatiran sejumlah orang nantinya uang tunai jadi nggak laku cukup berlebihan ya, Millens.
Kalau kamu sendiri, sekarang lebih sering memakai transaksi tunai atau dengan QRIS nih? (Arie Widodo/E10)