BerandaHits
Sabtu, 4 Jul 2025 18:01

Less is More; Saatnya Menata Ulang Hidup dengan Digital Minimalism!

Ilustrasi: Memiliki dua gawai tanpa kegunaan yang esensial justru berpotensi membuat hari-harimu nggak tenang. (Nomadflag)

Dengan menerapkan filosofi 'digital minimalism', kamu akan didorong untuk menjadikan teknologi sebagai alat bantu agar hidup lebih fokus, produktif, dan sehat, di era digital.

Inibaru.id - Era digital yang dipenuhi notifikasi nggak jarang membuat kita lelah, terlebih jika kita memiliki lebih dari satu perangkat. Belum habis scrolling notifikasi di satu ponsel, muncul pesan di gawai lain. Jika terus berulang, aktivitas ini nggak jarang membuat kita jengah.

Itulah yang terjadi pada Masayu Dewi. Maksud hati memiliki dua gawai agar bisa memisahkan antara urusan kantor dengan kepentingan pribadi, perempuan asli Jepara itu justru kewalahan diberondong notifikasi setiap hari. Lebih dari itu, pengeluarannya juga jadi jauh lebih besar.

"Jujur, saya heran dengan orang-orang yang bisa memiliki dua gawai, bahkan tiga. Salut. Sepertinya saya nggak bisa," tuturnya via pesan singkat, Jumat (4/7/2025). "Punya dua hape berarti pengeluaran naik dua kali lipat. Kalau salah satu dimatikan, nanti ada yang komplain. Serba salah!"

Sebagai orang yang sehari-hari bekerja dengan gawai, hidup Ayu, sapaan akrabnya, memang nggak bisa lepas dari perangkat elektronik tersebut. Sesekali dia memang melakukan diet digital dengan cara mematikan ponsel atau mengheningkan semua notifikasi di layar, tapi nggak bisa dilakukan terus-menerus.

Menjadi Digital Minimalis

Diakui Ayu, yang diinginkannya bukanlah benar-benar putus hubungan dengan perangkat elektronik karena di situlah dia meraih penghasilan; tapi sebisa mungkin dia pengin meminimalisasi penggunaan gawai dan nggak bergantung padanya.

"Diet digital itu menyenangkan, tapi entar eike nggak bisa makan. Ya, hidup ala-ala minimalis gitu sajalah sekarang," terang perempuan kini mengaku hanya punya satu gawai di tasnya itu. "Less is more; one for all!"

Ya, saat putus hubungan dengan perangkat elektronik nggak mungkin lagi dilakukan, meminimalisasi penggunaan gawai, salah satunya dengan hanya memiliki perangkat seperlunya ini, menjadi jalan tengah yang bisa dilakukan.

Para minimalis menyebutnya digital minimalism. "Paham" tersebut muncul sebagai katalisator bagi mereka yang mulai jengah dengan era yang cepat dan konsumtif tapi nggak bisa meninggalkan gawai karena sebagian besar pekerjaan—bahkan pelajaran sekolah—nggak mungkin lagi lepas dari perangkat tersebut..

Mengenal Digital Minimalism

Digital minimalism atau "minimalisme digital" adalah filosofi meminimalisasi gangguan teknologi tanpa menjadi anti-teknologi. Fokus utamanya adalah pada gaya hidup yang lebih fokus dan bernilai. Gaya hidup tersebut salah satunya diperkenalkan oleh Cal Newport dalam buku Digital Minimalism.

Dalam buku yang terbit pada 2019 itu, penulis asal AS ini melakukan pendekatan intensional dalam menggunakan teknologi, yakni hanya memilih alat digital yang benar-benar mendukung nilai dan tujuan hidup.

“Penganut minimalis digital dengan cermat mengurasi teknologi yang ada (dengan fokus) hanya untuk mendukung hal-hal yang mereka hargai dengan lebih baik,” tulisnya.

Ilustrasi: Mulailah membaca, berkebun, atau berolahraga pada waktu luang untuk menghindarkan diri dari terus-menerus menghadap layar. (Acendahealth)

Dalam filosofi ini, Newport menyebut ada tiga prinsip utama:

  • Clutter is costly. Penggunaan teknologi secara berlebihan akan membebani mental dan waktu;
  • Optimization is important. Pilih dan batasi alat digital sesuai tujuan; dan
  • Intentionality is satisfying. Penggunaan teknologi yang disengaja, bukan otomatis, itu lebih memuaskan.

Manfaat Digital Minimalism

1. Mengurangi stres dan kecemasan

Menurut National Doctor’s Day 2025, penggunaan ponsel berlebih menyebabkan kecemasan, gangguan tidur, dan stres. Sementara, digital detox yang menjadi salah satu bagian dari digital minimalism bisa mengaktifkan sistem relaksasi tubuh, menurunkan hormon kortisol, dan meningkatkan kesejahteraan.

2. Meningkatkan produktivitas

Studi di AS menunjukkan bahwa ruangan yang rapi, baik fisik, mental, ataupun digital, memperkuat fokus dan kinerja kognitif. Maka, tanpa gangguan notifikasi dari gawai yang nggak diperlukan, produktivitas berpotensi meningkat signifikan.

3. Kualitas tidur lebih baik

Menerapkan progressive evening digital detox dengan nggak memegang gawai 90 menit sebelum tidur selama seminggu penuh akan membuat tidur lebih nyenyak dan mengurangi kecemasan pada malam hari.

Memulai Digital Minimalism

Berdasarkan metode Newport, berikut adalah beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk memulai digital minimalism:

1. Digital declutter

Hilangkan semua aplikasi dan perangkat non-esensial sesuai prinsip substraktif. Kamu bisa mulai dengan media sosial yang nggak diperlukan, lalu berlanjut gim, fintech, perpesanan, hingga marketplace. Dengan cara ini, selain beban hidup, kamu sekaligus mengurangi beban kerja gawai.

2. Tentukan "Core Value"

Pilih dengan saksama mana teknologi yang memberikan manfaat nyata bagi kehidupanmu, kemudian eliminasi atau batasi sisanya.

3. Atur ulang prioritas waktu

Tetapkan "digital sabbath" harian atau mingguan; semisal 1–2 jam bebas gawai sebelum tidur, atau sehari pada akhir pekan tanpa memegang perangkat digital.

4. Gantikan dengan aktivitas di kehidupan nyata

Mulailah membaca, berkebun, belajar musik, atau olahraga untuk mengalihkan diri dari layar sekaligus menambah pengalaman dan meningkatkan kreativitas.

Inti dari digital minimalism bukanlah tentang menghindari kemajuan teknologi, tapi memiliki kendali atas setiap gawai yang kita miliki. Dengan memilih perangkat digital berdasarkan nilai sekaligus membatasi gangguan, bisa jadi kita akan jauh lebih memahami esensi dari keberadaan teknologi ini.

Hanya dengan bijak memilih dan menetapkan batasan kita bisa menjadian teknologi untuk mendukung kehidupan alih-alih menghamba kepadanya. Akur? (Siti Khatijah/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: