BerandaHits
Rabu, 21 Apr 2020 12:30

Misteri 30 Menit Sebelum Kartini Meninggal, Benarkah Dibunuh?

RA Kartini, meninggal di usia muda. (Wikimedia Commons/GPL FDL)

Latar belakang kematian Kartini hingga saat ini masih menjadi misteri. Tiga puluh menit sebelum meninggal kondisinya masih baik-baik saja, namun Kartini kemudian meninggal.

Inibaru.id – Terdapat desas-desus terkait kematian Kartini yang menyatakan bahwa tokoh pembela hak-hak perempuan itu diracun. Dikisahkan, sekitar 30 menit sebelum ajalnya, Kartini berada dalam kondisi sehat. Tiba-tiba, keadaannya memburuk. Perutnya berkontraksi hebat hingga membuatnya menutup mata untuk selamanya.

Suami Kartini yang juga Bupati Rembang Djojoadiningrat dengan penuh duka menulis kisah kematian istrinya pada direktur Departemen Pendidikan, Agama, dan Industri Hindia Belanda Jacques Henrij Abendanon.

“Pikirannya masih jernih dan sampai detik terakhir dia masih sadar sepenuhnya,” tulis Djojoadiningrat.

Kartini meninggal dalam dekapan Djojoadiningrat pada 17 September 1940. Dia mengisahkan, beberapa saat sebelum ajal menjemput, istri yang baru dinikahinya selama 10 bulan ini terlihat sehat.

Kartini dan suaminya Djojoadiningrat. (Health.grid)<br>

Empat malam sebelumnya, Kartini melahirkan anak pertama yang diberi nama Raden Mas Soesalit. Dalam proses kelahiran itu, Kartini ditolong oleh dokter Van Ravesteijn yang tinggal di Pati, 35 km dari Rembang. Van Ravesteijn menggantikan dokter langganan Kartini yang berhalangan datang bernama Bouman.

Persalinan ternyata nggak berjalan dengan lancar. Dari pagi sampai sore, Kartini nggak kunjung bisa melahirkan. Van Ravesteijn kemudian menggunakan alat bantu. Belum jelas alat bantu apa yang dipakai tersebut, namun Kartini kemudian bisa melahirkan dengan selamat sekitar pukul 21.30 WIB. Pasca melahirkan, kondisi Kartini terlihat baik sehingga Van Ravesteijn pun kembali ke Pati dengan tenang.

“Kecuali ketegangan perut, tidak ada apa-apa dengan Raden Ayu,” lanjut Dojoadiningrat.

Van Ravesteijn kembali lagi ke kediaman Kartini pada hari keempat untuk melakukan pemeriksaan lanjutan. Hasilnya, Kartini nggak menunjukkan masalah kesehatan yang serius. Ravesteijn kemudian memberi obat pada Kartini untuk diminum. Beberapa saat kemudian, Kartini mengeluhkan sakit perut yang parah hingga meninggal di hadapan sang dokter.

Anak tunggal RA Karini, Raden Mas Soesalit. (Pojoksatu)<br>

Kematian yang sangat mendadak itu menghasilkan desas-desus Kartini mati diracun oleh dokternya sendiri. Dr Bouman yang digantikan Van Ravesteijn bahkan sampai melakukan penyelidikan, Selain itu, kawan Djojoadiningrat yang mengenal Van Ravesteijn juga menuduh dokter tersebut nggak bisa dipercaya.

“Kudanya saja tidak akan dipercayakan kepada dokter itu,” tuturnya sebagaimana dikutip Sitisoemandari Soeroto dalam buku Kartini, Sebuah Biografi (1979).

Meski begitu, hingga saat ini, dugaan pembunuhan Kartini masih belum terbukti dan menjadi perdebatan di kalangan sejarawan. Ketua Masyarakat Sejarah Indonesia Kabupaten Rembang Edi Winarno menilai dugaan tersebut nggak berdasar. Menurutnya, nggak ada alasan bagi orang yang berada di sekeliling Kartini untuk melakukan pembunuhan.

Salah satu kerabat Kartini, Sutiyoso Condronegoro, juga membantah isu ini. Dalam buku yang ditulis Sitisoemandari, dia menyebut keluarga Kartini yakin jika kematian Raden Ayu karena proses persalinan yang berat.

Di Hari Kartini yang jatuh pada hari ini, mari kenang kembali pengorbanan Kartini untuk anak, keluarga, dan bangsa Indonesia ya, Millens. Semoga nilai-nilai perjuangannya masih dilestarikan! (Tem/MG26/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024