BerandaHits
Selasa, 20 Sep 2021 09:08

Menambang Bitcoin, Menggiurkan Tapi Boros Listrik

Menambang Bitcoin, Menggiurkan Tapi Boros Listrik

Banyak orang tertarik menambang Bitcoin karena mudah dan menggiurkan. (iStockphoto/Studiocasper)

Katanya nih menambang Bitcoin itu mudah dan menggiurkan. Tapi sayangnya, menghabiskan energi listrik yang nggak sedikit.

Inibaru.id – Meski menggiurkan dan nggak susah-susah amat, menambang Bitcoin boros listrik. Untuk menghasilkan mata uang kripto ini, diperlukan seperangkat komputer atau mining rig yang terdiri atas banyak kartu pengolah grafis (GPU).

New York Times pernah membeberkan betapa borosnya aktivitas penambangan Bitcoin ini lo. Disebutkan pembuatan Bitcoin bisa mengonsumsi listrik sebanyak 91 terawatt per jam per tahun. Jumlah ini diperkirakan naik lima kali lipat dari lima tahun lalu, dan hampir mencapai setengah dari total konsumsi listrik di seluruh dunia. Wow!

Bahkan, konsumsi listrik untuk proses menambang Bitcoin setiap tahunnya disebut setara dengan konsumsi listrik di Washington (saja) tiap tahun. Bayangkan, jumlah ini juga tujuh kali lipat dari total konsumsi listrik operasional Google di seluruh dunia, Millens.

Tapi, kenapa sih menambang Bitcoin bisa seboros itu?

Menambang Bitcoin: mudah dan menggiurkan

Butuh pasokan listrik yang besar untuk menambang Bitcoin. (Beritasatu/Uthan AR via Investor ID)

Kalau dirunut, borosnya konsumsi listrik untuk menambang Bitcoin ini dimulai dari proses yang dilakukan para penambang. Transaksi Bitcoin ini gampang banget lo. Cukup mengawalinya dengan membuka akun di platform penukar uang Bitcoin seperti Coinbase.

Nah, di platform tersebut, kamu dapat membeli Bitcoin dengan membayar melalui mata uang yang sah, seperti dollar atau rupiah. Bitcoin yang sudah kamu beli, disimpan di dalam dompet digital.

Kalau kamu mau belanja menggunakan Bitcoin, prosesnya sama kok seperti transaksi pembayaran normal. Tapi, harus melalui tahap validasi. Tujuannya, meyakinkan penjual bahwa Bitcoin milikmu asli.

Keseluruhan proses ini bakal dicatat dan diamankan ke dalam sistem Bitcoin public ledger atau dikenal dengan istilah blockchain. Di sinilah konsumsi listrik yang sangat besar dibutuhkan. Para penambang bakal berebut memvalidasi transaksi dan memasukannya ke dalam blockchain.

Penyebab penambangan Bitcoin boros listrik

Untuk mendapatkan Bitcoin ini, nggak gampang ya. Komputer yang dipakai para penambang harus mampu memecahkan soal matematika yang melibatkan serangkaian perhitungan algoritma rumit. Nah lo! Proses pemecahan itulah yang disebut dengan mining atau penambangan, Millens.

Komputer yang digunakan harus tangguh dan selalu beroperasi agar dapat menambang Bitcoin. Proses ini nggak cuma dilakukan satu atau dua orang. Ada begitu banyak orang dan perusahaan yang ada di dalam prosesnya. Sudah pasti listrik yang dipakai akan sangat besar.

Belum lagi, ada kemungkinan satu orang memasang nggak cuma satu perangkat. Ini karena, semakin banyak komputer yang dipasang, semakin besar pula peluangnya untuk mendapat kepingan Bitcoin.

Jaringan Bitcoin pun sengaja dirancang untuk membuat soal semakin sulit dipecahkan oleh penambang. Spesifikasi computer yang dipakai juga tinggi, terutama GPU agar bisa memecahkan perhitungan algoritma dan memenangkan persaingan dengan cepat.

Peserta semakin banyak, maka permainan akan semakin sulit, sehingga persaingan akan semakin ketat. Listrik yang dibutuhkan juga akan semakin banyak. Kepopuleran Bitcoin juga membuat semakin banyak orang yang ikut terjun sebagai penambang. Alhasil, kebutuhan mesin akan semakin tinggi.

Hasilkan sampah elektronik

ilustrasi - Penambangan Bitcoin turut menambah jumlah sampah elektronik. (Soloraya)

Kepopuleran Bitcoin ini menyeret isu lain yaitu banyaknya sampah elektronik. Bayangkan, para penambang hanya bisa menggunakan perangkat khusus yang tangguh. Jika penambang menggunakan lebih dari satu perangkat, otomatis ia membutuhkan ruangan yang cukup luas dan menambah pendingin ruangan. Maklum, mesin dipaksa bekerja selama 24 jam.

Bukan cuma boros listrik, perangkat yang rusak bakal menjadi masalah baru. Rata-rata usia mesin yang digunakan untuk menambang Bitcoin hanya 1,5 tahun.

Dilansir dari KompasTekno dari Digiconomist, Kamis (9/9/2021), sampah elektronik dari aktivitas penambangan Bitcoin mencapai 8,21 kiloton per tahun per 7 September. Pada Juni 2021, sampah elektronik dari Bitcoin menghasilkan 15,15 kiloton.

Coba bayangkan, bagaimana penambangan Bitcoin ini berpotensi mengundang dampak negatif bagi lingkungan di masa depan.

Gimana, kamu mau ikutan menambang Bitcoin juga, Millens? (Kom/IB21/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Iri dan Dengki, Perasaan Manusiawi yang Harus Dikendalikan

27 Mar 2025

Respons Perubahan Iklim, Ilmuwan Berhasil Hitung Jumlah Pohon di Tiongkok

27 Mar 2025

Memahami Perasaan Robot yang Dikhianati Manusia dalam Film 'Companion'

27 Mar 2025

Roti Jala: Warisan Kuliner yang Mencerminkan Kehidupan Nelayan Melayu

27 Mar 2025

Jelang Lebaran 2025 Harga Mawar Belum Seharum Tahun Lalu, Petani Sumowono: Tetap Alhamdulillah

27 Mar 2025

Lestari Moerdijat: Literasi Masyarakat Meningkat, tapi Masih Perlu Dorongan Lebih

27 Mar 2025

Hitung-Hitung 'Angpao' Lebaran, Berapa Banyak THR Anak dan Keponakan?

28 Mar 2025

Setengah Abad Tahu Campur Pak Min Manjakan Lidah Warga Salatiga

28 Mar 2025

Asal Usul Dewi Sri, Putri Raja Kahyangan yang Diturunkan ke Bumi Menjadi Benih Padi

28 Mar 2025

Cara Menghentikan Notifikasi Pesan WhatsApp dari Nomor Nggak Dikenal

28 Mar 2025

Hindari Ketagihan Gula dengan Tips Berikut Ini!

28 Mar 2025

Cerita Gudang Seng, Lokasi Populer di Wonogiri yang Nggak Masuk Peta Administrasi

28 Mar 2025

Tren Busana Lebaran 2025: Kombinasi Elegan dan Nyaman

29 Mar 2025

AMSI Kecam Ekskalasi Kekerasan terhadap Media dan Jurnalis

29 Mar 2025

Berhubungan dengan Kentongan, Sejarah Nama Kecamatan Tuntang di Semarang

29 Mar 2025

Mengajari Anak Etika Bertamu; Bekal Penting Menjelang Lebaran

29 Mar 2025

Ramadan Tetap Puasa Penuh meski Harus Lakoni Mudik Lebaran

29 Mar 2025

Lebih dari Harum, Aroma Kopi Juga Bermanfaat untuk Kesehatan

29 Mar 2025

Disuguhi Keindahan Sakura, Berikut Jadwal Festival Musim Semi Korea

29 Mar 2025

Fix! Lebaran Jatuh pada Senin, 31 Maret 2025

29 Mar 2025