BerandaHits
Minggu, 9 Mei 2020 08:45

Keuntungan Penjualan Buku Online Jadi Pelipur Lara Para Penyelenggara Festival Sastra

Festival Literasi Patjar Merah secara offline yang dipadati pengunjung. (Patjar Merah)

Pada masa pendemi, penyelenggara festival sastra masih bisa meraup untung dari penjualan buku online, meski tentu saja duit yang masuk nggak bisa dibandingkan dengan gelaran festival offline.<br>

Inibaru.id - Geliat membaca di Tanah Air belakangan tampak menggembirakan. Festival literasi sukses besar dan pebisnis buku rutin turut serta dalam festival yang digelar dari satu kota ke kota lain secara berkala. Sayang, kegembiraan itu nggak berlangsung lama lantaran didera pandemi corona.

Pemusatan massa di seluruh negeri resmi ditiadakan. Nggak kehilangan akal, perubahan konsep pun dilakukan. Kini, sejumlah festival literasi dilakukan secara virtual, dengan semangat yang sama: berjualan buku!

Namun, berjualan buku secara virtual, kendati meraup keuntungan, agaknya nggak menjanjikan banyak hal. Setidaknya, pendapatan dari berjualan buku daring bakal berbeda dengan penjualan offline. Inilah yang diungkapkan Mochamad Firdhaus, Project Manager Out of the Boox.

Out of the Boox atau kerap disingkat OOTB merupakan festival literasi milik penerbit Mizan. Firdhaus, sapaan akrabnya, mengaku penjualan buku daring memang mengalami peningkatan saat mengubah konsep acaranya menjadi serba virtual. Namun, dia merasa kurang puas dengan penjualan daring.

Beli buku secara online memang berbeda rasa dengan beli buku secara langsung. Salah satunya adalah dalam hal interaksi dengan penjaga buku. (Patjar Merah)

Menurutnya, penjualan daring membuat masyarakat nggak leluasa dalam memilih buku yang diinginkan. Bisa jadi, lanjutnya, pembelian bukunya nggak bakal sesuai apa yang mereka inginkan. Hal tersebut berbeda dengan pembelian langsung (offline)

“Kalau di festival, pembeli langsung melihat bentuk fisiknya. Banyak pilihan juga,” terang Firdhaus.

Yap, perlu kamu tahu, berbeda dengan gelaran offline yang melibatkan pelbagai penerbit, OOTB virtual memang hanya menjual buku-buku terbitan Mizan. Inilah yang membuat calon pembeli merasa terbatas dalam memilih buku yang diinginkan.

Perubahan konsep penjualan buku juga dilakukan Patjar Merah. Festival literasi yang belakangan menjadi magnet masyarakat untuk membeli buku dan menikmati interaksi penulis-pembaca karya sastra Tanah Air itu pun banting setir dengan mengalihkan semua acaranya menjadi daring.

Direktur Operasional Patjar Merah Irwan Bajang mengatakan, penjualan buku daring mengalami peningkatan daripada sebelumnya. Pembatasan publik ditengarai menjadi alasan utama peningkkatan penjualan tersebut.

“Toko buku offline tutup. Jadi, ya, kalau orang cari buku via daring,” terangnya via pesan singkat, Sabtu (2/5/2020).

Talkshow secara virtual juga digunakan untuk menyedot donasi. (Patjar Merah)<br>

Dalam menjual buku daring, Patjar Merah sejauh ini menggunakan dua lokasi penampungan buku. Kedua lokasi tersebut antara lain di Republik Fiksi Jakarta dan Toko Buku Indie Yogyakarta. Hal ini dilakukan untuk mempermudah proses pengiriman buku.

Nggak hanya berjualan, selama masa pandemi, Patjar Merah juga memanfaatan ranah daring untuk menggalang donasi pengadaan APD. Selain itu, mereka juga membantu pendidikan untuk anak-anak di Indonesia bagian timur dengan membuka talang donasi.

"Donasi dilakukan cia talk show bersama para narasumber terkemuka," kata Bajang, yang juga menerangkan bahwa dirinya cukup bersyukur lantaran donasi yang terkumpul jauh melebihi target yang dipasang.

Yap, konsep berjualan buku secara virtual memang belum bisa dibilang menjanjikan di Nusantara. Kalau kamu, lebih suka beli buku langsung di toko atau via daring, Millens? Atau, kamu lebih suka pinjam saja? Ha-ha. (Audrian F/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: