Inibaru.id – Kali pertama digali pada 1923 di Lembah Para Raja, makam Tutankhamun menyita animo publik. Nggak cuma karena posisi alat kelaminnya yang berdiri, makam itu juga diyakini mengandung kutukan; Kematian akan menghampiri mereka yang mengganggu tidur panjang sang Firaun!
Ahli Mesir Kuno Howard Carter yang menjadi peneliti makam ini dengan dukungan dana seorang bangsawan Inggris Lord Carnarvon.
Di dalam ruang makan itu, para penggali menemukan banyak barang berharga seperti patung-patung emas, perhiasan, kotak-kotak, dan perahu berhias. Ada pula roti, daging, keranjang kacang buncis, kurma, dan karangan bunga.
Jika makam lain di Lembah Para Raja banyak dijarah, makam Raja Tut yang meninggal pada 1323 SM pada usia 19 tahun ini sama sekali nggak tersentuh. Kebudayaan Mesir segera dikenal luas.
Cerita yang menyebar bukan cuma soal penemuan makam raja Mesir yang bergelimang harta, tetapi juga misteri yang terjadi setelahnya. Saking banyaknya “korban” yang berjatuhan, orang-orang semakin percaya pada kutukan yang dibawa makam Tutankhamun.
Serangkaian Kematian
Insiden pertama yang memicu desas-desus kutukan itu, terjadi tepat ketika makam dibuka. Howard Carter, egyptologist cum arkeolog Inggris yang membuka sarkofagus King Tut, terkejut menemukan ular kobra di dalam sangkar kenari peliharaannya saat pulang.
Burung kenari Carter itu sudah berada di mulut ular yang entah masuk dari mana. Dalam kepercayaan Mesir Kuno, ular kobra merupakan simbol keningratan.
"Cerita itu dilaporkan di New York Times dengan klaim bahwa itu merupakan Royal Cobra, sama seperti simbol yang selalu dikenakan di kepala raja, sebagai tanda awal adanya kutukan," tulis Ancient Origins kala itu.
Sang penyandang dana Lord Carnarvon juga ikut terkena tulah. History menulis, dia meninggal karena pneumonia setelah pipinya digigit nyamuk yang terinfeksi. Peristiwa ini terjadi enam minggu setelah pembukaan makam Tutankhamun.
Ketika Lord Carnarvon meninggal, listrik di seluruh Kairo padam. Di Inggris, anjing peliharaannya melolong kemudian menyusul tuannya ke alam baka. Yang lebih aneh lagi, beberapa tahun setelah mumi Tutankhamun dibuka kembali, ada bekas luka yang sama seperti yang dimiliki Carnarvon.
"Surat kabar berspekulasi bahwa dia adalah korban dari ‘kutukan mumi’ atau ‘kutukan firaun’," catat History.
Setelah kematian Carnarvon, Pangeran Ali Kamel Gahmy Bey dari Mesir ditembak mati oleh istrinya, kemudian diikuti saudara tiri Carnarvon yang meninggal karena keracunan darah.
Seorang jutawan Afrika Selatan yang sempat berkunjung ke makam Tut juga ikut ketiban petaka. Dia dibunuh beberapa bulan kemudian. Pengunjung lain yang kehilangan nyawa adalah seorang pemodal bernama George Jay Gould. Dia meninggal karena demam.
Kematian juga menghampiri Sir Archibald Douglas-Reid, ahli radiologi yang memeriksa mumi Tutankhamun. Penyakit yang menyebabkannya meninggal nggak diketahui. Sementara, anggota tim penggalian Carter bernama AC Mace meninggal akibat keracunan arsenik.
Richard Bethell, sekretaris pribadi Carter, tewas dibekap di tempat tidurnya. Lalu, bagaimana nasib pentolan tim penggalian, Howard Carter? Dia meninggal pada 2 Maret 1939 karena limfoma.
Meski kematian Carter tampak normal, hal aneh ditemukan pada buku hariannya. Dia menulis kalau melihat Anubis. FYI, Anubis adalah dewa kematian yang bertubuh manusia dan berkepala jakal (hewan kerabat serigala).
Dekade demi dekade berganti, tapi kutukan ini belum berhenti, Millens. Pada 1972 misalnya, Direktur Purbakala Gama Mehrez, sempat mencemooh kebenaran kutukan ini dan menganggap semua kematian itu adalah kebetulan.
Nahas, dia meninggal pada malam hari usai mengawasi pengemasan harta karun Tut yang akan dipamerkan di British Museum, London. Duh, serem ya?
Sebenarnya, banyak makam lain yang juga diberi kutukan. Hal ini disinyalir untuk menjauhkan para penjarah makam. Namun anehnya, mengapa hanya makam Tut yang menjatuhkan korban?
Kini, makam Tutankhamun telah direnovasi dan menjadi destinasi wisata. Hm, kamu berani ke sini nggak, Millens? (His,Kum/IB21/E03)