Inibaru.id – Kepikiran nggak pada 2024 ini masih ada wilayah di Indonesia yang masih nggak dialiri listrik dari PLN? Kalau di luar Jawa karena selama ini pembangunan di Indonesia Jawasentris banget mungkin masih banyak, ya? Tapi, hal ini bisa kamu temukan di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, tepatnya di Dusun Rejosari, Desa Sugihmanik, Kecamatan Tanggungharjo.
Lokasi dusun ini berbatasan langsung dengan Kecamatan Kedungjati dan berada di sebuah hutan. Kalau diukur dari pusat kota Purwodadi, jaraknya sekitar 37, 8 kilometer ke arah barat daya. Uniknya, jarak ke Kota Semarang malah sedikit lebih dekat, yaitu sekitar 31 kilometer ke arah tenggara.
Meski secara jarak nggak jauh-jauh banget dari pusat pemerintahan kabupaten maupun provinsi, nyatanya wilayah di mana 19 KK tinggal di hutan yang masuk wilayah Dusun Rejosari tersebut cukup sulit diakses. Dari Kedungjati saja, kamu harus melalui jalan setapak di pinggir rel sekitar 2 kilometer untuk mencapainya. Karena sulitnya akses menuju ke sana itulah, listrik dari PLN belum mengaliri rumah-rumah warga.
“Sebenarnya ada 19 KK yang tinggal di hutan tersebut. Tapi, yang sudah resmi jadi warga Rejosari hanya 5 KK atau 16 orang. Sisanya masih masuk warga Kecamatan Kedungjati. Mereka tinggal di tanah milik PT Kereta Api Indonesia (PT KAI),” ungkap Kepala Dusun (Kadus) Rejosari Saiman sebagaimana dinukil dari Murianews, Senin (6/5/2024).
Salah seorang warga Dusun Rejosari sati, mengaku memilih untuk terus tinggal di hutan tanpa listrik selama puluhan tahun karena hanya di sana dia bisa tinggal.
“Saya sudah 62 tahun dan tinggal di sini sejak usia 10 tahun. Terus di sini karena nggak punya tanah di perkampungan,” ceritanya.
Untungnya, meski nggak dialiri listrik dari PLN, warga memakai pembangkit listrik tenaga surya untuk menyalakan lampu di malam hari. Meski begitu, pembangkit listrik tersebut kurang berguna jika seeding musim hujan.
“Saya beli sendiri tenaga surya tersebut, setidaknya bisa buat lampu selamalam. Kalau pas musim hujan seringnya nyala lampunya jadi redup,” lanjutnya.
Sati dan warga lain yang tinggal di hutan bertahan hidup dengan menanam jagung. Hasil dari penjualan jagung itulah yang mereka pakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti membeli beras di Kedungjati.
Meski tinggal di hutan dan nggak dialiri listrik dari PLN, setidaknya mereka ada sedikit solusi soal penerangan di malam hari, ya. Tapi, alangkah baiknya jika akses jalan juga diperbaiki sehingga ke depannya mereka bisa mendapatkan sambungan listrik. Setuju, Millens? (Arie Widodo/E05)