BerandaHits
Minggu, 8 Mar 2025 11:03

Menyoal Stunting, Prof Budi: Lebih Efektif dengan Fokus pada Tindakan Preventif

Prof Budi Setiyono (tengah, berbaju putih) dalam diskusi menyambut kunjungan Sesmenko PMK Imam Machdi di Jakarta, Kamis (6/3). (Istimewa)

Penanganan stunting nggak bisa dilakukan hanya dengan menekankan pada aspek kuratif. Agar efektif, penanggulangan juga harus dilakukan melalui tindakan preventif.

Inibaru.id - Berdasarkan data yang dikeluarkan Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN (Kemdukbangga) pada 2024, ada jutaan keluarga di Indonesia yang menyandang status sebagai Keluarga Beresiko Stunting. Ini tentu bukanlah angka yang kecil.

Sayangnya, selama ini penanganan stunting masih banyak menekankan pada aspek kuratif. Padahal, hal itu keliru. Sekretaris Kemdukbangga (Sesmendukbangga) Prof Budi Setiyono mengungkapkan, menanggulangi stunting saat anak sudah lahir dengan kondisi begitu adalah fokus yang salah.

"Ada sebuah miskonsepsi paradigma di sini. Karena yang ada, prevelansi stunting terus terjadi," jelasnya dalam diskusi menyambut kunjungan Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Sesmenko PMK) Imam Machdi di Jakarta, Kamis (6/3).

Menurutnya, pemerintah daerah seharusnya memfokuskan upaya penyelesaian persoalan stunting di wilayah masing-masing pada aspek pencegahan atau preventif.

Dimulai dari Hulu

Sesmendukbangga Budi menegaskan, akan sulit meralisasikan target capaian penurunan stunting ke angka 18 persen pada 2025 apabila penanganan stunting masih berkutat pada aspek kuratif, sedangkan penyebab terjadinya stunting justru nggak dijadikan prioritas.

"Untuk menurunkan prevelensi stunting, upaya penghapusan stunting seharusnya dimulai dari hulu atau ketika janin belum terbentuk serta pada masa kehamilan," tegasnya.

Budi mengatakan, stunting terjadi karena proses pembentukan janin nggak sempurna akibat kekurangan nutrisi, anemia, kepadatan masa kehamilan, sanitasi yang buruk, air minum yang nggak sehat, serta perilaku orang tua yang kurang sehat seperti mengkonsumsi minuman keras atau merokok.

"Maka," guru besar dari Universitas Diponegoro tersebut mengatakan, "program penanganan stunting harus didahului dengan intervensi pada para calon pengantin agar mereka mengetahui bahaya stunting, serta mempersiapkan kehamilan dengan sebaik-baiknya."

Edukasi ke Calon Pengantin

Diskusi Kemdukbangga dengan Sesmenko PMK Imam Machdi di Jakarta, Kamis (6/3). (Istimewa)

Menurut Budi, para calon pengantin yang nantinya akan menjadi calon orang tua perlu diberi edukasi atau pemahaman yang komprehensif terhadap pencegahan stunting ini. Tujuannya, agar mereka memiliki pengetahuan terkait proses kehamilan, kelahiran, dan pengasuhan bayi yang baik.

"Dengan begitu, diharapkan anak-anak mereka lahir dan tumbuh secara normal dan sehat.” terangnya. "Konsultasi, pendampingan, dan pemberian nutrisi yang tepat juga perlu diberikan kepada ibu hamil dan menyusui."

Dalam kaitan tersebut, Budi menyarankan kepada pemerintah daerah untuk memanfaatkan data keluarga dalam Sistem Informasi Keluarga (SIGA) yang dimiliki Kemdukbangga agar intervensi dapat dilakukan secara efektif.

Sedikit informasi, SIGA adalah sistem terintegrasi kepunyaan Kemdukbangga dengan metadata mendetail hingga level nama dan alamat dari data kelurga di seluruh Indonesia.

“Kami setiap tahun melaksanakan pendataan keluarga, yang menghimpun data terkait pasangan usia subur (PUS), status kehamilan, anggota keluarga balita, pendidikan anggota keluarga, keadaan rumah hunian, perceraian (status keluarga), akses air minum, sanitasi, tingkat kesejahteraan, pemenuhan gizi, kepesertaan KB, dan sebagainya” ujar Budi.

Intervensi Berbasis Data

Budi menjelaskan, data yang terhimpun dalam SIGA kemudian dianalisis untuk menentukan Keluarga Beresiko Stunting (KRS) yang bisa dipakai sebagai basis intervensi. Data KRS 2024 menunjukkan sebanyak 8.682.170 keluarga yang tersebar di berbagai kota di Indonesia.

“Para kepala daerah bisa melakukan intervensi pencegahan stunting berbasis data KRS tersebut di wilayah masing-masing," paparnya. "Dengan data yang konkret dan presisi, keberhasilan penurunan prevelensi stunting akan tinggi.”

Perlu kamu tahu, Kemdukbangga atau BKKBN sejauh ini telah memiliki program penurunan stunting bernama Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting yang acap disingkat menjadi Genting. Program ini menekankan pencegahan stunting dengan menggerakkan semangat gotong royong masyarakat.

"Genting mendesain intervensi berupa pemberian nutirisi, perbaikan sanitasi dan air bersih, serta edukasi. Pemda bisa berkoordinasi dengan perwakilan BKKBN masing-masing untuk sinergi pencegahan stunting agar tidak lagi ditemukan kasus baru di daerah," pungkasnya.

Ada yang bilang, butuh satu negara untuk membesarkan seorang anak. Keberadaan negara, termasuk para kepala daerah hingga level terkecil, memang diperlukan untuk mempersiapkan tiap anak terlahir tanpa stunting. Gimana menurutmu, Millens? (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: